Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zuhairi Misrawi
Cendekiawan Muslim
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah sebulan berpuasa, tiba saatnya merayakan hari raya Idul Fitri. Umat Islam bersukacita menyambutnya karena momen tersebut penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Berpuasa merupakan ibadah yang penuh makna. Tapi berlebaran menjadikan ibadah itu sebagai jalan untuk membangun harmoni dan kebersamaan bersama keluarga, tetangga, dan sahabat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahkan, di negeri ini perayaan Idul Fitri ditandai dengan tradisi mudik sebagai simbol betapa pentingnya momen tersebut. Di sini, setiap momen keagamaan selalu mempunyai makna simbolis yang sangat mendalam. Intinya, agama selalu mempunyai pesan persaudaraan, toleransi, dan kohesi sosial.
Di sini kita sebenarnya sedang diingatkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa setiap manusia pada hakikatnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci. Kita adalah makhluk Tuhan yang mulia, yang mempunyai tanggung jawab memakmurkan bumi Tuhan dengan kebajikan.
Di satu sisi, setiap manusia pasti melakukan kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Tapi, di sisi lain, sebaik-sebaiknya orang-orang yang melakukan kesalahan, kata Nabi, adalah mereka yang mengakui perbuatannya dan bertobat.
Persoalan serius yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari adalah, mereka yang kerap melakukan kesalahan, bahkan kejahatan, tapi tidak menyadari perbuatannya itu, telah mengganggu dan merugikan orang lain. Bahkan dampak buruknya tidak hanya berbahaya bagi satu-dua orang, tapi juga bagi orang banyak. Bahkan tindakannya dapat mengancam solidaritas kebangsaan kita.
Kebiasaan berbohong dan menyebarkan informasi yang palsu penuh kebohongan merupakan masalah serius yang dihadapi negeri ini. Seolah-olah tidak ada perasaan bersalah bagi mereka yang menebarkan berita palsu (fake news) dan berita bohong (hoax), sehingga tanpa sengaja ruang media sosial dipenuhi dengan semburan kebohongan (firehouse falsehood).
Padahal Nabi Muhammad sudah mewanti-wanti kita semua agar menjauhi perbuatan bohong karena hal tersebut merupakan kejahatan yang bisa mengantarkan pelakunya pada neraka. Artinya, berbohong tidak hanya akan mendapatkan sanksi dunia karena terbukti melanggar hukum. Lebih dari itu, pelakunya juga akan menetap di neraka.
Karena itu, perayaan Idul Fitri tahun ini harus menjadi momentum yang sangat baik untuk mensucikan diri dari perbuatan bohong. Apa yang terjadi di ruang media sosial dengan semburan kebohongan yang saban hari masif itu harus dijadikan sebagai bahan refleksi, bahkan saatnya semburan kebohongan dijadikan sebagai musuh bersama.
Negeri ini akan menanggung kerugian yang sangat besar jika semburan kebohongan itu menjadi santapan sehari-hari. Harus ada kesadaran bersama bahwa semburan kebohongan harus diakhiri dan diisi dengan kabar kebajikan yang dapat menginspirasi kita untuk bersama-sama membangun negeri ini.
Kita sebagai warga harus menjadi pihak yang turut serta melahirkan energi positif bagi negeri tercinta ini. Dan Idul Fitri menjadi momen yang sangat baik untuk melahirkan energi positif tersebut. Sebab, pada hari yang baik ini, kita menyadari bahwa pada hakikatnya kita adalah makhluk yang sangat mulia karena diberi kemuliaan akal budi oleh Tuhan. Selamat Lebaran.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo