Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Seratus hari kabinet Prabowo-Gibran diwarnai ucapan dan perilaku tak terpuji pejabat negara.
Tempo terkenal serius, tapi ada komentar redaksi yang dibubuhi onomatope tertawa.
Koreksi judul Surat Pembaca
PADA 100 hari pertama Kabinet Merah Putih, ada gangguan riak-riak perilaku dan ucapan tidak populer beberapa orang yang seharusnya menjadi panutan. Apa yang mereka pertontonkan mengusik hati nurani rakyat, yang sebagian besar sedang berjuang menghadapi beratnya ekonomi, dan mengundang antipati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dimulai dengan Natalius Pigai, Menteri Hak Asasi Manusia, yang meminta kenaikan anggaran sampai Rp 20 triliun. Ada juga Miftah Maulana, utusan khusus presiden, yang menghina seorang penjual es teh. Lalu ada kasus Yandri Susanto, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, yang menggunakan kop surat Kementerian Desa untuk keperluan pribadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara Istana menyebut kelompok prasejahtera sebagai “rakyat jelata”. Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Satryo Soemantri Brodjonegoro memantik polemik mengenai penerima beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Menteri Koperasi Arie Budi Setiadi mulai bersentuhan dengan aparatur hukum terkait dengan judi online. Ada juga soal petugas pengawal mobil RI-36 yang merupakan mobil dinas Raffi Ahmad.
Semestinya para pembantu Presiden Prabowo Subianto menunjukkan kinerja yang tidak sekadar baik, tapi harus di atas rata-rata, pada 100 hari pertama Kabinet Merah Putih dengan membuat terobosan-terobosan baru yang mempunyai efek positif terhadap kesejahteraan rakyat. Namun terlihat sebagian pembantu Presiden masih belum bisa menempatkan diri sebagai tokoh publik yang dianggap mampu membantu menjalankan roda pemerintahan. Bahkan mereka masih seperti mengalami euforia dan kaget karena mendadak menjadi orang penting di Indonesia.
Pesan sederhana kepada para pembantu Presiden: jaga kepercayaan yang telah diberikan Presiden, bersikap dan berperilaku yang baik selayaknya negarawan, tunjukkan kinerja yang hasilnya bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat. Jangan menyalahgunakan wewenang dan berpartisipasilah dalam pemberantasan penyelewengan di kementerian dan lembaga masing-masing. Rakyat akan terus mengawasi.
Samesto Nitisastro
Depok, Jawa Barat
Redaksi Tempo Tertawa
DARI lebih dari setengah abad usia Tempo, saya menjadi pembacanya sekitar 40 tahun, sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sepertinya baru pada edisi 13-19 Januari 2025 saya menemukan ujaran tertawa (ha-ha-ha) pada rubrik Surat Pembaca. Itu “sesuatu banget” mengingat selama ini Tempo adalah majalah yang serius: yang diberitakan serius dan Tempo menyajikannya secara serius. Saya mengajak redaksi banyak tertawa dalam laporannya mengingat banyak hal di negeri ini yang memancing tawa. Salah satunya misteri pagar bambu 30 kilometer yang muncul laksana candi seribu Bandung Bondowoso. Saya siap mengirimkan opini yang akan menimbulkan gelak tawa pembaca. Ha-ha-ha....
Atjep Amri Wahyudi
[email protected]
Terima kasih, Pak Atjep. Slogan Tempo bukan hanya “enak dibaca dan perlu”, juga “jujur, jernih, jenaka pun bisa”. Kami tunggu artikel Anda.
Surat Pembaca
SAYA bersyukur, sebagai orang tua menjelang 80 tahun, punya kesempatan menyampaikan pendapat melalui majalah Tempo yang menjadi bacaan saya sejak terbit pada 1971. Tapi saya sedih dan kecewa saat membaca surat saya diubah judulnya dalam Tempo edisi 20-26 Januari 2025. Untuk saya, judul itu terasa kasar dan tidak sesuai dengan pesan yang saya inginkan. Judul aslinya “Puncak Nestapa Indonesia”. Tidak ada kata yang menyebut nama seseorang. Eufemisme dalam penulisan saya rasanya patut dihargai oleh majalah setaraf Tempo.
Hadisudjono Sastrosatomo
Jakarta Pusat
Terima kasih atas koreksi Anda.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo