Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang desainer gaun pengantin membuat debutnya di New York Fashion Week, Jumat dua pekan lalu. Kali ini gaun rancangan terbarunya tanpa kerudung, tapi tetap dengan penutup wajah. Jill Andrews, perancang itu, memamerkan baju pelindung ebola yang lebih baik. "Saya senang dengan tantangan desain ini secara keseluruhan," kata Andrews seusai peragaan busana.
Perancang asal Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, ini menjadi salah satu dari 65 orang yang mengambil bagian dalam kompetisi desain baju pelindung dari virus ebola yang diselenggarakan organisasi kesehatan global JHPIEGO dan Johns Hopkins University. Pesertanya dari berbagai macam profesi, dari mahasiswa teknik, tenaga kesehatan masyarakat, sampai ahli virus. Andrews terpilih sebagai perancang busana dari lima finalis yang tersisa.
Kompetisi itu melombakan rancangan baju yang meminimalkan jumlah titik potensi kontaminasi dan membantu pemakainya tetap nyaman—udara tetap kering dan mempunyai sistem pendingin bertenaga baterai. "Prototipe ini memiliki kurang dari 10 titik potensi kontaminasi, dibandingkan dengan setelan saat ini sebanyak 28 titik," kata Andrews.
Selama 25 tahun terakhir, Andrews telah membuat gaun mewah untuk pengantin dan kostum unik buat berbagai karakter aktor drama atau teater. Pengalaman inilah yang mengasah kemampuannya menciptakan ide kreatif.
Terbukti dia menciptakan rancangan baju itu dengan sebuah ritsleting di bagian belakang sehingga baju mudah dilepas dalam waktu kurang dari 5 menit. Padahal baju pelindung yang digunakan selama ini butuh waktu 20 menit. "Saat penyelenggara menunjukkan bagaimana petugas kesehatan melepas baju pelindung langkah demi langkah, itu mirip dengan menonton 'pertunjukan horor'," kata Andrews.
Andrews kemudian diminta langsung memproduksi baju anti-ebola tersebut. Pada akhir pekan, mereka bertemu untuk membangun prototipe, dari membuat rancangan dengan berbagai bahan, seperti lembaran plastik, ritsleting, bahkan karton dan pipa pembersih. Menurut Andrews, tim rutin bertemu untuk memperbaiki desain.
Madeleine Clegg, mahasiswa teknik biomedis di Hopkins, mengatakan langkah ini bertujuan membuat solusi yang nyata dengan dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Clegg, kerja sama tim merupakan kunci. Dia mengetahui ihwal alat-alat medis, petugas kesehatan masyarakat memastikan desain yang cocok untuk lingkungan kerja, dan ahli virus mengajarkan cara virus bekerja. "Bahkan ada seorang arsitek yang membantu tim ini untuk merancang sebuah tenda khusus buat merawat pasien."
Baju pelindung sangat penting bagi petugas kesehatan karena mereka harus sebisa mungkin tak tertular virus yang hingga saat ini belum ada penangkalnya itu. Desain yang ideal dan modifikasi harus dilaksanakan hanya dalam beberapa bulan. "Baju ini harus dingin (tidak panas saat dipakai) dan lebih mudah dilepas," kata Dr Chandrakant Ruparelia, penasihat teknis senior di JHPIEGO.
Prototipe Baju Pelindung Ebola
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo