Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setujukah Anda jika Detasemen Khusus Antiteror 88 Kepolisian RI dibubarkan?
(7-13 Maret 2013) |
||
Ya | ||
41% | 957 | |
Tidak | ||
57,9% | 1.349 | |
Tidak Tahu | ||
1,1% | 26 | |
Total | (100%) | 2.332 |
Yahoo Indonesia
Setujukah Anda jika Detasemen Khusus Antiteror 88 Kepolisian RI dibubarkan?
(7-13 Maret 2013) |
||
Ya | ||
39% | 1.904 | |
Tidak | ||
57% | 2.783 | |
Tidak Tahu | ||
4% | 182 | |
Total | (100%) | 4.869 |
Video amatir yang beredar di situs media sosial YouTube ternyata bisa mengguncang keberadaan tim elite polisi antiteror di negeri ini. Video yang diklaim sebagai bukti pelanggaran hak asasi manusia anggota Detasemen Khusus Antiteror 88 Markas Besar Polri di Poso, Sulawesi Tengah, ini dibawa oleh sejumlah petinggi organisasi Islam ke hadapan Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo dan jadi dasar tuntutan sejumlah kalangan untuk membubarkan Densus 88. Polisi bergerak cepat mengusut tuduhan itu. Sejumlah petugas sudah disidik dan diancam kena sanksi. Sebagian rekaman video juga sudah dibantah, karena ternyata berasal dari insiden penyerbuan polisi ke Tanah Tinggi, Poso, enam tahun lalu. Jajak pendapat online yang digelar situs berita Tempo.co dan portal Yahoo! Indonesia sepanjang pekan lalu menunjukkan masih kuatnya dukungan publik terhadap keberadaan Densus. Sebanyak 57 persen pembaca di kedua situs berita itu menolak usul pembubaran detasemen khusus yang dibentuk setelah insiden bom Bali pada 2002 tersebut. Meski begitu, tak ada salahnya jika petinggi Densus mengingatkan anak buahnya agar senantiasa menghormati hak asasi dalam setiap operasinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
Edisi 24 Maret 2014 PODCAST REKOMENDASI TEMPO surat-pembaca surat-dari-redaksi angka kutipan-dan-album kartun etalase event Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971 © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum |