Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun
TEMPO DOELOE

Berita Tempo Plus

Tanpa Dor

23 Februari 2015 | 00.00 WIB

Tanpa Dor
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kejahatan pembegalan sepeda motor di kawasan Jakarta dan sekitarnya kian mengkhawatirkan akhir-akhir ini. Begal motor beraksi tanpa kenal belas kasih, bahkan ada yang hingga membunuh korban. Polisi pun dibuat sibuk memadamkan aksi mereka. Sebuah instruksi khusus datang dari Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono untuk tak segan-segan menembak mati begal yang melawan dengan senjata api.

Majalah Tempo edisi 27 Juli 1974 pernah menulis perihal kejahatan di Ibu Kota. Kala itu tim dari kepolisian dan Komando Daerah Militer Jaya masing-masing membentuk tim khusus untuk memberantas bandit.

Dulu di Jakarta ada Tekab, Team Khusus Anti Bandit. Sekarang menyusul Tuba, akronim Tumpas Banditisme. Tekab, yang pernah mengecutkan hati penjahat di Ibu Kota dan pernah melengangkan Jakarta dari perbanditan, entah bagaimana dalam beberapa bulan terakhir ini kurang banyak terdengar. Tapi tentu bukan karena tim penumpas bandit milik kepolisian itu hanya berpangku tangan sehingga dalam bulan-bulan terakhir ini kejahatan menanjak lagi di Ibu Kota dan sekitarnya.

"Kriminalitas di Jakarta akhir-akhir ini menjurus ke bentuk-bentuk kekerasan, baik menggunakan senjata tajam maupun senjata api," kata Kolonel Nurman Sasono, Kepala Staf Kodam V/Jaya, yang juga menjadi komandan Tuba. Barangkali karena modus penjahat sudah meningkat itulah pihak Kodam V/Jaya merasa perlu membentuk Tuba sebagai kelanjutan juru tembak bandit yang pernah diperkenalkan sebagai Janggo Kodam pada 1968.

Sementara Tekab punya kelebihan dalam hal mencium dan mengusut penjahat, di dalam Tuba ditempatkan personel yang pintar sekaligus memiliki kemampuan yang membuat tak berkutik si penjahat. Hal ini bergandengan dengan perintah Kepala Staf Kopkamtib belum lama ini untuk menembak mati di tempat para bandit yang kepergok. Karena itu, menurut Wakil Kepala Staf Kodam V/Jaya Kolonel Subhan Djajaatmadja, di dalam Tuba akan ditempatkan jago karate, juru tembak tepat, dan ahli pelempar pisau Kodam.

Mereka akan disebarkan di seluruh pelosok kota, terutama di wilayah yang selama ini dikenal rawan. Tapi, lebih dari itu, pistol jenis M-10 akan terselip pula di pinggang para jago tembak tadi. Menurut Kolonel Subhan, senjata ini dilengkapi peredam suara. Dengan pistol ini, jangan kaget kalau tanpa ada suara tiba-tiba seorang bandit telah terkapar kena peluru sang Tuba.

Tapi bagaimana Jakarta menghadapi kejahatan yang tampaknya sudah cukup merisaukan itu? Kolonel Polisi Suwarno Suryoputro, Kepala Dinas Penerangan Markas Besar Kepolisian, agaknya tetap waspada. "Kalau saya polisi, akan saya incar terus sampai dia mengambil dan terus saya tembak," katanya.

Tapi pasal tembak di tempat yang sudah diperintahkan terhadap penjahat yang kepergok mencoleng atau merampok memang masih perlu dipersoalkan. Sebab, tak diragukan lagi, banyak pencoleng yang mati tertembak meskipun niat polisi hanya ingin mengenai kakinya. Pencoleng yang sering menggerogoti beras dari atas truk di Tanjung Priok, misalnya, malahan menghunus senjata tajam ketika diperingatkan polisi. Tak salah lagi, karena keadaan sudah kritis, si petugas yang semula bermaksud hendak menembak kaki ternyata mengenai perut si penjahat.

Penjahat kadang-kadang sangat nekat sehingga menjengkelkan petugas keamanan. Polisi disiagakan ketika mendapat info bahwa pada awal bulan akan ada perampokan disebuah rumah di Jalan By-Pass. Karena merasa diamat-amati, kawanan perampok yang berkendaraan mobil mendahului melepaskan tembakan. Tembak-menembak tak terelakkan dan korban jatuh dari kedua belah pihak.

Pokoknya, walaupun jumlah kejahatan akhir-akhir ini sudah cukup mencemaskan, ketekunan polisi tak perlu diragukan. Bahkan tindakan polisi lalu lintas pun tak jarang diperlukan walaupun hanya untuk penjahat di opelet atau bus kota. Tapi, sejak pencanangan tembak di tempat, keamanan di Ibu Kota sendiri tampaknya "biasa saja", seperti dinilai Mayor Polisi Abas Wiranatakusuma, Kepala Penerangan Komdak Metro Jaya. Maksudnya, "Di mana ada tempat ramai, di situ ada kejahatan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus