Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Ustrali punya susu, kita punya repot

Larangan ekspor susu bubuk lactogen, enfamil & similac oleh pemerintah australia karena pencemaran salmonela. dirjen pom mengumumkan susu bubuk yang terkena larangan tersebut tak pernah diimpor ri.

6 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMERINTAH Australia melarang ekspor susu bubuk Lactogen, Efamil dan Similac karena katanya Salmonella telah mencemari susu buatan itu. Larangan tersebut dikeluarkan segera setelah masuknya laporan tentang ditemukannya 20 bayi yang menceret-menceret akibat meminum salah satu dari tiga jenis susu itu. Bayi-bayi yang bernasib sial itu bukan anak siapa-siapa kecuali anak orang-urang Australia sendiri. Tetapi Indonesia menjadi repot juga karena larangan yang disebarluaskan melalui kantor berita Perancis AFP sepekan yang silam. Soalnya Indonesia temlasuk negara yang masih mengimpor susu dari sana, antara lain Lactogen, karena pabrik di Waru, Surabaya sedang mengalami kesulitan produksi. Pada bulan Nopember 1976 Indonesia mengimpor 3000 karton susu atau 7.000 kaleng Lactogen dari negara kelinci tersebut yang dibuat di pabrik Nestle di Gympie, Queensland. Adanya jumlah itulah yang membuat para orangtua menjadi beralasan untuk was-was. Tetapi syukurlah seminggu setelah pengumuman yang mencemaskan itu. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan telah berhasil membuat perasaan lega pada para orang tua yang mempunyai bayi, karena dalam sebuah pengumuman pula yang dikeluarkan tanggal 23 Juli 1977, Direktur Jenderal POM drs Sunarto Prawirosujanto menjelaskan hahwa susu bubuk yang terkena larangan pemerintah Australia itu "tidak pernah diimpor ke Indonesia". Susu Itu Sip Menurut keterangan Sunarto susu yang tercemar Salmonella yang bisa mengakibatkan tifus atau para-tifus itu adalah produksi tahun 1977 sedangkan yang diimpor Indonesia bulan Nopember 1976. Semula orang menduga noda yang mencemarkan itu berasal dari pabrik, karena pabrik di Gympie itu membuat 4 merek susu: Lactogen, Enfamil, Similac dan Sobee. Tetapi ternyata Sobee yang dibuat dari kacang kedelai tidak tercemar. Yang tercemar adalah tiga merek yang lain, yang bahan dasarnya susu sapi. Cemaran Salmonella tersebut pada umumnya terjadi antara bulan Mei sampai Agustus. Mungkin erat sekali hubungannya dengan kondisi musim ketika itu. Departemen Kesehatan memang tidak melakukan percobaan terhadap barang-barang konsumsi, karena dia diserahkan mentah-mentah kepada produsen. Tetapi dalam peristiwa kali ini sekalipun laporan yang masuk sudah memastikan bahwa Lactogen yang tercemar tak ada yang beredar di sini, Sunarto sempat juga merepotkan diri untuk memeriksa di laboratorium sekaleng' Lactogen yang dikirimkan oleh. pegawainya sendiri dengan keluhan anaknya menceret-menceret. Anak yang malang itu sudah dibawa ke dokter, tapi tak sembuh juga. Hasil laboratorium Direktorat Jenderal POM menunjukkan bubuk susu itu sip, tak ada kuman. Keluhan dari bayi yang belum bijak berbicara itu akhirnya ditangkap sang dirjen juga. Tanya punya tanya si ibu mengaku bahwa dia baru mencukur rambut anak kesayangannya itu. "Nah gunting rambut bayi, itu tak baik. Dia bisa masuk angin, jadi menceret. Saya sendiri sudah meninggalkan kebiasaan untuk mencukur rambut bayi," bujuk drs Sunarto Prawirosujanto kepada pegawainya itu. Mujurlah ibu dari si bayi yang mencret-mencret itu bawahan dari seorang dirjen yang bisa menlberikan keterangan pasti. Agaknya reaksi yang segera dari Sunarto terhadap laporan pegawainya itu perlu dikembangkan ke pemeriksaan laboratorium terhadap tiap bahan makanan impor. Seperti dikatakan Sekretarij Lembaga Konsumen Permadi SH Departemen Kesehatan jangan hanya mengawasi prosedur pemasukan makanan jadi dari luar. Jangan menyerahkan keselamatan konsumen hanya kepada laboratorium pemeriksa dari si produsen. Nestle sendiri sebagai perusahaan yang membuat Lactogen merasa terpukul dengan pengumuman yang gencar di koran-koran tadi. Dia sengaja memasang iklan hampir seperempat halaman untuk menawarkan berita "busuk" itu sembari mengutip keterangan Direktorat Jenderal POM. Serangan bukan sekali ini dihadang. Sekitar permulaan tahun 1976 pembuat susu Lactogen ini pernah diadili dalam sebuah "pengadilan" yang dilancarkan oleh Third World Working Group di Swiss. Nestle yang memasarkan $ 5,6 milyar susu bubuk dalarn tahun 1974 saja, dituding sebagai pembunuh bayi di negara-negara sedang berkembang (TEMPO, 28 Pebruari 1976). Nestle dikatakan melancarkan propaganda besar-besaran lewat iklan di negara sedang herkembang yang berpenduduk masih buta huruf dan buta gizi. Para orangtua salah menakar air campuran untuk susu bubuk itu dan mengakibatkan pertumbuhan anak mereka menyedihkan, kala pengadilan tadi. Kelompok itu menyerukan supaya para ibu di negara sedang berkembang kembali meneteki anak mereka dan tinggalkanlah susu botol, selama memungkinkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus