Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Anda, layakkah Rhoma Irama jadi calon presiden pada Pemilu 2014?
(14-21 November 2012) |
||
Ya | ||
7,98% | (194) | |
Tidak | ||
90,46% | (2.200) | |
Tidak Tahu | ||
1,56% | (38) | |
Total | (100%) | 2.432 |
Yahoo Indonesia
Menurut Anda, layakkah Rhoma Irama jadi calon presiden pada Pemilu 2014?
(14-21 November 2012) |
||
Ya | ||
12% | (1.714) | |
Tidak | ||
85% | (12.140) | |
Tidak Tahu | ||
3% | (429) | |
Total | (100%) | 14.283 |
Entah siapa yang memulai, sepanjang pekan lalu mendadak nama Rhoma Irama jadi perbincangan orang di mana-mana. Sang penyanyi dangdut disebut-sebut sebagai calon presiden alternatif untuk Pemilihan Umum 2014. Semua koran, televisi, radio, dan situs online memuat kabar pencalonan Rhoma ini. Sejumlah partai politik tak ketinggalan angkat bicara. Partai Persatuan Pembangunan, partai tempat ”Bang Haji” menginduk, mengaku siap menyediakan jalan buat Rhoma berkantor di Istana Merdeka. Setelah penegasan itu, keriuhan pun meningkat tajam. Semua orang ingin tahu serius-tidaknya pelantun lagu Begadang ini menjadi politikus. Tapi, ketika ditanya apakah mereka bakal memilih Rhoma jadi presiden, sebagian besar menggeleng. Jajak pendapat di situs Tempo.co sepanjang pekan lalu menunjukkan sekitar 90 persen pembaca menilai Rhoma Irama belum layak jadi presiden. Di situs Yahoo! Indonesia, angkanya mirip: 85 persen pembaca menilai artis itu masih ”hijau” di dunia politik. l
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
Edisi 24 Maret 2014 PODCAST REKOMENDASI TEMPO surat-pembaca surat-dari-redaksi angka kutipan-dan-album kartun etalase event Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971 Jaringan Media © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum |