Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA pada ketinggian 100 meter adalah tiupan angin yang terdengar begitu jelas, lalu-lintas yang sayup, dan mobil-mobil sebesar kotak korek api yang bergerak pelan tanpa suara.
Da-ri puncak Pakubuwono Residen-ce,- di Jalan Pakubuwono, Kebayo ran -B-a-ru, Jakarta adalah sebuah dunia yang berbeda. Puncak itu, me-reka menye-butnya griya tawang, istilah lain da-ri penthouse. Ya, sepuluh unit paling luas yang bertengger di pucuk tertinggi Pakubuwono Residence, ma-sing -ma-sing dengan luas 1.010 meter persegi, harga Rp 18 miliar - 20 mi-liar, dan fa-silitas lengkap. Termasuk sebuah kolam renang persegi berlantai biru di atap bangunan.
Para penghuni dikelilingi aneka- per lengkapan: dari lapangan golf mi-ni, trek jogging, lapangan badminton,- tenis, taman BBQ, kolam renang luar dan dalam ruangan dengan air ha-ngat, spa & salon, minimarket, fitness center, lapangan squash, laundry, mesin ATM, apotek, hingga preschool. Sejak diluncurkan tiga tahun lalu, se-mua unit penthouse di Pakubuwono ter-jual hanya dalam waktu enam bulan. ”Ada yang beli dua,” kata Donnie Pribadi dari bagian iklan dan promosi Pakubuwono.
Jakarta memang kota dengan sejum-lah griya tawang yang laris-manis. Se-mentara di belakang pasar Taman- Puring ada Pakubuwono Residence, di tengah gedung perkantoran di Jalan Sudirman ada Da Vinci Pen-thouse, bangunan dengan 28 unit griya ta-wang, masing-masing berukuran 453 meter persegi dan dijual di atas Rp 10 mi-liar. Sejak tahun lalu, 10 dari 18 unit terjual sudah. Inilah penthouse yang berdiri pada ketinggian 177 meter, dengan interiornya mengadaptasi gaya Yunani, Romawi, dan Gothic. Da Vinci Penthouse memiliki kolam renang bergaya Yunani bernama Apollo Bath. Di kolam renang dalam ruangan itu ada Putri Apollo tengah berada di tepi kolam.
Di Da Vinci Penthouse, seluruh ba-ngunan menghadap ke arah timur untuk menyerap sinar matahari terbit. ”Biar selaras dengan alam,” kata -Erwin Natawijaya, arsitek Da Vinci Indonesia.
Tempat tinggal pada ketinggian di atas 100 meter juga terdapat di jantung kawasan Segi Tiga Emas, Mega Ku-ningan, Jakarta Selatan. Namanya cukup Bellagio Mansion, tanpa mencantumkan griya tawang atau penthouse. Produk mereka: grand suite berukur-an 311 meter persegi di Bellagio Mansion, yang dijual Rp 6 miliar. Dan dari sepuluh unit yang ditawarkan, empat unit terjual. Mardjoko Sulistiono, Direktur Pengembang Bellagio Mansion, tak membedakan unit-unit itu dengan penthouse. Perbedaannya hanya pada, ”penamaannya saja,” katanya.
Apa ciri khusus sebuah penthouse? Yang jelas, pemandangan di bawah-nya: gedung-gedung perkantoran, pe-ru-mah-an, jalan-jalan, garis pantai,- ga-ris pertemuan langit dan laut—pe-mandangan khas setelah hujan.
Dari ketinggian di atas 100 meter,- sejumlah detail akan lenyap dari pe-mandangan, tapi mata bakal sanggup menjangkau panorama yang jauh. Sementara itu, dunia di bawah sana se-akan menjadi dunia lain. Semua dalam ben-tuk miniatur, berbeda dengan dunia di atas yang sesuai dengan ukuran sesungguhnya. Dengan kata lain, griya tawang menawarkan ”kenyataan” lingkungan yang berbeda dengan ”kenyataan” di dunia keseharian. ”N-ggak ada orang yang mondar-mandir,” ka-ta Naning Adiwoso, desainer interior, me-lukiskan suasana lingkungan penthouse.- Satu lagi, salah satu ciri khas penthouse adalah taman di atas atap (roof garden).
Sementara itu, Husni Saleh, yang juga desainer interior, merinci sistem pengamanan yang melindungi suasana nyaman itu. ”Kadang ada sistem kartu yang tidak memungkinkan orang lain masuk,” ucapnya. Di Da Vinci Penthouse, setiap lift menggunakan sistem kartu dan sentuhan jari yang tak memungkinkan bukan penghuni masuk. Di lobi, wajah tamu akan terlihat oleh peng-huni melalui videophone yang disambungkan ke tiap unit.
Desain interior griya tawang juga khas. Perabotannya jelas ”berkelas”. Bia-sanya, kata Naning, untuk meng-isi perabotan ini, pemilik menyesuaikan konsepnya dengan desainer yang di-sewa khusus. ”Pemilik penthouse biasa-nya tak mau seleranya sama dengan penghuni lain,” kata Naning. Karena-nya, mendandani interior penthouse juga butuh dana tak murah. ”Minimal Rp 10 juta per meter persegi,” katanya. Ke-istimewaan berada di Da Vinci, penghuni serasa berada kembali di zaman- Renaissance. Ini tergambarkan dari perabotan-perabotan kla-sik Eropa seperti sofa, meja makan, dan ranjang. Be-gitu masuk, penghuni lang-sung berhadapan de-ngan areal- foyer berupa taman mi-ni untuk membagi dua ruangan privat dan pu-blik. Agar lebih hijau, di beberapa sudut ada tanaman palsu.
Kharisma Hidayah, 26 tahun, pemilik unit apartemen Bellagio Re-si-dence yang ada di lan-tai 17, juga melakukan- perombakan di dinding- dan dapurnya. Meski- unit-nya tak seluas grand suite, Kharisma kurang sreg dengan konsep- interior semi-klasik yang ditawar-kan peng-em-bang. Pe-ra-botan yang -ada da-lam show unit hu-nian itu masih ada le-kuk-an-lekukan- pada ujungnya. ”Bu at seumur-an saya, bentuk gituan nggak- praktis,” ujarnya.
Sedangkan Zainul Bahar, pejabat- salah satu bank swasta di Jakarta, me-rasa nyaman tinggal di Bellagio. Ia punya dua unit di Bellagio Residence dan satu unit di Bellagio Mansion. Zainul cocok dengan gaya semi-klasik. Kalau bosan hinggap pada saat senja, ia tinggal melongok ke bawah, ke sebuah air mancur yang bisa menari (dancing fountain). Ia senang menyaksikan air mancur itu naik-turun mengikuti sua-ra tenor Luciano Pavarotti.
Dunia pada ketinggian di atas 100 meter memang memiliki ”kenya-ta-an-nya”- sendiri. Terminal angkot yang cen-tang-perenang, lalu-lintas yang semrawut dan hiruk-pikuk, semuanya dalam miniatur.
Istiqomatul Hayati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo