Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ragam

Berkunjung ke Kampung Gelgel, Kampung Muslim di Bali sejak Zaman Majapahit

Kampung Gelgel, salah satu kampung muslim di Bali. Asal mulanya merunut hingga zaman kerajaan Majapahit. Begini kisahnya.

9 April 2023 | 11.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah masyarakat Bali yang identik dengan agama Hindu, kampung muslim ternyata juga dapat dijumpai di Pulau Dewata. Bernama Kampung Gelgel, bagaimanakah profil desa ini?

Profil Kampung Muslim Gelgel

Melansir dari laman Desa Kampung Gelgel, Desa Gelgel terletak di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Sejarah kampung Gelgel dapat dilacak berdasarkan penuturan para orang-orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat yang dapat dipercaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dahulu, pernah terjadi peristiwa penting dalam Pemerintahan Dalem Ketut Ngelesir sebagai Raja Gelgel I (1380– 1460), yaitu Raja Bali pernah mengadakan kunjungan ke Keraton Majapahit pada waktu Raja Hayam Wuruk mengadakan konferensi kerajaan-kerajaan yang ada di seluruh Nusantara. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalem Ketut Ngelesir adalah peletak dasar Kerajaan Gelgel, yang pada waktu itu masih dibawah naungan Kerajaan Majapahit. 

Saat Raja Bali Dalem Ketut Ngelesir kembali ke Bali dengan dikawal 40 pengiring dari kerajaan majapahit yang beragama islam, dan sesampainya di Bali 40 orang pengiring ini diberi tempat atau hadiah  yaitu di daerah Gelgel. Dari ke-40 pengiring tersebut, ada yang memutuskan kembali ke Jawa, ada yang ke bagian timur, dan ada pula yang menetap di gelgel hingga saat ini. 

Sumber lain menyebutkan bahwa orang-orang Islam di Gelgel hingga kini mengakui asal mereka dari Jawa. mereka (orang-orang Majapahit) berjumlah 40 orang datang ke Gelgel sebagai Pengiring Dalem dari Majapahit. Informasi ini dikuatkan lagi oleh peristiwa kunjungan Dalem Ketut Ngelesir ke Majapahit yang merupakan satu-satunya kunjungan selama jaman gelgel, sedangkan para penggantinya sudah tidak berkesempatan lagi berkunjung ke Majapahit, karena Kerajaan Majapahit sudah runtuh. 

Salah seorang Raja Gelgel yang terkenal adalah Dalem Waturenggong yang memerintah dari 1480-1550 Masehi. Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong, pulau Bali tidak lagi dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Menurut sumber-sumber lokal, kekuasaan Dalem Waturenggong tidak hanya berada di Bali, namun juga tersebar di Lombok, Sumbawa, hingga Blambangan di Jawa Timur.

Namun menurut penelitian sampai saat ini, belum ada benda atau situs bersejarah yang dimiliki oleh Desa Kampung Gelgel sebagai bukti sejarah pada masa masuknya islam di Desa Kampung Gelgel. Namun yang terpenting, hubungan kekeluargaan antara kerajaan klungkung yang sekarang berada di puri klungkung dengan warga masyarakat Desa Kampung Gelgel tetap terjalin harmonis dan damai. 

Kedamaian itu terbukti ketika perayaan hari besar keagamaan maupun kegiatan hari–hari tertentu. Masyarakat desa dengan raja klungkung beserta tokoh–tokoh puri klungkung duduk bersama, makan bersama dan saling bersilaturahmi.

Secara keseluruhan, Kampung Muslim Gelgel didiami oleh 1221 masyarakat dari 356 Kartu Keluarga (KK). Mata pencaharian Masyarakat desa ini pun beragam, mulai dari Wiraswasta, pedagang, Ibu Rumah Tangga, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Nelayan hingga Petani. Namun yang terbanyak adalah bekerja sebagai Wiraswasta. 

Dari total 1221 warga tersebut, jumlah laki-laki lebih mendominasi dengan 615 dan perempuan sebanyak 606.

Suasana kampung muslim di Gelgel, Klungkung, Bali. Masjid berdiri tidak jauh dari pura, kehidupan warga yang berbeda agama terjalin harmonis. (Tempo/Charisma Adristy)

Miliki Masjid Tertua Di Bali

Selain menjadi Kampung Muslim di Bali, Desa Gelgel juga memiliki masjid tertua di Bali yang bernama Masjid Nurul Huda yang berlokasi di Desa Gelgel, Klungkung, Bali.

Tidak ada yang menunjukkan tempat ibadah ini berbeda dari masjid pada umumnya. Berdiri megah dan nyata sekali merupakan bangunan baru. Hanya, menara setinggi 17 meter masih berciri lawas. Juga masih lengkap dengan pintu kayu berukir. “Baru direnovasi dan tidak ada bangunan lama yang tersisa,” ujar penjaga masjid sebagaimana dilansir dari Tempo.

Bangunan masjid pertama dibangun pada akhir abad ke-13 dan merupakan jejak masuknya Islam ke Pulau Dewata. Sejak 1970-an, renovasi terus dilakukan hingga kini dan menjelma menjadi sebuah masjid nan megah.

“Yang tertinggal (dari zaman dulu) hanya mimbarnya,” ujar salah seorang imam masjid. Di dalam masjid itu memang ada sebuah mimbar dari kayu berukir, yang berdiri di depan tempat pemberi khotbah.

Di sekitar masjid pun menjadi kampung dengan warga muslim. Ada sekitar 300 kepala keluarga. Kini, bahkan, tidak terbatas pada warga Bali, tapi ada juga kaum pendatang yang kebanyakan beragama Islam tinggal di kampung tersebut.

Masjid berada di jalan Waturenggong, yang termasuk jalan utama di Kampung Gelgel. Di ujung jalan, berdiri pura lengkap dengan penjor di bagian depannya. Kehidupan pemeluk Islam dan Hindu berjalan dengan harmonis.

Selain itu, di samping dan di seberang masjid dapat dijumpai kedai-kedai dengan label halal. Tetap dengan makanan khas Bali, seperti nasi campur yang dijamin aman dikonsumsi kaum muslim.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus