Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Ahad, 10 November 2024, malam, menaikkan status aktivitas dua gunung api. Gunung Rokatenda di NTT dinaikkan statusnya menjadi Level II atau Waspada pada pukul 21.00 WITA. Satu jam kemudian Gunung Lokon di Sulawesi Utara dinaikkan statusnya menjadi Level III atau Siaga terhitung pukul 22.00 WITA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Geologi menyebutkan hasil analisis data visual dan instrumental masing-masing gunung tersebut menjadi alasan untuk menaikkan status aktivitasnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan, dengan naiknya status aktivitas Gunung Rokatenda maka jarak rekomendasi daerah bahaya ditetapkan dalam radius 2 kilometer. “Dalam status Level II (Waspada) ini direkomendasikan agar Masyarakat di sekitar Gunung Rokatenda dan wisatawan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan dalam kawasan radius 2 kilometer dari puncak/pusat aktivitas Gunung Rokatenda,” kata dia dalam keterangannya, Senin, 11 November 2024.
Badan Geologi menaikkan aktivitas Gunung Rokatenda setelah mendapati laporan masyarakat mengenai terciumnya bau belerang yang pekat. Pemantauan secara instrumental juga merekam kenaikan gempa vulkanik dangkal pada rentang waktu 1-8 November 2024. “Terdapat laporan masyarakat tercium bau belerang yang cukup pekat pada tanggal 9 November 2024 dari pukul 09.00 sampai 17.00 (WITA),” kata Wafid.
Selain merekomendasikan daerah bahaya dalam radius 2 kilometer, Badan Geologi juga meminta warga agar tidak beraktivitas di lembah-lembah atau sungai yang berhulu di sekitar puncak atau kubah lava Gunung Rokatenda untuk menghindari ancaman banjir lahar akibat hujan.
Sementara untuk Gunung Lokon, Badan Geologi merekomendasikan daerah bahaya ada dalam radius 3 kilometer. “Dalam tingkat aktivitas Level III (Siaga) masyarakat, pengunjung, wisatawan, pendaki tidak diperbolehkan beraktivitas dan mendekati area dalam radius 3 kilometer dari kawah Tompaluan (pusat aktivitas),” kata Wafid, dalam keterangannya, Senin, 11 November 2024.
Wafid mengatakan, masyarakat diminta agar tetap berada di rumah jika terjadi letusan. “Jika terjadi letusan & hujan abu, masyarakat di himbau untuk tetap berada di dalam rumah, dan apabila berada di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kacamata),” kata dia.
Badan Geologi juga meminta masyarakat di sekitar Gunung Lokon agar mewaspadai potensi lahar pada sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung tersebut. “Potensi ancaman bahaya aktivitas Gunung Lokon untuk saat ini adalah terjadinya erupsi. Letusan-letusan dapat disertai dengan lontaran material pijar berukuran lapili sampai bongkah dan hujan abu tebal dengan atau tanpa diikuti aliran awan panas letusan secara tiba-tiba. Masyarakat yang berada di sekitar alur Sungai Pasahapen agar mewaspadai terjadinya awan panas,” kata Wafid.
Pemantauan Badan Geologi mendapati terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik permukaan setelah terjadinya peningkatan gempa vulkanik dangkal. “Ancaman bahaya untuk saat ini adalah terjadinya erupsi freatik hingga magmatik dengan atau tanpa diikuti aliran awan panas letusan secara tiba-tiba," kata dia.
Wafid menambahkan, musim hujan masih tetap berlangsung di sekitar Gunung Lokon. Masyarakat perlu mewaspadai terjadinya lahar hujan pada alur Sungai Pasahapen, juga alur sungai lainnya yang berhulu di puncak Gunung Lokon. Karena batuan terdiri dari material letusan yang bersifat lepas, mudah terbawa oleh aliran air yang berkembang menjadi lahar hujan.