Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena badai matahari dahsyat disebut akan menghantam bumi di akhir tahun 2023. Semula, para ilmuwan memproyeksikan bahwa siklus matahari saat ini akan mencapai puncak pada tahun 2025. Namun, ternyata potensi ini muncul beberapa tahun lebih awal dari perkiraan awal, dengan dampak yang diperkirakan lebih serius.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu, apa itu badai matahari yang disebut akan menghantam bumi pada akhir 2023? Untuk mengetahuinya, simak informasi di bawah ini.
Apa Itu Badai Matahari?
Badai matahari adalah fenomena cuaca luar angkasa yang melibatkan pelepasan besar energi dari permukaan matahari. Hal ini dapat mencakup ledakan matahari, pelepasan massa korona, dan gelombang partikel bermuatan tinggi. Badai matahari dapat memengaruhi sistem komunikasi dan navigasi di Bumi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA melaporkan, matahari telah memancarkan jilatan api yang sangat kuat. Puncaknya terjadi pada Kamis, 14 Desember 2023 pukul 12:02 siang EST.
Jilatan api matahari tersebut merupakan semburan energi yang sangat kuat. Suar dan letusan matahari dapat berdampak pada komunikasi radio, jaringan tenaga listrik, sinyal navigasi, dan menimbulkan risiko bagi pesawat ruang angkasa dan astronot.
Suar tersebut diklasifikasikan sebagai suar X2.8. Kelas X menunjukkan suar paling intens, sedangkan angka memberikan lebih banyak informasi tentang kekuatannya.
Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (SWPC), sebuah divisi dari NOAA, menggambarkan kejadian ini sebagai “peristiwa luar biasa” dan berpotensi menjadi salah satu peristiwa radio surya terbesar yang pernah tercatat.
Aktivitas matahari ini telah menyebabkan gangguan penting, termasuk gangguan pada komunikasi radio pesawat, seperti yang dilaporkan SWPC. Dampak dari jilatan api matahari ini begitu luas sehingga terasa dari satu negara ke negara lain.
Adapun badai matahari terjadi ketika letusan magnet berskala besar dan sering kali menyebabkan lontaran massa koronal dan jilatan api matahari. Aktivitas itu mempercepat partikel bermuatan di atmosfer matahari hingga kecepatan yang sangat tinggi. Begitu berada di dalam magnetosfer, partikel-partikel tersebut diarahkan ke garis medan magnet dan menembus atmosfer dekat kutub utara dan selatan
Peristiwa ini mungkin merupakan salah satu peristiwa radio matahari terbesar yang pernah tercatat. Suar ini merupakan yang terbesar dalam siklus matahari ini dan yang terbesar sejak 2017.
Suar Kelas X yang masif ini, yang merupakan kategori jilatan api matahari terbesar yang mungkin terjadi, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan tentang potensi badai geomagnetik dan pemadaman listrik besar-besaran di Bumi.
Dampak Badai Matahari Terhadap Bumi
Dampak langsung dari jilatan api matahari ini adalah pemadaman radio sementara di seluruh Amerika Selatan, yang mengakibatkan hilangnya sebagian atau seluruh sinyal radio selama kurang lebih dua jam. Dampak ini menggambarkan potensi suar mengganggu komunikasi radio di Bumi.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa kedatangan energi jilatan api matahari dapat memicu badai geomagnetik dan menyebabkan pemadaman listrik secara besar-besaran. Badai geomagnetik, yang disebabkan oleh interaksi antara emisi matahari dan medan magnet bumi, dapat berdampak luas pada jaringan listrik, pengoperasian satelit, dan berbagai bentuk komunikasi.
Singkatnya, terjadinya jilatan api Matahari Kelas X2.8 ini berfungsi sebagai pengingat akan kekuatan Matahari yang sangat besar dan potensi dampak aktivitas Matahari terhadap masyarakat kita yang bergantung pada teknologi.
Ketika para ilmuwan terus memantau aktivitas Matahari, peristiwa ini menggarisbawahi pentingnya kesiapan menghadapi peristiwa cuaca luar angkasa dan perlunya penelitian berkelanjutan di bidang fisika matahari.
RIZKI DEWI AYU