Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terdakwa Daan Dimara hilang kesabarannya. Dijerat kasus korupsi segel surat suara pemilihan presiden, ia tiba-tiba meninggalkan ruang sidang, Selasa pekan lalu. ”Saya merasa dijadikan tumbal,” ka-ta Daan seusai sidang di Pengadilan Korupsi Jakarta Pusat.
Walk out dilakukan setelah permintaannya agar hakim- menetapkan Hamid Awaludin sebagai tersangka kasus sum pah palsu tidak dikabulkan. Daan meng-anggap Hamid, yang kini menjadi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, telah memberikan kesaksian bohong di bahwa sumpah.
Daan bersama Untung Sastra Wijaya (Direktur PT -Ro-yal Standard), beberapa staf Komisi Pemilihan Umum, ya-kin Hamid memimpin pertemuan menentukan harga segel sampul surat suara pemilihan presi-den pada 14 Juni 2004. Tapi Hamid, yang saat itu masih menjadi anggota KPU, membantahnya saat memberikan kesaksian di persidangan, dua pekan sebelumnya.
Ketua majelis hakim Gusrizal menolak permintaan- Daan karena pengadilan korupsi tidak berwenang me-netapkan tersangka sumpah palsu. Masalah ini men-jadi we-wenang peradilan umum. Dia menyaran-kan- Daan me-ngajukan permohonan pemeriksaan ke ke-jak saan atau kepolisian. Mendengar jawaban itu, Daan langsung berdiri. ”Kalau begitu, sekarang saya mau- ke polisi,” katanya sambil meninggalkan ruang sidang. Majelis hakim pun terpaksa menunda sidang.
Pergeseran Petinggi TNI
Markas Besar Tentara- Na-sional Indonesia meng-umum-kan pergantian se-jumlah petinggi, Kamis pekan la-lu. Di antaranya Wakil Ke-pala Staf Angkat-an Laut, Laksamana Madya I Wayan- Rampih Argawa. Karena memasuki usia pensiun, ia diganti oleh Laksamana Muda Waldi Murad, sebelumnya Panglima Ar-ma-da Timur. ”Ini pergantian rutin, tidak ada yang aneh,” kata Pang-lima TNI Marsekal Djoko Suyanto.
Di Angkatan Darat juga ada pergeseran. Mayor Jen-de-ral Syaiful Rizal, yang se-mula Komandan Jende-ral Komando Pasukan Khusus, menjadi Panglima Kodam- Uda-yana. Posisinya di Ko-passus digantikan teman seangkatannya, Mayjen Ra-syid Qur-nuen Aquary, sebelumnya Panglima Divisi Infanteri I Kostrad.
Mayjen Zamroni, yang se-belumnya Pangdam Udaya-na, digeser menjadi Pang-dam Trikora. Mayjen George Toisutta, yang sebelumnya- menempati posisi itu, di-pindahkan jadi Pangdam Si-liwangi menggantikan May jen Sriyanto. Adapun Sri-yanto bergeser menjadi Gubernur Akademi Militer.
Posisi Wakil Asisten Logis-tik KSAD yang ditinggal-kan almarhum Brigjen Koes maya-di kini diisi oleh Kolonel- Hari Krisnowo. Adapun Brig-jen M. Noer Muis, Kepa-la Staf Kodam Diponegoro yang pernah diadili karena kasus pelanggaran hak asasi manusia -di Timor Timur, memperoleh promosi menjadi Panglima Divisi Infanteri I Kostrad.
Dakwaan Baru bagi Mulyana
Mulyana W. Kusumah duduk lagi di kursi pesakitan. Bekas anggota Komisi Pemilihan Umum ini di dakwa korupsi dalam pe-ng-a-daan kotak suara pemilih-an umum 2004 bersama be-kas Kepala Biro Logistik- KPU Richard Manusun Purba. Sidang perdana kasus ini digelar di Pengadilan Korupsi, Jakarta Pusat, pekan lalu.
Jaksa Khaidir Ramli menyatakan mereka melanggar persyaratan prakualifikasi- bagi perusahaan rekanan peng-adaan kotak suara. Mulyana ketika itu menjadi ke-tua panitia pengadaan dan Purba menjabat sekretaris. Ke-duanya dituduh merugikan negara Rp 15,7 miliar.
Mulyana mengaku tak paham konstruksi dakwaan. ”Nan-ti saya sampaikan da-lam eksepsi,” kata dia. Ini kasus kedua baginya. Pada 12 September tahun lalu, Mul-yana telah divonis dua tahun tujuh bulan penjara ka-rena menyuap auditor Ba-dan Pemeriksa Keuangan.
Rencana Eksekusi Tibo Ditentang
Kepolisian Daerah- Su-la-wesi Tengah siap mengeksekusi tiga terpidana mati ka-sus Poso, Febianus Tibo, Dominggus Da Silva, dan Ma rinus Riwu. Dijadwalkan eksekusi dilakukan pa-da Sab-tu, 12 Agustus, pukul 00.15 waktu setempat. ”Tapi belum ada perintah eksekusi (dari kejaksaan),” kata Kepala Polda Sulawesi Te-ngah, Brigjen Oegroseno, pekan lalu.
Penembak mati yang disi-apkan sebanyak empat regu, terdiri 40 personel Brigade Mobil dan Perintis Sabhara. Namun, Oegroseno merahasiakan lokasi eksekusi. Juru bicara Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah, Hasma, pun enggan memberi penjelasan.
Keluarga para terpida-na menolak eksekusi kendati- su-dah menerima surat pemberi-tahuan. Robert Tibo, anak Fa-bianus Tibo, tak ya-kin ayah-nya telah membu-nuh. Dia dan keluarganya akan me-lakukan perlawanan bila betul sang ayah diekse-kusi. ”Saya pasti akan melawan,” kata Robert.
Polisi dan Tentara Baku Tembak
Perang antara polisi dan tentara kembali pecah, Se lasa pekan lalu. Peristiwa yang terjadi di Tugu Mulyo, Mu-sirawas, Sumatera Selat-an,- itu kali ini menewaskan- Bri-gadir Dua Wirayuda dari pi-hak polisi, dan Sersan Kepa-la Eddy Subejo dari pihak TNI. ”Kami bersama Kodim Musirawas masih menyelidiki sebab kejadian ini,” ka-ta Kepala Polres Musirawas, Ajun Komisaris Besar Sunanto.
Insiden bermula saat lima anggota polisi menghentikan- truk pengangkut kelapa sa-wit yang dikawal dua ang-gota TNI di Tugu Mulyo. Penghentian ini berujung adu mu-lut antar-aparat. Kemudi-an meletuslah tembakan yang menewaskan Eddy Su bejo. Rekannya, Sersan Ma yor Subadrio, terluka di leher.- Sedangkan pengemudi truk, Amrullah, tertembak di lengan.
Satu jam kemudian, markas Kepolisian Tugu Mulyo, yang berada dekat markas Ko-dim Musirawas, menja-di- arena tempur antara- dua ke-satuan. Peristiwa itu me-ne-waskan Brigadir Dua Wi-rayu-da. Pangdam dan Wakil Kepala Polda Sumatera Selatan buru-buru meme-rin-tahkan anak buahnya me-na-han diri. ”Tidak ada pe nambahan pasukan, se-mua masih terkendali,” kata Wa-kil Kapolda, Brigadir Jenderal Polisi Abdurrahman.
Nelayan Jayapura Ditembak
Sembilan nelayan asal Jayapura ditangkap tentara Papua Nugini, Rabu pagi pekan lalu. Satu di antaranya, Mulyadi, 33 tahun, tewas.
Warga perkampungan nelayan Dok V Jayapura ini ter-tembak saat berusaha kabur. ”Dua orang lagi masih kritis dan dirawat di RSU Vanimo,” kata Giri Haryanto, Kepala Imigrasi Jayapura.
Komandan Kodim 1701/Jayapura, Letkol CHB Vik-tor- Tobing, membenarkan kejadian itu. Penembakan ter-jadi setelah perahu mere-ka diminta merapat ke darat oleh patroli tentara Pa-pua Nugini untuk diperiksa. Mulyadi rupanya berusaha kabur, lalu ditembak. Pelu-ru melesat ke mesin perahu,- tapi pantulannya nyasar ke kepala Mulyadi. ”Korban te-was di tempat,” kata Tobing. Kisah ini juga dibenarkan Pelaksana Harian Badan Per-batasan Indonesia-Papua Nugini, Philips Marey.
Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mendesak pe merintah Papua Nugini meng-usut penembakan melalui jalur hukum. Dia minta pembuktian apakah benar para nelayan memasuki batas perairan Papua Nugini. Menurut dia, insiden itu yang pertama bagi nelayan Indonesia.
Brigjen Edhy Soesilo Dicopot
Sekitar 700 poli-si wa nita Su-lawesi Tengga-ra meminta- -Bri-gadir Jende-ral Edhy Soesilo- dihukum berat-. Diduga-, be kas -Ke-pala Pol-da Sula-wesi Tengga-ra itu telah melakukan -pe-lecehan seksual ter-hadap sedikitnya 12 po-lisi wanita. ”Beliau mencoreng institusi kepolisian dan membuat aib para -korban,” kata Ajun Komisaris Besar Hamidah, mewakili korps polwan di sana, pekan lalu.
Wakil Kepala Polda Sulawesi Tenggara, Komisaris Besar Polisi Imam Suwangsa, juga membenarkan hal itu. Menurut dia, korbannya terdiri dari seorang perwira, sembilan bintara, dan dua pegawai negeri sipil. Diduga, mereka diperlakukan tidak pantas saat dipanggil ke -ruang kerja Edhy. ”Begitulah informasi yang saya dapat dari penyelidikan,”- -ka-ta Imam. Kasus ini seka-rang -se-dang ditangani Di-visi Profesi dan Pengamanan- Mabes Polri.
Sejak Se nin pekan lalu, Edhy Soesilo dico-pot dari jabatannya sebagai Kepala Polda Sulawesi Tenggara, lalu dimutasi ke Mabes Polri. Posisinya ditempati oleh Brigjen Anang Yuwono Sisworo. Namun, Imam Suwangsa tak mau mengaitkan pencopotan itu dengan kasus pelecehan seksual.
Edhy sendiri belum bisa dimintai konfirmasi. Ketika Tempo menghubungi, telepon genggamnya selalu dimatikan. Ajudannya, Bharaka Rochim, pun hanya bilang, ”Maaf, saya tidak bisa berkomentar.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo