Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

3 Alasan Tim ITB Rahasiakan Lokasi Gading Raksasa Stegodon

Tim ITB masih melanjutkan studi lapangan di lokasi penggalian.

22 Desember 2018 | 14.47 WIB

Pengunjung melihat fosil gading Stegodon Trigonocephalus primitif dari Majalengka di ITB, Bandung  Jawa Barat, Jumat, 21 Desember 2018. Tim Laboratorium Paleontologi ITB berhasil menemukan sepasang gading stegodon yang berumur Plestosen awal atau sekitar 1,5 juta tahun lalu. ANTARA
Perbesar
Pengunjung melihat fosil gading Stegodon Trigonocephalus primitif dari Majalengka di ITB, Bandung Jawa Barat, Jumat, 21 Desember 2018. Tim Laboratorium Paleontologi ITB berhasil menemukan sepasang gading stegodon yang berumur Plestosen awal atau sekitar 1,5 juta tahun lalu. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bandung -  Tim Paleontologi dari Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) masih merahasiakan lokasi penemuan sepasang gading raksasa dari stegodon, gajah purba.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka dan warga menemukannya pada Maret-April lalu di suatu lokasi di daerah Majalengka, Jawa Barat. Mereka punya tiga alasan untuk menyembunyikannya.

Alasan pertama, kata Kepala Laboratorium Paleontologi ITB Jahdi Zaim, tim belum mempublikasikannya ke jurnal ilmiah. “Sehingga kami belum bisa menyatakan di mana lokasinya,” kata dia di kampus ITB, Jumat, 21 Desember 2018.

Dalih kedua, tim masih melanjutkan studi lapangan di lokasi penggalian. Mereka masih ingin mencari fosil badan dan tengkorak stegodon pemilik sepasang gading raksasa itu. “Masih kami teliti sampai bisa dapatkan data yang tuntas. Penelitian tidak akan pernah berhenti, apalagi ada temuan-temuan itu akan berkelanjutan,” ujarnya.

Alasan ketiga yaitu mengantisipasi praktik jual beli fosil dari tempat itu. “Kita harus memproteksi tidak saja dari segi alam tapi komersialisasi dari masyarakat,” kata Jahdi. Setahunya di Jawa Barat, komodifikasi fosil kondisinya tidak seperti di tempat ekskavasi lain yang telah marak. “Di Jawa Tengah sudah luar biasa.”

Menurut Jahdi, riset paleontologi sangat membutuhkan kondisi asli atau in situ agar data ilmiah yang diperoleh bagus. Fosil yang marak dikomersialkan di Jawa Barat seperti di Sukabumi. “Ini yang kami upayakan agar tidak sampai terjadi. Kalau ditemukan dari tangan-tangan jahil seperti itu, yang menikmati malah orang asing nanti,” katanya. Antisipasi itu juga sebagai bentuk upaya penyelamatan fosil.

Simak artikel lainnya tentang ITB dan stegodon di kanal Tekno Tempo.co.

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus