Kereta Cepat Jakarta-Bandung untuk Apa?

UTUSAN pemerintah Jepang dan Cina berlomba meyakinkan Presiden Joko Widodo agar memilih proposal mereka menggarap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Kereta yang hendak dibuat diperkirakan mampu melesat hingga 300 kilometer per jam.

Dengan jarak kedua kota sekitar 150 kilometer dan berhenti di lima stasiun, waktu tempuhnya hanya sekitar 40 menit. Apakah masyarakat membutuhkan kereta semacam ini?

Dalam jajak pendapat di Tempo.co, sebanyak 842 dari 1.475 responden atau 57,1 persen menilai proyek tersebut tak perlu buru-buru dilaksanakan. Setidaknya ada tiga alasan menolak pembangunan kereta kilat ini.

Pertama, tak ada persoalan transportasi dari Jakarta ke Bandung dan sebaliknya. Masyarakat bisa naik kereta api atau melintasi hamparan jalan tol dengan kendaraan umum dan pribadi untuk menjangkau kota itu.

Kedua, mereka yang menggunakan kendaraan pribadi diyakini enggan beralih karena akses transportasi umum di dalam kota-baik di Jakarta maupun Bandung-belum terintegrasi dan masalah kemacetan semakin parah.

Ketiga, membangun kereta cepat dari Jepang ataupun Cina memicu ketergantungan teknologi dan sumber daya manusia pada negara itu.

Sikap pemerintah tak jelas. Presiden Jokowi menyatakan menolak proyek kereta cepat. Dia memilih membangun kereta "setengah" cepat menggunakan model business to business. Dengan model ini, pemerintah tak perlu keluar duit.

Saat peletakan batu pertama pembangunan light rail transit di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Presiden Jokowi menegaskan bahwa proyek kereta cepat jalan terus dan terintegrasi dengan semua moda transportasi. ?

Apakah menurut Anda proyek kereta cepat Jakarta-Bandung perlu segera direalisasi?

Indikator Pekan Ini

Apakah Anda setuju pimpinan DPR dijatuhi sanksi karena menghadiri kampanye calon presiden Partai Republik, Donald Trump, di New York? www.tempo.co.