Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) telah menggelar uji dinamis perjalanan kereta rel listrik (KRL) yang baru didatangkan dari Cina. Rangkaian KRL buatan China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) itu diuji di jalur Jakarta Kota-Bogor pada 10-13 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vice President Corporate Secretary KCI Joni Martinus mengatakan setiap rangkaian terdiri dari 12 kereta, lengkap dengan masing-masing sistem perawatannya. Meski tampilan interior dan eksterior KRL CRRC ini berbeda dengan buatan PT Industri Kereta Api (Persero) alias INKA, spesifikasi sarananya sudah disesuaikan dengan aturan Direktorat Jenderal Perkerataapian Kementerian Perhubungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Baik dari ukuran dimensi kereta, interior dan eksterior, pemakaian daya listrik sebagai sumber untuk pengoperasian sarana KRL dan perkembangan teknologi saat ini," kata Joni kepada Tempo pada Senin, 17 Februari 2025.
Teknologi rangkaian KRL baru ini sudah digunakan oleh berbagai yang negara sistem transportasinya mirip dengan Indonesia. Ada sedikitnya 28 negara pemakai teknologi dari CRRC, seperti Hongkong, Singapura, Argentina, Brazil, bahkan Mesir.
Joni memastikan CRRC bisa memenuhi pesanan sesuai kerangka waktu atau timeline yang disepakati, sehingga tidak mengganggu jadwal operasi KCI. "Selain itu, KAI Commuter juga diberikan pelatihan atau transfer knowledge terkait perawatan dan pengoperasian sarana KRL tersebut," ucap dia.
Armada KRL baru juga menyediakan fasilitas bagi disabilitas, seperti ruang untuk meletakan kursi roda, kursi prioritas beda warna, dan layanan lain sesuai Standar Pelayanan Minimun (SPM). Selain perangkat audio dan visual seperti KRL yang sudah umum digunakan, ada juga alat pengatur suhu (AC) dan beberapa fitur lain yang lebih futuristik.
Untuk pengadaan tahap pertama, KCI mengalokasikan anggaran Rp 783 miliar untuk tiga rangkaian. Anak usaha PT KAI (Persero) ini sebelumnya memutuskan mengimpor KRL dari Cina, alih-alih Jepang dan Korea Selatan, karena alasan harga yang lebih murah.