Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim dari Universitas Indonesia (UI) dan Badan Litbang Kementerian Perhubungan mengembangkan purwarupa Sistem Deteksi Foreign Object Debris. Sistem ini diyakini dapat meningkatkan keselamatan penerbangan di bandara, terutama saat cuaca buruk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Memantau area seluas landasan pacu bandara tanpa bantuan teknis atau alat teknologi akan membutuhkan waktu dan rentan terjadi kesalahan. Untuk itu diperlukan suatu sistem keamanan yang dapat membantu memonitornya dari berbagai benda asing," kata ketua tim peneliti, Fitri Yuli Zulkifli dalam keterangannya, Senin 14 Desember 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fitri yang juga Guru Besar di Fakultas Teknik UI itu menerangkan bahwa sistem dikembangkan menggunakan Computer Vision dan Deep Learning. Sistem deteksi ini juga mengandalkan teknologi long range camera yang mampu mendeteksi objek hingga jarak 4 kilometer.
Prototipe alat yang sudah dibuat mampu mendeteksi obyek yang sangat kecil hingga seukuran baut, mur, dan kerikil. Sistem deteksi FOD ini telah diujicobakan di Bandar Udara Budiarto, Curug, Tangerang, pada 19 – 21 November 2020. Hasilnya, benda asing bisa terdeteksi dengan jelas pada jarak 200 meter dari posisi kamera.
Posisi kamera yang digunakan berada di ketinggian 8 meter dari permukaan tanah. "Saat ini purwarupa baru mampu mendeteksi 13 jenis objek utama FOD, namun akan terus dikembangkan untuk mendeteksi lebih banyak objek," kata Fitri.
FOD dapat berupa kerikil maupun bagian-bagian dari badan pesawat seringkali terlepas pada saat lepas landas atau sedang mendarat. Keberadaan mereka, sekalipun berukuran kecil, dapat membahayakan pesawat berikutnya yang melintasi landasan pacu tersebut.
"FOD ini berbahaya karena dapat menyebabkan kecelakaan pesawat, menimbulkan korban jiwa, serta kerugian bagi operator penerbangan dan pengelola bandara."
Selama ini, untuk menghindari hal tersebut, personel di bandara secara rutin melakukan inspeksi ke landasan setiap enam jam sekali. Mereka membersihkan area sepanjang landasan pacu, menyingkirkan semua benda atau puing-puing sebesar apa pun.
"Dengan pemanfaatan teknologi kecerdasan artifisial pada sistem pendeteksi FOD, beban petugas bandara dapat dikurangi dan keamanan serta keselamatan penerbangan dapat ditingkatkan," kata Fitri.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, Kementerian Perhubungan, Umiyatun Hayati Triastuti, mengakui potensi sistem deteksi itu. Menurutnya, operator bandara dapat melakukan pengawasan terhadap segala benda asing yang membahayakan di landasan dengan lebih efektif dan efisien.
Sistem Deteksi, kata Umiyatun, nantinya dapat didesain hasil pemantauannya secara otomatis baik ke personel bandara maupun ke personel Menara Kontrol Transportasi Udara (ATC). "Selama ini pengawasan FOD dilakukan secara manual dengan menggunakan pandangan mata manusia dan disesuaikan dengan jadwal penerbangan," katanya.