Ada yang perlu diluruskan pada tulisan "Prajurit dari Keraton" (TEMPO, 18 Juli 1992, Memoar) tentang Letjen Djatikusumo (alm), yakni: 1.PETA dibentuk melalui Osamu Seirei. Jadi bukan O Samurai seperti yang ditulis TEMPO. 2.Urip Sumohardjo bukan Kepala Badan Keamanan Rakyat (BKR). Yang menjadi Kepala BKR dari tanggal 23 Agustus 1945 sampai 15 Oktober 1945 adalah Mr Kasman Singodimedjo. Sebagai Ketua KNIP dan Pimpinan BKR, ia mengumumkan terbentuknya kesatuan TKR pada 7-9 Oktober 1945. 3.Kolonel Djatikusumo, setelah peristiwa 17 Oktober 1952, dikirim belajar ke Fort Leavenworth, bukan Port Levenberg. Tepatnya di U.S. Army Command and General Staff College, Fort Leavenworth, Kansas, USA. Kekhilafan di atas saya duga bukan dari Jenderal Djatikusumo. Ada kemungkinan kesalahan Djatikusomo adalah: ia menyebutkan Gurkha sebagai tentara Inggris yang berasal dari India dan Pakistan. Padahal tentara Gurkha berasal dari Nepal -- Divisi ke-23 dan ke-5 Indian Division. Pasukan Gurkha hanya sedikit, tapi memberi kesan khusus. Mereka selalu meninggalkan "kukri" (senjata asli Nepal) di tubuh korbannya. Maksudnya, agar menimbulkan rasa ngeri, tapi kita tidak gentar malahan marah dan ingin membalasnya. Terakhir, salut pada TEMPO yang memuat memoar ini sehingga dapat menerangi beberapa episode dari sejarah kita. ANANDA B. KUSUMA Jalan Tendean 25 Jakarta Selatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini