Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah pertarungan antara kekuatan pasar, tradisi, dan agama sedang berlangsung seru di arena seni gandrung khas Banyuwangi. Analisis itu mengantarkan Novi Anoegrajekti meraih gelar doktor di Program Pas-casarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Rabu dua pekan lalu.
Ia berhasil mempertahan-kan disertasi berjudul "Gan-drung Banyuwangi: Per-ta-ru-ngan Pasar, Tradisi, dan Agama, Memperebutkan- Re-presentasi Identitas U-sing", de-ngan hasil sangat memuaskan.
Kekuatan pasar meng-geng-gam seni gandrung, me-nurut Novi, lantaran pelaku seni gandrung lebih berpikir aspek ekonomi- untuk mencari- nafkah. Akibat-nya, terjadi kom-pro-mi. Pa-kem-pakem la-ma- gan-drung mu-lai ter-kikis. Me-reka meng-gu-nakan la-gu-lagu dang-dut untuk mena-rik semakin ba-nyak penonton. Penta-hapan gandrung pun hilang.
Kekuatan lain yang men-co-ba mengembalikan gan-drung- sebagai seni tradi-sional adalah birokrasi. "Birokrasi ingin dalam gandrung digunakan lagu-lagu Using- atau Banyuwangen," ujar Novi. Mereka juga -ingin pentahapan digunakan- kem-ba-li, di ma-na ada pem-ba-ba-kan, je-jer (pembuka), tuju (me-na-ri ber-pasang-an) dan seblang-seblang-.
Mereka juga i-ngin mengembalikan roh gandrung seba-gai lam-bang per-la-wan-an. Se-kitar li-ma tahun ter-akhir, pemerintah- mela-ku-kan kam-panye -besar-besar-an de-ngan mengadakan pe-la-tihan gandrung dan penggunaan budaya Using. "Me-reka ingin mengUsing-kan Banyu-wa-ngi," No-vi me-ne-gas-kan.
Kekuatan ketiga yang menco-ba mempengaruhi gan-drung- adalah agama. Pen-du-kung kekuatan ini ingin- menghilangkan minum-an keras dari arena gandrung dan memasukkan lagu-lagu Isla-mi. Penarinya pun di-minta tak buka aurat, atau malah memakai jilbab.
Sekeras apa pun upa-ya bi-rokrasi atau-pun kelompok- aga-ma, terbukti pasar tetap do-min-an. Demikian ke-sim-pulan disertasi dosen Fa-kultas Sas-tra Universitas- Jember dan dosen luar biasa- Universitas Nege-ri Jakarta ini. Novi, yang ju-ga pemim-pin redaksi jurnal perempuan multikultu-ral Srintil, sebelumnya telah mem-buat tesis tentang sastra Motinggo Busye.
"Buat apa menjadi Ketua Mahkamah Agung kalau menyatakan seperti itu?" -Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, Muladi, di Jakarta, Senin pekan lalu. Ia menanggapi Ketua Mahkamah Agung, Bagir Manan, pekan sebelumnya, yang menyebut pemerintah tak perlu mencari tersangka kasus semburan lumpur panas PT Lapindo Brantas-yang menurut LSM Greenomics mengakibatkan kerugian Rp 33,27 triliun-asal Lapindo membayar ganti rugi.
"Jangan saya dijadikan tumbal atas perbuatan Hamid." -Daan Dimara, terdakwa kasus dugaan korupsi segel kertas suara pemilihan umum, dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Selasa pekan lalu. Ia berkukuh bahwa Hamid Awaludin, mantan anggota Komisi Pemilihan Umum, kini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, yang menentukan harga segel.
TEMPO DOELOE
14 Agustus 1825Michael Faraday,- ah-li- fi-sika dan ki-mi-a Ing-gris,- me-ne-mukan bahan ba-kar- bensin yang merupakan turunan da-ri mi-nyak. Pene-mu-an ini se-makin mem-percepat ke-ma-juan bidang industri dan transportasi.
15 Agustus 1990Presiden Irak Sa-ddam- Hussein meng-akui isi per-jan-jian perbatasan Irak-Iran yang dite-ken pa-da 1975 di Al-jazair. Pe-ngakuan ini meng-akhi-ri pe-rang- antara ke-dua ne-gara. Pada 1960, -Sa-ddam sempat merobek-robek surat- perjanjian itu di de-pan ka-mera televi-si-.
16 Agustus 1807Louis Agasis lahir di Swiss. Ia dikenal seba-gai ar-keolog yang ba-nyak me-lakukan penelitian tentang fosil dan pengaruh pembekuan di bumi. Hasil penelitiannya memiliki peran penting untuk penemuan ar-keologis selanjutnya.
17 Agustus 1960Gabon meraih kemer-dekaan dari Prancis. Ne-gara di bagian barat Afri-ka ini sejak abad ke-15 dijajah Portugis. Prancis baru menguasai Gabon pada pertengah-an abad ke-19.
18 Agustus 653Pertempuran besar pe-cah antara kaum muslim dan orang-orang Romawi di kawasan Ajnadin, Pa-lestina. Pasukan Romawi yang jumlahnya lebih besar mengalami kekalahan dan dipukul mundur sampai ke Damaskus.
19 Agustus 1991Kelompok militer di bawah pimpinan Genadi Yanayev melakukan ku-deta di Uni Soviet. Me-re-ka menentang refor-masi yang dilakukan Pre-siden Gorbachev. Ku-deta dapat digagalkan- Boris Yeltsin, yang ketika itu menjabat Presiden Negara Bagian Rusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo