Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Alprih Priyono meninggal setelah dipatuk ular. Alprih Priyono meninggal setelah melakukan penanganan atau rescue ular king cobra. Mantan asisten Panji Petualang itu sempat dibawa ke RSUD R. Syamsudin, Sukabumi, Jawa Barat. Namun nyawanya tak tertolong. Alprih Priyono meninggal pada Minggu, 18 Desember 2022.
Apa itu ular king cobra?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip A-Z Animals, genus Ophiophagus salah satu spesies kobra paling terkenal di dunia. Ophiophagus hannah sering disebut sebagai king cobra. Meski sekilas menyerupai sebagian besar kobra Naja, namun king cobra mendapat pengelompokan terkhusus. Tudungnya sangat besar dan menonjol dengan pola bergaris unik yang memanjang di sepanjang leher.
Istilah Ophiophagus juga dasarnya memiliki arti pemakan ular. Tak seperti kebanyakan kobra lainnya, yang terutama memakan hewan pengerat kecil, burung, dan terkadang kadal, king cobra memakan ular lain yang lebih kecil.
Kobra ular berbisa yang berkerabat dengan anggota famili Elapidae, dikutip dari San Diego Zoo Animals and Plants, Ular dalam famili itu taringnya pendek. Ular kobra membunuh mangsanya menyuntikkan racun neurotoksin melalui taringnya. Seperti ular berbisa lainnya, gigitan kobra bisa mematikan jika tidak ditangani secara tepat.
Mengutip Britannica, ular kobra juga dikenal sebagai spesies pilihan bagi para pawang ular di Asia Selatan. Ular itu bergoyang sebagai respons terhadap gerak dari pawang
Racun ular kobra
Racun kobra mengandung neurotoksin aktif menghambat sistem saraf mangsa. Taring pendek di bagian depan mulut memiliki alur tertutup yang mengalirkan racun itu.
King cobra akan mengeluarkan racunnya sebagai sistem pertahanan dari predator. Mengutip dari Let's Talk Science, racun ular diproduksi di bagian belakang kepalanya di kelenjar ludah. Saat ular menggigit, otot-otot di kepalanya menekan kelenjar racun yang mendorong cairan melalui taringnya. Mirip seperti suntikan yang menembus kulit untuk menyalurkan cairan.
King cobra mempunyai jumlah neurotoksin hingga dua persepuluh ons cairan yang bisa dikeluarkan dalam satu gigitan. Hal itu diperkirakan bisa mematikan 20 orang sekaligus atau setara satu gajah.
Merujuk Cleveland Clinic, neurotoksin menyebabkan kelumpuhan atau kerusakan di sistem saraf. Racun itu akan mempengaruhi sistem pernapasan yang rentan berakibat gagal jantung dan napas berhenti.
TIM TEMPO
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.