SAYA menemukan kejanggalan kalimat di TEMPO Edisi 28 Juli-4 Agustus 2002, rubrik Nasional, halaman 25, mengenai Tommy Soeharto. Pada halaman baris ke-23 terdapat kalimat, ”Penolakan ini membuat Tommy nekat sepekan berikutnya, tepat pada hari terakhir ’jatah’ masa penahanan Tommy, pengadilan baru sampai pada pembacaan duplik…. Dengan hitung-hitungan ini, tim pengacara yakin Tommy akan lolos demi hukum, setidaknya untuk sementara.”
Pada bagian lain di halaman 106, rubrik Kolom, tulisan Hamid Awaludin, pada kalimat pertama kolom kedua (sebelah kanan), tertulis, ”Bagi calon yang memperoleh suara lebih 50 presiden” (mungkin maksudnya 50 persen).
Kesalahan tersebut mungkin akibat penyusunan terburu-buru untuk mengejar deadline.
SIDARTA Sonny
e-mail:
[email protected]
—Anda benar. Pada tulisan tentang Tommy berjudul ”Lima Belas Tahun untuk Satu Nyawa” (TEMPO, 28 Juli-4 Agustus) memang ada dua alinea yang tak sengaja hilang karena kesalahan teknis. Alinea yang hilang itu adalah:
”Penolakan ini membuat Tommy nekat dan memilih kabur. Di masa pelarian Tommy itulah, Syafiuddin tewas ditembak. Polisi menduga anak bekas presiden itu berada di balik pembunuhan ini karena Tommy kerap minta bantuan Hakim Agung ’memuluskan’ vonisnya. Penangkapan Noval dan Mola makin menyudutkan mantan pembalap itu karena para tersangka dikenal sebagai teman dekat Tommy.
... Semula, melihat jadwal persidangan yang amat mepet, tim pengacara yakin Tommy bakal dibebaskan. Soalnya, masa penahanan bekas buron ini akan habis 3 Agustus mendatang. Padahal, hingga dua pekan sebelum deadline itu jatuh, acara sidang baru sampai pembacaan pleidoi. Lazimnya sepekan setelah pleiodi, jaksa akan membalasnya dengan replik. Dan sepekan berikutnya....”
Kami mohon maaf. Dengan demikian kesalahan sudah diralat.—
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini