Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Belajar dari musibah di new york

Sambaran petir memutuskan kabel transmisi pltn indian point. pulau jawa punya resiko disambar petir tertinggi di dunia. dua jenis penangkal petir yang di kenal di indonesia preventor dan helita.

6 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAM tanggal 13 Juli memang merupakan malam sial bagi 9 juta penduduk New York. Sudah diketahui: selama 25 jam listrik mati gara-gara kilat menyambar putus kabel transmisi PLTN Indian Point, dan tiga jaringan transmisi listrik dari luar New York. Akibatnya: sebagian penduduk New York pada merampok beramai-ramai. Polisi patroli malam yang biasanya hanya 2500 orang diperkuat 4 x lipat. 3000 orang ditangkap, dan barisan pemadam kebakaran kerja lembur memerangi api yang muncrat di 1037 tempat. Semuanya ribut: Kepala Polisi, Walikota, Gubernur, sampai Presiden Jimmy Carter yang menyuruh usut maskapai listrik Consolidated Edison Co. (Con Ed), sebagai pihak yang bertanggungjawab. Sebab semuanya tak menyangka bahwa pemadaman listrik total di New York selama 11 jam tahun 1965 -- gara-gara kemacetan PLTA Niagara - bisa terulang lagi, malah lebih dahsyat. Sampai-sampai Joyce Tucker, juru bicara Con Ed hanya angkat bahu dan bilang: "lt was an act of God". Menghidupkan AC Sepintas lalu, memang. Sebab siapa yang sangka bahwa empat berkas kilat yang begitu dahsyat akan menyambar PLTN, transformator dan jaringan kabel udara 80 km di utara pusat kota dalam selang waktu yang begitu cepat? Tapi terang, di negeri yang sudah mampu mengirim roket ke Mars dan menjinakkan enerji nuklir itu, orang tak mungkin manggut-man,gut saja mendengar penjelasan Con Ed. Majalah Time dalam laporan utamanya 25 Juli misalnya, mencoba mengumpulkan faktor-faktor penyebab. Pada malam mati-lampu itu, New York diselimuti lapisan udara panas dan lembab. Itu menyebabkan orang di mana-mana menghidupkan AC-nya. Sehingga beban listrik begitu tinggi yang harus dipikul Con Ed mendorong perusahaan itu mengimpor sebanyak mungkin tenaga dari pembangkit-pembangkit luar kota. Tapi udara yang panas dan lembab itu pula merupakan penghantar yang menarik loncatan listrik dari awan ke bumi. Dan betul saja. Didahului badai musim panas di utara New York, pukul 20.37 kilat dengan dahsyatnya menyambar reaktor nuklir Indian Point No. 3 di tepi Sungai Hudson. Secara otomatis alat pengaman PLTN itu kontan memutus aliran listrik berkekuatan 900 Mega Watt dari PLTN itu. Pukul 20.56, sambaran kilat yang lain memutuskan aliran listrik 1000 MegaWatt dari luar kota, juga di dekat Indian Point. Dan 3 menit kemudian, jaringan transmisi tenaga dari luar kota - juga tak jauh dari sasaran pertama dan kedua - disambar putus. etika 1 jam kemudian sambaran kilat keempat menggasak jaringan transmisi di utara Pleasant Valley, seluruh tenaga yang diimpor dari utara New York terputus total. Penting juga untuk dicatat: hampir seluruh jaringan transmisi listrik dari luar kota, melewati satu 'pintu gerbang' yang sempit. Dan berdekatan pula dengan sumber listrik utama New York sendiri, yakni PLTN Indian Point. Lokasi pusat listrik dan jaringan transmisi yang begitu terkonsentrir itu merupakan leher botol yang begitu genting bagi kehidupan listrik kota metropolitan itu. Juga bukan kebetulan bahwa' senjata Dewa Indra itu menyambar PLTN itu lebih dahulu, kemudian baru jaringan transmisi dari luar kota. Kilat memang suka tertarik pada obyek-obyek magnetis, bahan-bahan radio aktif (nuklir), gunung yang tinggi, gedung jangkung, dan ujung menara gereja (dan mesjid) yang lancip. Pohon-pohon yang tinggi juga mudah mengundang petir, apalagi kalau kulit pohon itu kasar sepertipohon oak. Pohon begini, kalau disambar petir, panasnya bisa mendidihkan getah cair dalam batang pohon itu yang mengembang, sehingga pohon itu "meledak". Jaringan listrik di atas tanah, seperti gardu, transformator, menara dan kabel udaranya, juga mudah sekali memikat kilat. Makanya di Amerika, sebagian kabel transmisi dan distribusi sudah ditanam. Selain kelihatannya lebih rapi, juga lebih aman. Terakhir, tak dapat dilupakan pula peranan sungai dan tanah yang basah sebagai penghantar listrik yang tangguh. Makanya permukaan air atau tanah yang basah juga lebih mudah memancing jilatan petir, ketimbang tanah yang kering. Dan yag disambar petir Rabu malam 13 Juli itu dalam PLTN 900 Mega Watt di tepi Sungai Hudson. Kombinasi bebagai faktor itu memang sepantasnya membuat Con Ed lebih berjaga-jaga. Tapi mengapa perusahaan itu 'kecolongan' juga? Faktor-faktor geografis - yang menyebabkan PLTN dan jaringan pengimpor tenaga semuanya berjubel di satu tempat - tentu saja besar peranannya. Tapi juga "taksiran bahaya sambaran petir, yang mungkin sudah terlalu rendah untuk daerah New York itu dalam kondisi seperi sekarang," komentar ir Suryono, dosen FT Usakti yang juga berpengalaman dalam pemasangan instalasi penangkal petir. Katanya kepada TEMPO: "Bagaimanapun juga, teknik penangkal petir ini didasrkan pada pengalaman empiris. Jadi kalau frekwensi sambaran petir di suatu tempat - yang diukur dalam lightning days per year (hari kilat dalam setahun) - rendah, orang biasanya memasang penangkal petir yang keampuhannya rendah. Plus safety margin secukupnya." Tapi ada satu pelajaran yang cukup berharga dari musibah matinya listrik di New York itu. Katanya dengan bersemangat: "Kalau Amerika yang begitu maju teknologinya bisa kecolongan, apalagi kita. Sebab kita di sini khususnya di Pulau Jawa, punya risiko disambar petir yang tertinggi di seluruh dunia!" Dia berani berkata demikian, karena menurut pengamatan dan pengukuran para ahli listrik di Amerika, Pulau Jawa setiap tahun rata-rata disambar petir selama 220 hari. Berarti sisa 145 hari yang relatif aman. Bakat pulau terpadat penduduknya di Indonesia ini - yang juga merupakan pusat ekonomi, dan nantinya basis reaktor-reaktor nuklir pertarna kepunyaan BATAN - rupanya sudah disadari pula oleh para teknisi Indonesia. Terutama yang bertanggungjawab atas pengamanan gedung-gedung dan instalasi-instalasi penting. Makanya sejak empat tahun berselang banyak gedwlg dan instalasi penting sudah memasang penangkal petir radio aktif. Penangkal petir jenis begitu prinsipnya tak banyak berbeda dengan tiang penangkal petir yang pertama kalinya diciptakan Benyamin Fraklin (1760) di AS. Yakni sebatang tiang logam yang dipasang di atap rumah setinggi mungkin, yang 'menyedot' listrik dari awan dan menyalurkannya lewat kawat logam pula ke dalam tanah. Ujung tiang itu sekaligus merupakan puncak 'tenda' muatan listrik yang melindungi gedung. Dengan memasang isotop yang dapat menyemprotkan muatan listrik positif di ujung tiang itu, daya jangkau tiang penangkal petir itu tambah tinggi. Konsekwensinya, 'tenda' atau 'tabir' pelindung gedung atau instalasi penting itu pun tambah tinggi dan tambah luas. Sampai sekarang baru dua jenis penangkal petir radio-aktif yang dikenal di Indonesia. Yakni preventor buatan Inggeris, yang menggunakan isotop radium. Dan helita buatan Perancis yang menggunakan isotop americium. Gedung-gedung jangkung milik DKI banyak menggunakan penangkap petir radio-aktif buatan Inggeris itu. Sedang Bulog, Gedung Arsip Negara dan Glodok Plaza, memakai yang Perancis. Kekuatannya kurang lebih sama. Tapi menurut pihak BATAN, isotop radium dalam penangkal petir buatan Inggeris itu kabarnya ada efek sampingannya: timbulnya gas ralox yang bisa melahirkan bahaya radiasi terhadap manusia di sekitar gedung - karena kecepatan 'berbiak' gas radio-aktif. Namull sejaull nlana efek sampillgall gas radoh itu sudah terasa. mungkin pihak DKI lebih mafhum. Atau mungkin lebih baik lagi kalau BATAN yang memang bertanggungjawab atas segala sesuatu yang berbau radio-aktif di Indonesia mengadakan pengukuran gas radox di sekitar gedung Balai Kota DKI yang bertingkat -24. Yah anggaplah misalnya sebagai "calon korban".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus