Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Keramik belitung: tinggal closet

Keramik belitung tersingkir dari pasaran oleh porselen asal rrc dan taiwan. gantinya, berkembangnya pembuatan closet, bowl dan wastafel. tapi bahan baku sebagian tetap masih diimpor.(ils)

22 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAIN karena timah, Belitung dikenal karena keramiknya. Wajar. Sebab pabriknya sudah mendekam di sana sejak 1953. Berarti seperempat abad sudah keramik-keramik Belitung dikenal orang. Bahkan di tahun 1960-an orang merasa bangga menyimpannya di rumah. Karena mutunya dianggap tak berbeda dengan keramik atau porselen asal negara-negara penghasil keramik tradisionil lainnya di Asia, seperti RRC, Taiwan dan Jepang.Hingga orang-orang kelas atas pun tak segan segan memajangnya. Padahal demam barang impor bukan tak sedang melanda orang-orang kita. Maka asbak model sepatu popy perhiasan model kendi tiruan motif dynasti Tang, jadi kebanggan. Maka zaman pun merubah kedudukan tinggi yang pernah dicapai keramik-keramik Belitung. Barang pecah-belahnya kena desak barang-barang porselen asal RRC, Taiwan negeri nenek-moyang porselen atau keramik itu sendiri. Yang membanjiri pasar Indonesia dengan cara menekan harga. Meski sudah terasa sejak 1965 sampai 1969, saat-saat tertegunnya industri keramik Belitung, tapi baru 1974 perusahaan keramik Indonesia yang lumayan menonjol Keramik Indonesia Asosiasi PT, menyetop membikin barang pecah-belahnya karena tak tahan bersaing. Sedikit-sedikit keramik motif Belitung pun hilang dari pasaran.Sekarang ini di pasaran orang sudah sukar menemukan piring, mangkuk, perhiasan-perhiasan keramik dan lainnya dengan motif Belitung. Barang-barang seperti itu kini cuma sekedar jadi barang pameran di Kantor pusat industrinya di Belitung. Memang tak berarti industri keramik Belitung berhenti sampai di situ. Sebab jiwa orang berdagang biasanya tak kenal kapok. Tak laku dalam suatu jenis produksi, harus mampu beralih ke produksi yang bisa mengeruk untung. Dan kebetulan industri keramik Belitung selain menghasilkan barang pecah belah sebagai produksi utama secara sambilan membikin juga barang-barang buat keperluan pembangunan dan sanitair. Seperti closet, bowl, wastafel dan lainnya kini dirubah kedudukannya jadi produksi utamanya. Kebalikan dari waktu-waktu sebelumnya. Begitulah di permulaan banting stirnya Januari 1974.60 ribu tegel dan 350 barang sanitair bisa dihasilkan. Usaha Rakyat Meski dalam hal martabatnya, tak setinggi barang pecah-belah atau perhiasan yang biasa dipajang di tempat-tempat terhormat--dalam hal pasaran tegel dan barang sanitair, ternyata memaksa perusahaan bekerja meningkatkan produksinya. Hingga 1974, ternyata tak kurang 2,5 juta tegel rata-rata per bulan harus diolahnya. Dan di tahun 1975 per bulannya sudah sekitar 3 juta tegel dan 10 ribu sanitair mesti dihasilkan. Di 1976 ini diperkirakan akan mencapai 3,5 juta tegel dan 15 ribu sanitair per bulanya. Laju menanjaknya lumayan meyakinkan. Apalagi daerah pasarannya terdiri kota-kota besar Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, Semarang, Ujung Pandang masih memperlihatkan kebutuhan yang makin meningkat. Ini mendorong pemakaian mesin-mesin terbaru sementara tenaga kerja yang selama ini mendapat bantuan teknisi Belanda, berangsur-angsur diganti dengan tenaga Indonesia sendiri. Sudan tentu kekhawatiran munculnya saingan seperti dialami waktu-waktu dahulu, bukan tak terfikirkan. Karena itu perusahaan ini kini juga membuka usaha pembikinan kaolin,salah satu bahan keramik. Selama ini perusahaan itu sendiri mendapatkan bahan ini dari luar. Yakni dari usaha rakyat yang jumlahnya belasan di sana. Tentu saja usana rakyat tersebut kini menjadi merana. Tapi tampaknya itu perusahaan keramik tak mau ambil peduli. Toh ia cukup tertekan dengan tingginya bahan baku lainya yang masih harus diimpor. Seperti calsphat,glaze, satin (pewarna), fritt (pemberi kilap). Atau boleh jadi ia melihat sumber keuntungan lain. Karena kaolin ini bisa dijual ke industri-industri yang juga menggunakan bahan baku tersebut: industri cat, plastik dan kosmetik. Bukan tak mungkin pula suatu waktu yang tinggal hanyalah kaolin Belitung. Bukan keramik Belitung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus