Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masuknya agama Islam sekitar abad ke-14 turut mewarnai sejarah kebudayaan Bali dan membentuk perpaduan antara kebudayaan, agama, peradaban dengan nilai-nilai solidaritas di tengah masyarakatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keterbukaan Bali terhadap budaya luar turut membuka ruang bagi masuknya agama Islam ke Pulau Dewata, sejak awal kedatangannya kini masyarakat muslim telah bertambah tidak hanya kuantitas namun juga aktivitas hidupnya. Berikut adalah 4 kampung muslim yang hidup harmonis dengan kultur dan budaya umat Hindu di Bali:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Desa Kampung Gelgel
Desa Kampung Gelgel merupakan salah satu pemungkiman Islam tertua di Bali yang terbentuk sejak abad ke-14 pada masa pemerintahan Raja Dalem Ketut Ngulesir atau Raja Gelgel I (1380-1460 M). Masjid Nurul Huda yang berdiri kokoh menjelaskan adanya peradaban Islam di tengah-tengah daerah yang di kenal sebagai pusat Kerajaan Bali itu.
Melansir dari kampunggelgel.desa.id keberadaan umat muslim di Kampung Gelgel berawal dari kedatangan 40 orang prajurit ketika pulang dari Jawa setelah menghadiri pertemuan dengan raja-raja Nusantara.
Para prajuri itu adalah pengawal Raja Dalem Ketut Ngulesir yang berasal dari Majapahit. Para prajurit tersebut bertugas mengawal kepulangan Raja Gelgel dari Jawa ke Bali. Sebagi bentuk terima kasih, Raja Gelgel memberikan tempat tinggal di Desa Kampung Gelgel yang letaknya tidak jauh dari Kerajaan Gelgel.
Berada dekat dengan kebudayaan masyarakt Hindu memicu interaksi antar agama yang turut mendorong terjadinya alkuturasi kebudayaan Islam dan Hindu di Desa Gelgel. Salah satunya tercermin dari adanya tradisi Ngaminang yaitu tradisi Megibung yang diislamkan, hanya ada perbedaan tipis antara menu yang disajikan di atas sagi (tempat makan, di bali disebut dengan dulang) menu-menu yang disajikan juga merupakan adopsi dari masakan khas Bali.
2. Kampung Kepaon
Kampung Kepaon adalah salah satu pemukiman masyarakat Islam yang terletak di Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Secara historis Kampung Kepaon berkembang sejak tahun 1891 dan erat kaitannya Puri Pemecutan
Hubungan harmonis antara masyarakat muslim dengan Puri Pemecutan terjalin dengan baik. Bahkan, pada setiap upacara kerajaan, masyarakat Kampung Kepaon mendapatkan undangan dan tempat khusus. Sedangkan sewaktu hari besar Islam di Kampung Kepaon, pihak Puri Pemecutan juga turut menghadiri.
Di kampung Kepaon alkuturasi dibangun secara geanologis dan kultural yang akhirnya membentuk hubungan harmonis antara masyarakat Islam dan Hindu. Misalnya, mempraktikan tradisi “Ngejot” (memberikan makanan) kepada satu sama lain, inilah yang menjadi tonggak kokohnya toleransi masyarakat Islam dan Hindu di Bali termasuk Kampung Kepaon.
3. Kampung Muslim Candi Kuning
Pada masa Kolonial Belanda, Pemerintah Hindia Belanda mengembalikan fungsi hutan yang ada di Bali timur. Langkah tersebut dilakukan dengan cara memindahkan sebagian penduduk untuk tinggal dan diizinkan membuka lahan hutan di kawasan Bedugul sebagai ganti tanah mereka di Bali timur.
Peristiwa ini sekaligus menjadi asal mula nama Bedugul yang terdiri dari kata Bedug dan Kulkul. Kedua kata tersebut adalah perpaduan antara budaya Islam dan Hindu yang ada di Desa Candi Kuning. Masyarakat Islam yang menghuni Desa Candi Kuning hidup berdampingan dengan masyarakat Hindu, bahkan komunitas generasi pertama Islam Candi Kuning mengamai dirinya sebagai Marga Bali Islam Candi Kuning atau BICK. Penyebutan tersebut digunakan sebagai penanda bahwa mereka adalah warga Desa Candi Kuning.
4. Kampung Islam Pegayaman
Pegayaman adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Secara historis, terbentuknya komunitas Islam di desa ini bermula dari zaman Kerajaan Buleleng yakni pada pemerintahan Ki Barak Panji Sakti yang pada masa pemerintahannya pernah membantu Kerajaan Mataram. Karenanya, beliau diberikan 100 prajurit dan seekor gajah, 100 orang ini adalah kelompok Islam pertama di Bali utara dan menjadi cikal bakal berkembangnya peradaban muslim di Pegayaman.
Interaksi yang tercipta mendorong adanya alkulturasi budaya, salah satunya tercermin dari pemakaian nama Bali seperti Wayan, Made, Nyoman, Ketut pada awal nama masyarakat Islam Pegayaman. Selain itu, pada hari raya besar Hindu, masyarakat muslim akan bahu membahu membantu proses persiapannya, seperti membuat ogoh-ogoh. Sementara pada hari raya Galungan dan Kuningan masyarakat Hindu akan menghantarkan makanan ke masyarakat muslim yang tentunya halal. Begitulah cara kedua umat beragama ini merawat rasa toleransi di tengah keberagaman.