Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KOTA Jakarta minggu ini sering digetarkan suara gemuruh pesawat tempur. Bukan cuma formasi pesawat milik TNI-AU yang membelah udara Jakarta. Beberapa pesawat berbendera asing, termasuk Mirage 2000 milik Prancis, sering memamerkan diri di atas Ibu Kota Jakarta. Inilah suasana Pameran Dirgantara Indonesia (Indonesia Air Show - IAS) 86 di bekas bandar udara dalam negeri, Kemayoran, itu. Pameran udara yang pertama kali ini memang cukup besar bagi Indonesia yang kini sedang merintis industri pesawat terbang. Bagi kami, keikutsertaan puluhan perusahaan beken yang membuat pesawat terbang atau komponennya, dan partisipasi beberapa negara besar dalam pameran dirgantara itu, mempunyai arti khusus untuk menulisnya sebagai Laporan Utama. Sehubungan dengan itu, kami merasa perlu mempersiapkan bahannya lebih matang. Kebetulan, pada waktu kami sedang menghimpun berbagai bahan, datang undangan dari Avions Marcel Dassault Breguet Aviation (AMD-BA). Sebuah perusahaan penerbangan raksasa Prancis itu mengundang kami, bersama tiga wartawan lain dari Indonesia, untuk berkunjung. Ahmed Kurnia Soeriawidjaja, yang ditugasi memenuhi undangan tersebut, kecuali mengunjungi kantor pusat AMD-BA, perusahaan pembuat pesawat tempur mutakhir Mirage 2000, juga mendapat kesempatan melihat 4 kawasan pabriknya - dari 11 pabrik yang tersebar di seluruh Prancis. Tempat yang ditunjukkan kepada keempat wartawan yang berkunjung itu adalah Saint Cloud, Argenteuil, Biaritz, dan Merignac tempat pembuatan tahap akhir Mirage 2000. Di samping Mirage 2000 yang secara kontroversial masuk nominasi dalam daftar nama pesawat tempur supersonik yang akan dibeli Indonesia bersama F-16 buatan Amerika Serikat, Ahmed juga mendapat kesempatan melihat pembuatan pesawat lainnya produk AMD-BA di pabriknya, seperti Jet Eksekutif Falcon 900, Alpha Jet, Mirage F-1, Mirage 3/5/50, Atlantic, dan Gardian. Dalam kesempatan itu, secara panjang lebar, keempat wartawan Indonesia itu mendapat penjelasan mengenai berbagai hal termasuk persiapan perusahaan itu untuk mengikuti IAS 86 di Jakarta. Selesai memenuhi undangan di Prancis Ahmed juga ditugasi melihat markas besar industri pesawat terbang Fokker di Bylmermeer, pinggiran Amsterdam. Ahmed sempat mengunjungi Schiphol salah satu dari enam pabrik Fokker. Wartawan kami mendapat kesempatan melihat proses pembuatan Fokker 27 Friendship - dan Fokker 28 Fellowship. Kebetulan tahun ini merupakan tahun terakhir pembuatan kedua jenis pesawat buatan Fokker itu. Selanjutnya, Fokker akan melahirkan generasi baru yaitu Fokker 100 dan Fokker 50, yang juga sudah mulai dibikin. Di Schiphol itu pula, ia mendapat kesempatan melihat sebagian kecil proses pembuatan pesawat F-16 oleh General Dynamics AS yang diproduksi bersama dengan Fokker. Untuk melengkapi bahan laporan untuk tulisan mengenai IAS 86 ini, Ahmed juga ditugasi membandingkan apa yang didapatnya di Eropa itu dengan pabrik pesawat dalam negeri, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Bandung. Bersama Jim Supangkat dan James R. Lapian - yang menulis Laporan Utama ini - ia mewawancarai Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie di kantornya. Kami juga mengerahkan beberapa reporter lainnya untuk mempersiapkan keseluruhan bahan laporan, mengadakan serangkaian wawancara dengan berbagai pihak yang mengikuti IAS 86 itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo