Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program Kuliner di Net
Beberapa pekan lalu, tepatnya pada Jumat, 25 Juli 2014, atau tiga hari menjelang Idul Fitri, saya menyaksikan stasiun televisi Net. Saya suka menonton berbagai program di televisi ini, terutama acara Sule. Namun, giliran menyaksikan program Lunch Break, saya merasa kecewa karena acara tersebut disajikan pada saat umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa.
Gambar-gambar yang ditayangkan televisi ini aduhai, membuat lidah terjulur, karena menyajikan beragam aneka kuliner khas Jawa Barat, termasuk soto dangko dari Sumedang atau urap tongkol. Sajian makanan itu diiringi pula dengan aneka minuman segar menggiurkan yang diseruput oleh perempuan berjilbab.
Saya meminta stasiun televisi Net mempertimbangkan acara ini pada tahun-tahun mendatang saat umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa. Acara itu bagus, tapi disiarkan pada saat yang tidak tepat.
Rukhani (Ani)
Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan
Kehilangan Tontonan di Televisi
Pemilihan presiden telah berakhir setelah pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dinyatakan sebagai pemenang oleh Komisi Pemilihan Umum pada 22 Juli 2014. Kedua pasangan itu mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Pesta demokrasi tersebut mengakhiri pula kepercayaan saya terhadap dua media televisi yang selama ini saya sukai, yakni Metro TV dan TV One. Sebelum pemilihan presiden, kedua media pandang-dengar itu sangat saya gemari karena menampilkan program-program berita informatif.
Tapi, pada saat pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, dua media yang bersaing merebut pemirsa itu juga turut menjadi media partisan. Kesan saya ada keberpihakan terhadap tiap calon. Bahkan anak saya, yang sedang duduk di kelas II SMP mengatakan kepada saya, "Ayah, bila ingin melihat Jokowi, tonton saja Metro TV, jika mau tahu Prabowo, lihat saja TV One."
Saya menyesalkan kedua media tersebut sudah menjadi televisi partisan karena dimiliki oleh orang-orang yang aktif di partai politik. Sedangkan kami sebagai pemirsa dipaksa menyaksikan program mereka melalui media yang sesungguhnya frekuensinya dimiliki publik.
Amir S.
Kelapa Gading,
Jakarta Utara
Macet Total, tapi Mudik Menarik
Sudah tak terhitung berapa kali saya pulang kampung dari tanah rantau di Jakarta menuju kampung halaman di Jawa Timur. Namun mudik kali ini terasa menyesakkan dada sekaligus menyenangkan.
Dada saya terasa sesak ketika mobil yang saya kendarai bersama anak dan istri harus merayapi jalanan di kawasan pantai utara Pulau Jawa pada H-3. Di daerah pantura ini, kecepatan kendaraan saya hanya 1 kilometer per jam.
Bayangkan, untuk menempuh jarak 90 kilometer antara Bekasi dan Sukamandi, Subang, Jawa Barat, saya membutuhkan waktu sepuluh jam. Padahal, jika kondisi normal, jarak sejauh itu saya tempuh hanya dua jam.
Selepas dari Jawa Barat, perjalanan saya terhambat di kawasan Comal, Jawa Tengah, karena ada jembatan ambruk. Di daerah ini kesabaran saya benar-benar diuji lantaran harus antre sekitar lima kilometer untuk meniti jembatan Comal.
Meskipun demikian, pengalaman mudik kali ini sangat menarik. Saya bisa berkenalan, ngobrol, dan bertukar pengalaman dengan para pemudik lain yang mengalami nasib serupa. Insya Allah, tahun depan saya akan tetap mudik kendati dihadang kemacetan berjam-jam.
Agung Wahyu
Jalan Kenanga 4 Blok J5 Nomor 4A
Perumahan Duta Indah, Pondok Gede
Bekasi, Jawa Barat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo