TAMU itu langsung saja nyelonong ke lantai VII gedung TEMPO di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan. Di situ dapur TEMPO alias ruang kerja redaksi. Para tamu biasanya diterima di lantai VIII. Para wartawan, yang Rabu sore pekan lalu berada di kantor itu, berebutan menyalaminya. Sang tamu rupanya sudah akrab dengan suasana kantor ini, ia langsung saja duduk di salah satu pojok yang biasa digunakan untuk rapat kecil redaksi. Tamu itu memang tak asing, karena dia adalah Sabam Siagian, Dubes RI untuk Australia. Sabam mudik ke Jakarta sehubungan dengan kunjungan Perdana Menteri Australia Paul Keating ke Indonesia pekan ini. Sebelum menjadi Dubes, delapan bulan lalu, Sabam adalah Pemimpin Redaksi The Jakarta Post. Wartawan senior ini sudah lama berteman akrab dengan para senior TEMPO, seperti Fikri Jufri dan Goenawan Mohamad. Bersama Fikri, Sabam dulu sering terjun meliput persidangan OPEC di mana saja. Karena itulah kantor TEMPO bukan tempat yang asing baginya. Ia, yang memang mudah bergaul, bahkan akrab dengan sejumlah orang TEMPO yang lebih yunior, seperti Yopie Hidayat dan Leila S. Chudori. Sekalipun kini menjadi pejabat pemerintah, Sabam tetap berteman dekat dengan Fikri dan Goenawan. Sejak bulan lalu, Goenawan kebetulan pula berada di Australia. Untuk beberapa bulan, ia mengajar di Royal Melbourne Institute of Technology. Baru saja Sabam menduduki posnya, hubungan Indonesia Australia menjadi suam-suam kuku, menyusul terjadinya insiden Dili, 12 November 1991. Berbagai demonstrasi pecah di berbagai kota di negeri kanguru itu, dan koran setempat menyerang pemerintah Indonesia dengan gencarnya. Ini semua tentu saja merepotkan sang dubes baru itu. Kantor KBRI sempat diboikot oleh sementara buruh, sampaisampai kesulitan memperoleh makanan dan membuang sampah. Para pendukung gerakan antiintegrasi, yang kebanyakan terdiri dari para pemuda asal Timor Timur, membangun kemah dan tenda darurat di depan kantor itu. Pernyataan-pernyataan keras pun sempat keluar dari para pejabat Australia yang ketika itu dipimpin oleh Perdana Menteri Bob Hawke. Ketika Hawke kemudian digantikan oleh Paul Keating, suasana berangsur-angsur membaik. Apalagi ketika hasil laporan Komisi Penyelidik Nasional (KPN), tentang peristiwa Dili, dinilai banyak kalangan -- termasuk di luar negeri -- sebagai cukup obyektif. Hasil Dewan Kehormatan Militer (DKM) kemudian menyebabkan sejumlah anggota ABRI yang tersangkut peristiwa 12 November diberhentikan, dibebastugaskan, atau diadili. Pekan ini Perdana Menteri Keating berkunjung ke Indonesia, dan itu merupakan kunjungan pertamanya ke luar negeri setelah menduduki kursi perdana menteri. Membaiknya hubungan ini tentu tak lepas dari peran sang Dubes. Karena kami kebetulan sedang menyiapkan laporan utama tentang kunjungan pejabat tertinggi Australia itu, kedatangan Sabam ke TEMPO -- paginya Sabam baru saja menghadap Presiden Soehato -- kami manfaatkan untuk mengorek lebih dalam lagi berbagai soal yang menyangkut hubungan kedua negara. Untuk melengkapi laporan ini, koresponden kami di Merbourne, Dewi Anggraeni sebelumnya sudah mewawancarai Perdana Menteri Keating.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini