Hamid Algadri, 81 tahun, telah dianugerahi f48Medal of the National Merit of Order (Al-Istihqoq Al-Watani) dari pemerintah Aljazair, 3 Agustus silam. Pemberian bintang jasa tertinggi bagi orang bukan Aljazair itu dilakukan oleh Amar Benaouda, kepala urusan bintang jasa nasional, atas nama Presiden Aljazair Ali Kahfi, di Wisma Negara El Mithak, di Aljir. Banyak tamu penting hadir, antara lain Menlu RI Ali Alatas dan Menlu Aljazair Lakhdar Brahimi, yang sejak tahun 1956 membuka kantor perwakilan Aljazair di Jakarta, hingga negerinya merdeka pada tahun 1962. Adalah Hamid dari PSI yang menjabat Sekjen Panitia Pembantu Perjuangan Bangsa Maghreb (Tunisia dan Aljazair) yang dibentuk pada tahun 1952 di Jakarta. Panitia yang ketika itu diketuai Muhammad Natsir dari Masjumi itu didukung oleh semua parpol, kecuali PKI. Setelah Tunisia merdeka dari Prancis tahun 1956, panitia tersebut, yang juga banyak dibantu oleh I.J. Kasimo dari Partai Katolik Indonesia dan Sumitro Djojohadikusumo, yang waktu itu Menteri Keuangan RI, melanjutkan bantuan perjuangan untuk memerdekakan Aljazair. Antara lain dengan membeli dan mengirim senjata untuk para pejuang Aljazair yang sedang bertempur melawan tentara Prancis. Dalam sambutannya di Aljir, Hamid Algadri -- didampingi Zena, istrinya -- mengatakan, "Adalah seluruh bangsa Indonesia yang sesungguhnya dianugerahi penghargaan tertinggi ini." Akhir Agustus ini, menurut rencana, pemerintah Tunisia -- melalui kedutaan besar mereka di Indonesia -- akan menganugerahkan bintang jasa serupa kepada Hamid Algadri dan Prof. Sumitro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini