Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Sinetron yang dibintangi oleh (alm.) Ryan Hidayat kurang lebih setahun lalu, yang menceritakan seorang dokter baru lulus yang punya idealisme tinggi untuk bertugas di daerah, sampai ia harus bertengkar dengan orang tuanya. Sayangnya, idealisme yang baik tersebut dikotori dengan penampilan sang dokter yang berambut gondrong dan mengendarai mobil mewah–suatu hal yang tidak lazim–ke desa yang dituju. Adegan saat-saat bertugas malah lebih sering menampakkan sang dokter duduk bermesraan dengan kekasihnya di desa–alasan sesungguhnya untuk bersikeras tinggal di desa.
- Demikian pula dalam salah satu sinetron yang diangkat dari buku Mira W. tentang seorang dokter baru yang bertugas jaga di sebuah rumah sakit jiwa, lalu menjalin hubungan dekat dengan anak gadis salah seorang pasiennya. Bukan hanya pakaian jaga malamnya–setelan rapi kemeja lengan panjang berwarna-warni mencolok dan dasi panjang–yang hampir tidak mungkin dikenakan seorang dokter pada saat jaga malam, tetapi memanfaatkan posisinya sebagai seseorang yang perlu menggali riwayat penyakit pasiennya dengan mengencani anak gadis si pasien adalah tindakan yang sangat tidak terhormat.
- Pada sinetron yang dibintangi oleh Venna Melinda, diceritakan bahwa ia diperkosa oleh kakak iparnya sendiri, yang nota bene adalah seorang dokter. Dalam sinetron itu ditampilkan suatu adegan bahwa ia bermimpi dalam kondisi lemah dan tidak sadar saat baru selesai dioperasi. Di ruangan operasi yang dingin, sendirian, tampak sang dokter tak kuasa menahan godaan nafsunya melihat tubuh sang pasien saat kain operasi penutup tubuhnya terjatuh ke lantai…!
- Sinetron terbaru Paramitha Rusady, sebagai seseorang yang mengalami gangguan jiwa, terpedaya oleh akal bulus psikiaternya sendiri. Setelah melalui konflik yang kompleks, dikisahkan sang dokter akhirnya menembak suami sang pasien, bahkan mencelakai pasien itu sendiri hingga terluka parah.
Selain itu, ada lagi beberapa contoh yang berkaitan dengan kondisi penyakit dan peralatan medis yang sering tidak sesuai dengan kenyataan, seperti:
- Seorang pemeran utama yang dikisahkan terkena serangan jantung, diposisikan kedua tangannya memegang dada kanan, yang seharusnya dada sebelah kiri.
- Operasi amputasi kaki hanya menggunakan alat bedah seadanya.
- Ruangan ICU yang ditampilkan seperti ruangan hotel, dan tidak dilengkapi dengan alat bantu napas yang seharusnya menjadi peralatan utama suatu ICU.
- Pada sinetron Cinta ditampilkan cara mengejan sang pemeran utama yang kurang tepat saat melahirkan, dan adalah tidak mungkin seorang suami tidak mengetahui bahwa istrinya baru saja melahirkan karena tanda-tanda tersebut akan sangat jelas pada tubuh sang ibu.
Semua itu baru sebagian contoh. Mohon maaf jika ada kesalahan nama atau cerita yang lebih detail. Namun, intinya, kesalahan-kesalahan tersebut memang ada. Kami hanya ingin para sutradara tidak membuat sinetron yang asal jadi, mengingat sinetron juga menjadi media pendidikan bagi masyarakat. Seharusnya dilakukan sedikit kajian/penelitian tentang sosok yang akan ditampilkan karena hal ini juga dapat mengganggu jalannya cerita sinetron itu sendiri. Selain itu, profesi dokter adalah profesi yang sangat mengandalkan kepercayaan pasien kepada dokter. Apa jadinya jika citra dokter di masyarakat menjadi ternodai akibat kesalahan-kesalahan di atas? Tentu yang terkena akibatnya adalah para pasien itu sendiri.
TIARA ANINDITHA
Jalan Kesehatan 54, Pondokbambu,
Jakarta 13430
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo