Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perlombaan senjata rudal hipersonik saat ini didominasi Rusia dan Cina. Rudal yang mampu melesat lebih dari lima kali kecepatan suara dan mampu bermanuver di udara ini diyakini memuncaki daftar senjata paling berbahaya di muka Bumi kini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagaimana dengan Amerika Serikat? Negara ini ternyata belum memilikinya. Tapi, dikabarkan, Amerika sudah mulai mengembangkan dan sudah sampai tahap uji sejumlah rudal hipersonik. Termasuk menguji kemampuan mencegat rudal-rudal hipersonik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sambil mencoba menyusul kekuatan senjata hipersonik Rusia dan Cina tersebut, berikut rudal-rudal yang diandalkan Amerika saat ini serta pengembangan yang dilakukannya,
1. AGM-183A Air-Launched Rapid Response Weapon (ARRW)
Salah satu prioritas Amerika adalah mengembangkan senjata yang dapat menyerang target di darat dengan sangat cepat. Rudal udara-ke-darat JASSM milik Angkatan Udara Amerika saat ini adalah rudal subsonik--dan dapat mencapai target pada jarak 250 mil atau 402 kilometer dalam 20 menit.
Nah, sebuah platform hipersonik baru, yang disebut ARRW, akan dibuat AS untuk bisa menempuh jarak itu hanya dalam satu menit. Masih dalam pengujian, ARRW akan diluncurkan dari udara dan menggunakan sistem boost-glide: sebuah rudal konvensional membawanya hingga kecepatan Mach 5 lalu melepaskan ARRW untuk melayang dengan kecepatan tinggi menuju targetnya.
Angkatan Udara Amerika sukses uji tembak ARRW dari pesawat bomber B-52 pada Mei dan Juni lalu.
2. Hypersonic Air-Breathing Weapon Concept (HAWC)
Hypersonic Air-breathing Weapon Concept, atau HAWC adalah sebuah proyek bersama Angkatan Udara Amerika Serikat dengan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). Bersama-sama mereka mengembangkan dan menguji rudal jelajah hipersonik yang diluncurkan dari udara.
Dimulai pada 2017, proyek ini bertujuan menguji tiga aspek utama dari senjata hipersonik: mesin scramjet, erodinamika, dan sistem kelola panas yang efektif yang dibutuhkan penerbangan hipersonik untuk bertahan dalam suhu tinggi ekstrem. Prioritas lainnya: menekan ongkos produksi.
Angkatan Udara dan DARPA melakukan tes Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC) pada bulan Maret 2022, yang diklaim berhasil. (DARPA)
Angkatan Udara Amerika telah menyatakan niatnya untuk pengadaan sejumlah besar senjata ini begitu sudah tersedia. Seperti ARRW, rudal dengan teknologi HAWC ini akan membawa sebuah hulu ledak konvensional ketimbang nuklir. Dan kemungkinan akan digunakan melawan target-target seperti pusat komando, radar, situs peluncuran rudal darat-ke-udara, fasilitas komunikasi, dan gudang peluru.
Berdasarkan keberhasilan uji terbang yang ketiganya, Angkatan Udara Amerika menyatakan akan menggelar teknologi yang dikembangkannya dalam program HAWC ke Hypersonic Attack Cruise Missile (HACM). Targetnya, rudal hipersonik pertamanya sudah akan siap pada 2027.
3. LGM-30 Minuteman III
Minuteman III adalah puncak dari daftar rudal balistik Amerika. Selama 50 tahun, rudal ini telah menjadi senjata nuklir berbasis darat Amerika dan sebuah pertahanan penting melawan serangan nuklir.
Tumpukan 400 rudalnya menunggu dalam bunker beton yang diperkuat di sejumlah kawasan terpencil di Colorado, Montana, Nebraska, North Dakota, dan Wyoming. Mereka ditemani kru peluncuran yang selalu siaga, siap untuk membalas setiap serangan nuklir.
Dengan jangkauan lebih dari 6.000 mil atau 9.600 kilometer, melesat pada kecepatan di atas Mach 23, Minuteman dapat menyerang setiap lokasi di Bumi dengan akurasi hingga 400 kaki atau sekitar 120 meter dari target.
Rudal balistik antarbenua Minuteman III yang tidak bersenjata diluncurkan saat uji operasional di Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, California, AS, 2 Agustus 2017. Angkatan Udara AS/Penerbang Senior Ian Dudley/Handout via REUTERS
Rudal generasi pertama Minuteman diperkenalkan pada 1970-an, membawa lebih dari satu hulu ledak. Tapi sejak 2001, menyusul traktat nuklir internasional, rudal Minuteman hanya membawa satu hulu ledak seberat 350-atau 475-kiloton. Ini lebih kecil daripada hulu ledak nuklir di rudal balistik Rusia, tapi tetap 20-40 kali lebih kuat daripada Bom Hiroshima.
Amerika mengklaim, akurasi senjatanya tak membuatnya membutuhkan kapasitas hulu ledak yang lebih besar lagi.
Pengganti Minuteman juga sudah dikembangkan yakni LGM-35A Sentinel, yang akan siap pada 2029 nanti. Senjata baru yang dibuat Lockheed Martin ini diproyeksikan lebih mudah dalam perawatan dan ditingkatkan dengan teknologi terbaru, termasuk hypersonic re-entry vehicles. Artinya rudal ini akan mampu menembus ke luar angkasa dan masuk lagi menuju targetnya di Bumi.
4. MGM-140 Army Tactical Missile System (ATACMS)
ATACMS adalah senjata Amerika yang paling kuat: sebuah rudal seukuran 4 meter yang ditembakkan dari sistem roket artileri mobilitas-tinggi (HIMARS)--ini adalah peluncur roket yang disuplai Amerika ke Ukraina. Kalau sistem HIMARS konvensional digunakan untuk meluncurkan enam roket, versi rekonfigurasinya dikhususkan untuk muncurkan satu roket ATACMS yang memiliki jangkauan lima kali lebih jauh.
MGM-140 Army Tactical Missile System (ATACMS). wikipedia.org
Amerika awalnya memberikan rudal itu hulu ledak bom kluster untuk menyapu formasi tank musuh, tapi kebanyaka ATACMS saat ini membawa lebih dari 225 kilogram hulu ledak berpenuntun GPS yang dikembangkan untuk menghancurkan pusat komando, instalasi radar, gudang peluru, dan pangkalan udara musuh.
Ukraina selama ini mendesak AS untuk mengirim sistem ATACMS untuk lebih membantu pertahanannya, terutama untuk bisa menyerang target yang lebih jauh seperti pangkalan drone Rusia di Crimea. Sejauh ini, AS menolak permintaan itu, dengan pertimbangan rudal bisa digunakan untuk menyerang posisi di dalam wilayah Rusia yang akan menambah parah eskalasi perang.
POPULAR MECHANICS, DEFENSE NEWS