Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Tantangan bagi para duda

Ikatan janda madium dilengkapi dengan anggaran dasar. didirikan tahun 1953, kini beranggotakan 150 orang. memiliki bank. melakukan kegiatan arisan, orhiba dan drama.

2 Juli 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JANDA di Kota Madiun, bukan sembarang janda. Juga bukan seperti janda yang ditulis La Rose penulis wanita itu. Kota yang pernah menjadi pusat pemberontakan PKI di tahun 1948, mempunyai sebuah organisasi jandajanda. Perkumpulan janda resmi atau tidak resmi ada juga di beberapa kota yang lain. Tapi yang di Madiun ini tampaknya cukup kreatip dan meyakinkan. Karena Ikatan Janda Madiun (IJM) dilengkapi dengan anggaran dasar segala. Perkumpulan ini didirikan dalam usia sudah cukup lama. Yaitu sejak 7 Januari, 1953, dengan tujuan utama: menegakkan mahkota kejandaan, demikian dikatakan oleh nyonya Kusnowarso, yang kini jadi Wakil Ketua IJM. Akhir-akhir ini perkumpulan ini semakin aktif. Bukan karena Pemilu, tapi IJM semakin santer mengadakan berbagai kegiatan. Ada arisan (tentu saja), orhiba, main drama bahkan terakhir telah berhasil mendirikan "bank janda". Yang Kawin, Keluar Bank sebetulnya usaha simpan pinjam untuk para anggota. Namanya tentu saja bukan bank janda, tapi Bank Kesejahteraan. Modal pertama Rp 80.000, berhasil dipinjam dari beberapa anggota IJM yang lumayan kehidupannya. Para anggota boleh meminjam uang dengan bunga yang relatif rendah, kalau dibanding dengan pengijon pensiun yang sering melahap sampai 30% untuk jumlah bunga pinjaman. Bank Kesejahteraan dari IJM ini bunganya cuma 5% saja, prioritas diberikan pada janda yang sedang kesusahan. Dari bunga itu, 3% untuk pemilik modal, 1% untuk honor penyelenggara dan 1% lagi untuk menambah modal. Anggota perkumpulan, tentu saja harus berstatus janda. Jumlah anggota kini telah mencapai 150 orang. "Organisasi ini kumpulan orang-orang yang senasib", kata nyonya Ngali yang jadi Ketua. Tambahnya: "Di sini, kami bisa ketawa dan saling menghibur diri". Sayangnya, perkumpulan ini tidak menyelenggarakan biro jodoh. "Bagi mereka yang ingin bersuami, biar saja cari suami di luar sendiri. Organisasi tidak mencarikan" Kalau menikah lagi, otomatis status jandanya hilang dan gugurlah keanggotaannya dalam IJM. Tapi menurut keterangan nyonya Ngali, sebagian besar dari para janda ini enggan kawin. Alasannya, seperti diucapkan oleh nyonya Ngali: "Jadi janda bisa bebas. Tidak harus ngeladeni suami". Selama ini, baru 5 anggota yang keluar karenamenikah. Itupun dengan janji, bahwa kalau nanti suatu waktu suaminya meninggal lagi (atau bercerai), mereka kembali akan jadi anggota IJM. Nyonya Ngali kemudian bercerita bahwa ada seorang anggotanya yang sudah tiga kali keluar masuk IJM. Tiga kali menikah, tiga kali ditinggal mati suami dan akhirnya anggota tadi bertekad untuk tidak akan menikah lagi. Upacara pelepasan keanggotaan juga diadakan oleh perkumpulan itu dalam acara kumpul-kumpul dan makan-makan sekedarnya. Sebagian besar anggota IJM sebetulnya mengharapkan satu perkumpulan lain sebagai tandingan. Yaitu organisasi para duda. "Mereka sudah kami tantang", ujar nyonya Ngali lagi, "namun tak kunjung ada beritanya. Kalau kami mengadakan arisan, juga kami undang. Tapi mereka juga tidak pernah datang. Mungkin malu. Maklumlah, duda itu biasanya tua-tua dan tak punya uang". Janda-janda ini berkesimpulan bahwa menjadi anak janda lebih terjamin dari pada jadi anak duda. Paling tidak ada seorang ibu yang menyediakan makanan dan menamhal pakaian. Yang Nakal Banyak yang berniat kalau ada perkumpulan duda, IJM akan lebih meriah. Kata nyonya Ngali yang suaminya dulu pegawai PJKA: "Kan lebih sedap kalau kami bertamasya, mereka juga ikut". Tapi para duda Madiun, hingga kini belum juga menunjukkan giginya. Bukan berarti tidak ada yang tidak senang dengan organisasi IJM. Seorang isteri yang bernada sewot bahkan menimpali: "Ah, itu kan perkumpulan merebut suami orang". IJM nge-per mendengar hal ini. Selidik sana nguping sini, kemudian ketemu pasalnya. Seorang ianda (mudapula)berdagang kain dari lumah ke rumah. Tiba di satu rumall, sang nyonya rumah tidak ada, yang ada suami. Ngobrollah keduanya. Mungkin asyik sekali, sehingga si isteri yang pulang dari bepergian keluar rasa cemburunya. Cuma pasal itu saja, kota sekecil Madiun meluap sas-sus IJM perkumpulan merebut suauni orang. Mendengar hal ini, buru-buru nyonya Ngali mengadakan rapat atau pertemuan darurat. "Tunjukkanlah bahwa kita-kita ini janda yang baik", kata nyonya Ngali. Ada pula berita bahwa seolang janda mengambil pensiun, hamil. Lah, mana mungkin! "Kami selidiki, ternyata dia janda liar", kata nyonya Kusno. Artinya wanita itu tidak tergabung dalam IJM. Perkumpulan ini mengharapkan nantinya, akan ada perkumpulan janda selndonesia. Dan sikap IJM pada isteri-isteri yang suka cemburu ngawur, tetap tegas. Bahkan kata nyonya Ngali dengan gemas: "Kalau ada yang suka cemburu, justeru saya anjurkan untuk direbut saja. Biar kapok! Biar isterinya nebus kemari!". Nah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus