Mengapa tanda tanya dipersoalkan?

Setelah membaca sekilas silang pendapat antara Redaktur Bahasa TEMPO Slamet Djabarudi dan beberapa pembaca TEMPO tentang penggunaan tanda tanya dalam penulisan, mungkin saya bisa ikut berbicara sedikit. 1. Tanda titik sudah disepakati sebagai tanda tulis untuk mengakhiri sebuah kalimat. Kalimat itu bisa dari satu kata atau beberapa kata. 2. Pada tanda tanya dan seru pun ada titik. Orang sering lupa bahwa tanda titik pada tanda tanya dan seru sama fungsinya dengan tanda titik. Ini berarti tiga tanda pengakhir kalimat itu mempunyai tanda titik. 3. Untuk judul buku, artikel, puisi, dan lagu tidak digunakan titik. Maka, untuk judul-judul tersebut tidak perlu diberi tanda tanya atau tanda seru kecuali ada tujuan tertentu. 4. Sekarang, kita lanjutkan tentang penggunaan tanda tanya dalam penulisan. a. Kapan tanda tanya digunakan? b. Di mana tanda tanya ditempatkan? c. Siapa menentukan penggunaan tanda tanya? Jika kalimat tanya (a), (b), dan (c) di atas dijadikan anak kalimat, maka tanda tanya dalam anak kalimat itu hilang atau tidak digunakan. 5. Jika kita memberi tanda tanya di belakang kalimat, maka tanda tanya itu berlaku untuk seluruh kalimat dan bukan untuk sebagian kalimat. 6. Saya hanya melihat penggunaan tanda tanya dari sudut pandangan kebahasaan dan bukan dari sudut retorik. Akhirnya, saya pun bertanya mengapa tanda tanya dipersoalkan. I.D. PARERA Jalan Pendidikan No. 7 Duren Sawit, Klender Jakarta 13440