Barangkali terlalu naif kalau hal ini ditanyakan langsung pada PT Telkom. Saya pernah iseng-iseng menghitung jumlah rekening telepon rumah saya selama satu tahun. Ternyata, ada hal-hal yang fantastis, yang barangkali tak pernah disadari masyarakat pemakai telepon. Dengan biaya Rp 100 per pulsa, Rp 10.000 untuk biaya abonemen, dan PPN 10%, hampir selalu seorang pelanggan membayar rekeningnya dengan jumlah pecahan. Tapi petugas loket penerimaan pembayaran rekening selalu membulatkan jumlah itu ke atas. Jadi, setiap bulannya tanpa disadari para pelanggan merelakan uangnya, Rp 10 sampai Rp 40, untuk mengisi kas Telkom. Kalau diambil rata-rata Rp 20 saja per bulan, setahunnya bisa mencapai Rp 240. Jumlah ini tentunya tak berarti bagi pelanggan. Nah, bila kita kaitkan dengan jumlah pelanggan di Jakarta saja, misalnya, jumlah uang yang diterima oleh Telkom akan menjadi berarti. Taruhlah ada sekitar satu juta pelanggan telepon di Jakarta, berarti Telkom cabang Jakarta menerima Rp 240 juta per tahun, uang yang seharusnya hak pelanggan. Lalu berapa jumlahnya untuk seluruh Indonesia? Untuk itu, saya punya usul untuk mengembalikan uang tersebut kepada pelanggan. Caranya, setiap nomor telepon diundi dua atau tiga kali setahun. Hadiahnya barang atau deposito. Atau bisa juga uang tersebut diserahkan pada panti asuhan atau badan sosial lainnya yang memang membutuhkan bantuan dana. Saya kira cukup adil, bukan? ADI SUSANTO Ciputat Jakarta Selatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini