Perlindungan terhadap guru swasta

Melalui media ini saya menyampaikan permasalahan guru pada sekolah swasta, seperti saya alami pada SMEA Bina Karya, Jalan K.H. Mas Mansyur, Jakarta. Saya sudah bekerja selama 2 1/2 tahun pada sekolah itu -- bersamaan dengan berdirinya sekolah tersebut. Kelihatannya, selama saya bekerja tidak ada suatu masalah yang serius. Hal ini saya rasakan karena selama saya bekerja tidak pernah ada teguran sekali pun. Tetapi pada liburan Desember, saya tiba-tiba menerima surat pemberhentian tugas. Saya tidak menduga bahwa masa depan saya akan dimatikan begitu cepat. Berbekal keyakinan bahwa saya tidak bersalah, saya mencoba menghadap staf manajemen sekolah (pada waktu itu belum ada kepala sekolah), dan jawaban yang saya peroleh benar-benar tidak masuk akal sebagai kriteria pemecatan. Karena belum puas dengan jawaban yang diberikan pihak manajemen, saya mengadu ke kantor Tenaga kerja Jakarta Barat. Saya ingin ada yang menyidangkan, saya ingin tahu kesalahan saya. Pada sidang pertama, di Kantor Tenaga Kerja Jakarta Barat, pihak SMEA Binakarya diwakili kepala sekolah baru, yang ternyata sudah menyiapkan berbagai macam tuduhan dan dosa selama saya mengajar -- mulai dari soal absensi sampai saya dilaporkan menjual agama Islam. Sidang di Kantor Tenaga Kerja sampai tiga kali. Ternyata, kantor tersebut tidak bisa mencari kebenaran dari laporan-laporan kepala sekolah. Hasilnya cuma saya diminta bermusyawarah tentang pesangon. Dalam musyawarah yang kemudian diadakan di rumah kepala sekolah, tidak tercapai kata mufakat, karena saya akan diberi Rp 50.000 dari kantong pribadi kepala sekolah. Hal ini mungkin tidak akan terjadi apabila aturan mainnya jelas, dan semua menaatinya dengan konsekuen. L. GANETHA SARI Jalan Bandengan Utara I/11 RT 005/011 Jakarta Barat