Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

prelude

Aturan Toa Masjid

Pemerintah Arab Saudi dan sejumlah negara Islam juga membuat aturan toa masjid agar tak mengganggu. Mengapa kita ribut?

5 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Soal Toa Masjid

SURAT Edaran Menteri Agama tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala menimbulkan pro-kontra. Jika para penolak melihat negara-negara berpenduduk mayoritas muslim, penggunaan pengeras suara di masjid memang diatur. Negara itu antara lain negara Timur Tengah, Mesir, dan Malaysia. Bahkan Arab Saudi sejak tahun lalu melarang penggunaan pengeras suara di 99 ribu masjid.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam aturan yang dikeluarkan Menteri Urusan Islam Arab Saudi Abullatif bin Aldulaziz Al-Sheikh disebutkan pengeras suara luar hanya digunakan untuk mengumandangkan azan dan ikamah. Untuk berkhotbah, pengeras suara hanya boleh digunakan di dalam masjid, pelantang suara luar tidak boleh digunakan kecuali dalam salat Id dan salat Jumat. Volume suara juga dibatasi hanya sepertiga dari batas maksimum pengeras suara. Pemerintah Arab Saudi bahkan membuat sanksi bagi masjid yang melanggar aturan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alasan yang dikemukakan Menteri Urusan Islam di sana adalah suara keras dari pelantang suara di luar masjid tidak baik bagi orang lanjut usia dan anak-anak. Aturan ini tepat sekali. Bahkan penggunaan pengeras suara luar untuk khotbah juga mudarat karena memaksa orang mendengarkannya. Padahal mereka belum tentu mau mendengarkan khotbah itu. Dalam hal beragama, tidak ada paksaan dalam Islam seperti tertulis dalam Al-Quran 2 : 256.

Islam disebut sebagai agama yang rahmatan lil alamin, rahmat bagi semua, tapi tidak sedikit pemeluknya yang melakukan hal-hal yang justru bertentangan dengan konsep itu. Termasuk dalam hal penggunaan pelantang suara luar yang sangat keras suaranya.

Sangat jelas penggunaan pengeras suara di negara kita sudah keterlaluan sehingga tepat sekali diatur. Mungkin Majelis Ulama Indonesia dan pemerintah perlu mengirim para “opinion leader” Islam yang sering membikin gaduh ke Arab Saudi dan negara-negara Islam lain yang mengatur penggunaan pengeras suara masjid. Jadi mereka tidak seperti katak dalam tempurung yang sering membuat kegaduhan yang tidak perlu karena ketidaktahuan.

Dr Hadi Satyagraha
Petamburan, Jakarta Pusat


Banjir Banten

CUACA ekstrem di wilayah Kota Serang dua hari terakhir menunjukkan aktivitas hujan terus-menerus dengan intensitas tinggi, 100-150 milimeter per hari. Air Sungai Cibanten dan Bendungan Sindangheula pun meluap sehingga air sungai di sekitar Kota Serang ikut meluap. Akibatnya, sejumlah lokasi terendam.

Diperkirakan sebanyak 22 titik banjir muncul di ibu kota Provinsi Banten ini. Air memasuki permukiman warga dengan ketinggian bervariasi. Rekan-rekan Forum Wisata Kabupaten Serang dan Kota Serang berupaya merespons cepat bencana yang terjadi dengan menyalurkan bantuan bagi korban banjir di sejumlah titik mengingat banjir kali ini termasuk yang terbesar dalam 10 tahun terakhir.

Bambang Aripriatna
Ketua Forum Wisata Banten


Politik Pecah Belah

BEBERAPA tahun belakangan, ada beberapa ustad dan ulama yang diserang orang asing. Motif dan profil penyerang tak diketahui dengan jelas. Mengutip Tempo.co, berikut ini rentetan kasus penyerangan tokoh agama sebelum penusukan (almarhum) Syekh Ali Jaber: pembunuhan Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam, 1 Februari 2018; penganiayaan pemimpin Pondok Pesantren Al-Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, 27 Januari 2018; penusukan imam Masjid Al-Falah, Pekanbaru, 23 Juli 2020; dan penyerangan kiai di Lamongan, Jawa Timur, pertengahan Februari 2018. Beberapa bulan ini juga ada kehebohan tentang ceramah Oki Setiana Dewi dan ceramah Ustad Khalid Basalamah mengenai wayang.

Mengapa beritanya berentetan saat masih banyak masalah pelik di negeri ini? Siapa dalang di balik semua ini, di balik pemotongan video ceramah dan pemviralannya tanpa klarifikasi dari pembicara terkait dan iktikad baik? 

Banyak masalah yang jauh lebih besar di negara kita, seperti persoalan Jaminan Hari Tua, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, ibu kota negara, utang negara, serta tingginya harga bahan kebutuhan pokok seperti minyak goreng padahal kita salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia, yang jelas-jelas menyangkut hajat hidup jutaan warga Indonesia, tidak dituntaskan dengan baik.

Ini sungguh memunculkan kesan pengalihan isu yang membuat publik mengalihkan fokus yang ujungnya masalah tersebut akan menimpa dan makin menyusahkan banyak orang seiring dengan berjalannya waktu. Anehnya, malah para tokoh agama Islam, bukan agama lain, yang dikorbankan dalam pengalihan isu tersebut. 

Jadi mari kita cerdas menjadi anggota masyarakat. Berlakulah adil dalam menilai sesuatu. Jangan labil dan mudah terprovokasi. Masalah pendapat individu tentu berbeda dengan masalah kebijakan pemerintah yang menyangkut nasib ratusan juta warga Indonesia. Jadi kita harus proporsional menyikapi hal ini.

Mari kita terus jaga keutuhan dan kesatuan bangsa kita yang multikultural dan multiagama ini. Musuh kita sama: ketidakadilan, kemiskinan, kebodohan, ketimpangan, dan kesulitan masyarakat mendapatkan hak-haknya. Yuk, berfokus menyelesaikan permasalahan kita bersama dan melawan musuh yang sama. Tolak politik pecah belah. 

Aisyah Supernova
[email protected]

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus