Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemacetan di Flyover Kuningan
SAYA melewati flyover Kuningan di Jalan Gatot Subroto, baik dari Pancoran menuju Semanggi maupun sebaliknya, setiap hari. Kemacetan panjang selalu terjadi di kedua arah Jalan Gatot Subroto untuk menuju flyover, khususnya pada jam-jam sibuk. Saya memperhatikan penyebab utamanya adalah jalur Transjakarta koridor 9 di kedua arah yang melintang dari sebelah kanan, berbelok ke kiri ke kolong jalan layang.
Lampu merah di kolong jalan layang Kuningan selalu dipadati kendaraan, baik dari arah Pancoran yang berbelok ke Jalan Rasuna Said maupun dari Semanggi yang akan berbelok ke Jalan Mampang Prapatan. Jalan yang menyempit di sebelah flyover tak muat menampung jumlah kendaraan yang sangat banyak.
Penumpukan kendaraan yang antre di bawah kolong jalan itu menyumbat arus Jalan Gatot Subroto di kedua arah. Kendaraan yang hendak melewati flyover ikut terjebak kemacetan. Penyumbatan ini lantaran mobil-mobil malas antre dari jalur sebelah kiri. Mereka mengambil jalur di kanan, lalu memotong ke arah bawah jalan layang. Mirip sekali dengan istilah kemacetan tutup botol, tapi jalan di depannya sesungguhnya masih terbentang luas karena tertutupi mobil-mobil yang melintas ke kiri ke arah kolong flyover.
Kondisi ini diperparah oleh bus Transjakarta yang menyilang dari sisi kanan jalan, lalu ke kiri ke arah kolong flyover Kuningan. Bus-bus itu menutup jalan menuju flyover Kuningan karena ikut terjebak macet antrean lampu merah di bawah kolong jalan layang. Saya pernah terjebak setengah jam lebih tak bergerak di depan flyover Kuningan karena terhalang bus khusus itu. Kondisi ini diperparah oleh banyaknya mobil yang mengekor di belakang bus Transjakarta. Padahal jalan layang Kuningan saat itu dalam suasana kosong melompong.
Persoalan kemacetan akibat bus Transjakarta yang melintang itu perlu dicarikan solusi. Situasi serupa dikabarkan terjadi di berbagai titik perlintasan bus Transjakarta lain. Apalagi bus yang melintang itu adalah jenis bus gandeng. Suasana ini persis seperti taktik sepak bola Eropa yang disebut "parkir bus", tak ada satu pun kendaraan yang bisa menembusnya.
Riyanto
Jakarta Timur
Apresiasi Penertiban Warung di Puncak
SEBAGAI warga Bogor, kami menyambut baik penertiban warung-warung oleh Satuan Polisi Pamong Praja di trotoar sepanjang Jalan Raya Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tiga pekan lalu, setidaknya ada seribuan warung yang dibabat habis. Kini jalan itu terasa lebih lega. Apalagi sebagian jalan sudah dibeton.
Selama ini warung-warung itu memakan bahu jalan dan mempersulit kendaraan bermotor yang akan melintas. Belum lagi arus lalu lintas menjadi tersendat akibat kendaraan yang parkir di depan warung-warung itu. Perjalanan liburan menuju Puncak sering berubah menjadi "neraka" karena terjebak macet parah.
Kami juga mendukung aparat agar tak takut menghadapi para pemilik warung. Mereka seharusnya sadar telah membuat lalu lintas macet. Masih banyak tempat yang sah dan tak mengganggu jalanan untuk mencari nafkah.
Erwan Susanto
Bogor
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo