Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut ini klarifikasi mengenai berita tersebut. Aplikasi GORupiah sudah kami hentikan atau berhenti beroperasi sejak tiga bulan lalu, pada 14 Agustus 2018, sesuai dengan saran Otoritas Jasa Keuangan. Narasumber Anda mungkin saja memberikan informasi yang tidak akurat. Ada aplikasi lain bernama “GO Rupiah” yang juga terdapat di Google Play atau PlayStore, tapi itu palsu, bukan milik PT Infin Tech. Kami sudah melaporkan hal tersebut kepada OJK dan Google.
Karena PT Infin Tech perusahaan start-up kecil, kami tidak mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk menginformasikan kepada masyarakat luas bahwa GO Rupiah di Google Play itu palsu. Kami berharap Tempo bisa menyampaikan atau mengimbau masyarakat agar tidak menggunakan aplikasi financial technology yang palsu atau ilegal. Harap menggunakan aplikasi yang sudah terdaftar di OJK yang berjumlah 73 aplikasi.
PT Infin Tech, Jakarta
Keamanan Kartu Kredit BCA Mengecewakan
SAYA pengguna kartu kredit BCA sejak 2015. Pada Sabtu siang, 3 November 2018, istri saya berada di Starbucks Coffee, Lower Ground Pondok Indah Mall 1, Jakarta Selatan. Pada pukul 15.41 WIB, terdapat pesan pendek dan e-mail tentang adanya transaksi beruntun senilai Rp 5,54 juta, Rp 6,96 juta, Rp 2,46 juta, dan Rp 4,32 juta di Toko Mas Singgalang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dari kartu kredit BCA saya.
Saat itulah istri saya menyadari kartu kredit sudah raib dari dompet. Saya pun menghubungi layanan Halo BCA 1500888 untuk meminta pembekuan segera. Bahkan istri melihat rekaman kamera CCTV, menghubungi satuan pengamanan Pondok Indah Mall, melapor ke Kepolisian Sektor Kebayoran Lama, membuat laporan di Kepolisian Resor Jakarta Selatan dengan nomor LP/2124 K/XI/2018/PMJ/Restro Jakarta Selatan pada 4 November 2018, juga mendatangi gerai toko emas yang diduga sebagai lokasi transaksi terakhir kartu kredit saya.
Dari Halo BCA, saya membuat laporan dengan nomor 2107629769 serta mengirim semua persyaratan melalui halo[email protected]. Namun jawaban yang saya terima melalui sambungan telepon dan e-mail sungguh mengecewakan: laporan tersebut ditolak. Saya menghubungi langsung unit customer service BCA dan dijanjikan akan diberi informasi segera. Namun, hingga saat ini, belum ada informasi apa pun dari BCA. Saya hanya berharap ada iktikad baik dari BCA, mengingat transaksi senilai lebih dari Rp 19 juta tersebut dilakukan tanpa personal identification number (PIN).
Selama ini, saya dan istri selalu patuh melakukan transaksi kartu kredit menggunakan PIN. Namun sangat disayangkan, pihak tenant dengan mudah menerima pembayaran sebesar itu tanpa perlu menyamakan nama yang tertera di kartu kredit dengan kartu tanda penduduk pembeli. Jika orang lain, bukan pemilik, tetap bisa mengakses kartu kredit tanpa PIN, lantas apa gunanya PIN?
Mohon penjelasan dari BCA, apakah kejadian ini sepenuhnya ditimpakan pada kelalaian pengguna? Bagaimana dengan tulisan “untuk keamanan transaksi segera aktifkan PIN Kartu Kredit” yang selalu muncul pada bodi e-mail setiap kali ada transaksi dari kartu kredit BCA? Bukankah sangat miris ketika saya membaca tulisan atau menerima e-mail tersebut justru dari transaksi tanpa PIN?
Valentinus Nanang Wibisono, Kembangan, Jakarta Barat
Noktah Hitam Toleransi
JUDUL surat ini adalah opini saya berkaitan dengan perusakan perlengkapan sedekah laut oleh sekelompok orang di Bantul, Yogyakarta, seperti ditulis Tempo edisi 22-28 Oktober 2018. Fakta sejarah membuktikan akulturasi antara Islam dan kebudayaan lokal berlangsung sangat harmonis sejak ratusan tahun silam, seperti dalam kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Hal tersebut hingga sekarang kita saksikan dalam wujud peninggalan di Keraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman, misalnya, juga berbentuk bangunan masjid.
Ketika saya menulis surat ini, sedang berlangsung pasar malam perayaan Sekaten di Alun-alun utara Yogyakarta dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Jelas sekali, di samping acara islami seperti takziah tiap hari, wujud keseniannya penuh unsur budaya Jawa. Ada acara keraton, yaitu prosesi miyos songso dan kundur gongso atau gamelan Jawa di pelataran Masjid Gede Kauman. Ada juga gunungan Sekaten yang maknanya sama dengan sedekah laut, yaitu ungkapan syukur atas anugerah Tuhan berupa melimpahnya hasil bumi.
F.S. Hartono, Sleman, Yogyakarta
Tanggapan OVO
BERIKUT ini kami sampaikan informasi terkait dengan surat pembaca yang dikirimkan Bapak Dicky Johar dan dimuat di majalah Tempo edisi 19-25 November 2018.
Sebelumnya, kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami Bapak Dicky. Pihak OVO telah menghubungi Bapak Dicky untuk menyampaikan permohonan maaf, memberikan penjelasan, dan menyelesaikan kendala tersebut.
Kami mengapresiasi masukan dan saran yang diberikan demi peningkatan kualitas layanan OVO.
Sinta Setyaningsih, Head of Public Relations OVO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo