Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Apakah ada kehidupan di luar Bumi? Pertanyaan tersebut masih belum terjawab baik itu di dalam jangkauan tata surya maupun lebih jauh hingga ke eksoplanet. Namun, jawabannya mungkin semakin dekat dari waktu ke waktu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semakin banyak penemuan baru yang memperkuat kemungkinan terdapat kehidupan di luar Bumi. Bahkan pada akhir 2022 lalu, seperti dikutip dari Earthsky.org, ada setidaknya tiga hipotesis lanjutan yang membahas hal ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertama, keberadaan dugaan lautan di Enceladus membuat bulan Saturnus itu lebih layak huni. Kedua, ditemukan eksoplanet “Bumi Super”. Ketiga, kondisi basah dan hangat planet Mars—termasuk danau dan samudera purba—yang bisa mendorong hidupnya suatu organisme.
Optimisme Baru Kehidupan di Lautan Enceladus
Seperti Europa (bulan Jupiter), Enceladus milik Saturnus diperkirakan memiliki lautan cair di bawah permukaannya. Pada 2018, data teranyar dari pesawat ruang angkasa NASA, Cassini, menemukan sejumlah bukti yang menunjukkan lautan Enceladus sebagai habitat potensial untuk kehidupan. Analisis tersebut memaparkan uap air, partikel es, garam, metana, dan senyawa organik dalam gumpalan Enceladus. Namun saat itu, satu bahan utama penyusun kehidupan, fosfor, belum ditemukan.
Sebuah studi baru dari para peneliti di Southwest Research Institute (SwRI) kemudian menunjukkan adanya fosfor. Mereka tidak menemukan zat itu secara langsung, melainkan melalui pemodelan termodinamika dan kinetik yang menyimulasikan geokimia fosfor berdasarkan wawasan dari Cassini tentang sistem dasar laut di Enceladus. Model tersebut memperkirakan bahwa mineral fosfat akan sangat larut di lautan.
Enceladus. en.wikipedia.org
“Keberadaan fosfor terlarut tak terhindarkan, mencapai tingkat yang mendekati atau bahkan lebih tinggi daripada air laut Bumi," kata ahli geokimia, Christopher Glein. Dia menambahkan, "Menurut astrobiologi, itu berarti kita bisa lebih yakin daripada sebelumnya bahwa lautan Enceladus layak huni.”
Sebagai informasi tambahan, fosfor adalah satu unsur penting bagi DNA yang membawa pengkodean genetik kehidupan untuk membran sel, tulang, gigi hingga mikrobioma plankton.
Baca halaman berikutnya: Bumi Super yang diperkirakan lebih layak huni
Bumi Super Diperkirakan Lebih Layak Huni
Hipotesis berikutnya datang dari astronom Chris Impey yang mengunggah artikel menyatakan bahwa Bumi Super, planet ekstrasurya yang ukurannya berada di antara Bumi dan Neptunus, mungkin lebih layak huni daripada Bumi kita sendiri. Jumlahnya berdasarkan proyeksi saat ini, sekitar sepertiga dari semua eksoplanet adalah Bumi Super sehingga menjadikannya jenis eksoplanet yang paling umum di Bima Sakti. Bumi Super paling dekat ‘hanya’ berjarak enam tahun cahaya dari Bumi.
Selanjutnya, Impey menjabarkan bagaimana kondisi Bumi Super. Planet yang berukuran besar lebih mungkin aktif secara geologis, fitur yang mendorong evolusi biologis. Jadi, planet yang paling layak huni akan memiliki kira-kira dua kali massa Bumi, antara 20–30 persen lebih besar volumenya. Hal itu juga menjadi faktor hadirnya lautan yang cukup dangkal untuk cahaya merangsang kehidupan sampai ke dasar laut dan suhu rata-rata 25 derajat celsius.
Bumi Super juga memiliki atmosfer yang lebih tebal sebagai selimut isolasi. Planet seperti itu pada akhirnya akan mengorbit bintang yang lebih tua daripada matahari untuk memberi kehidupan untuk berkembang lebih lama serta memiliki medan magnet kuat sebagai pelindung radiasi kosmik. Para ilmuwan berpikir bahwa kombinasi atribut ini akan membuat planet menjadi sangat layak huni.
Diberi nama TOI 700 d, planet ini ditemukan teleskop The Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) NASA. NASA/Goddard Space Flight Center
Teleskop Webb akan dapat melihat lebih dekat beberapa Bumi Super dan menganalisis atmosfernya untuk kemungkinan sinyal-sinyal kehidupan kimiawi yang dikenal sebagai tanda biologis (biosignature).
Mars Lebih Hangat dan Basah
Selama beberapa dekade, ilmuwan berdebat apakah Mars lebih hangat dan basah beberapa miliar tahun lalu. Atau dingin dan basah? Atau dingin dan kebanyakan kering?
Siaran pers dari SETI Institute menguraikan bukti baru bahwa Mars terlahir basah dengan atmosfer yang padat. Hal ini menunjukkan kemungkinan bahwa lautan hangat sempat ada selama jutaan tahun di planet merah tersebut.
Para peneliti kemudian mengembangkan model pertama evolusi atmosfer Mars yang menghubungkan suhu tinggi dari pembentukan Mars dalam keadaan cair hingga pembentukan lautan dan atmosfer pertama. Hasilnya menyiratkan bahwa, seperti di Bumi, uap air terkonsentrasi di atmosfer yang lebih rendah dan terkondensasi menjadi awan.
“Kami yakin telah membuat model bab yang terlewatkan dalam sejarah paling awal Mars tepat setelah planet itu terbentuk," kata Kaveh Pahlevan dari SETI Institute. Untuk menjelaskan data tersebut, atmosfer Mars purba pasti sangat padat (lebih dari 1000 kali kepadatan atmosfer modern) dan mayoritas terdiri dari molekul hidrogen (H2).
Temuan dari pemodelan ini dinilai penting karena H2 dikenal sebagai gas rumah kaca yang kuat di lingkungan padat. Atmosfer padat itu memungkinkan lautan air hangat atau panas terdahulu menjadi stabil di permukaan Mars selama jutaan tahun hingga secara bertahap hilang ke luar angkasa. "Untuk alasan ini, kami menyimpulkan bahwa sebelum Bumi terbentuk, Mars sudah terlahir basah.”
Baca halaman berikutnya: indikasi pendukung lainnya dari danau dan lautan purba Mars
Hal ini kemudian diikuti oleh jumlah danau yang pernah ada di Mars. Menurut Joseph Michalski dari Universitas Hong Kong, sekitar 500 danau purba pernah ada di Mars dengan ukuran 100 kilometer persegi atau lebih. Di Bumi, 70 persen danau berukuran lebih kecil daripada itu, berada di lingkungan dingin di mana gletser menyusut.
"Danau berukuran kecil sulit diidentifikasi di Mars dengan penginderaan jauh satelit, tetapi setidaknya, ada 70 persen danau di Mars yang belum ditemukan saat ini,” kata Joseph.
Sebagian besar danau Mars yang sudah teridentifikasi berasal dari 3,5 hingga 4 miliar tahun lalu. Mereka juga mungkin hanya bertahan 10-100 ribu tahun. Beberapa dari danau-danau tersebut mungkin cukup berlumpur dan keruh sebab gravitasi yang lebih rendah dan tanah yang berbutir halus. Itu mungkin menjadi tantangan bagi organisme fotosintesis di danau tersebut. Namun, danau lain bisa saja lebih dalam dan berumur lebih panjang dengan sistem hidrotermal yang mampu mendukung kehidupan.
Eksplorasi lebih lanjut diperlukan untuk menemukan bukti adanya danau-danau lain yang lebih kecil tersebut. Jika mereka benar-benar ada, itu mendukung kemungkinan kehidupan di Mars kuno meski sebatas mikroba.
Selain danau, terdapat pula hipotesis lautan purba di Mars. Sebuah cekungan besar, Utopia Planitia, diduga sebagai bagian dari laut tersebut. Para ilmuwan melaporkan deteksi mineral terhidrasi dalam duricrust, lapisan mineral keras di atas tanah yang biasanya terbentuk akibat penguapan air tanah. Itu lalu membuktikan “aktivitas air cair yang substansial” di wilayah Utopia Planitia selama miliaran tahun terakhir.
Pemandangan kawah Eberswalde yang menampilkan delta di Mars. Foto ini juga memperlihatkan adanya saluran-saluran yang terjaga yang mengisi danau di kawah, terletak di dataran tinggi Mars di selatan. Foto ini diperoleh dari Mars Express pada 15 Agustus 2009. Reuters. yahoo.com
Bukti lebih dalam ditunjukkan oleh “kekuatan bantalan tinggi dan parameter gesekan rendah” di dalam tanah lantaran erosi dari angin dan/atau air.
Kehidupan di Luar Bumi: di Mana Kita akan Menemukannya?
Tidak satu pun sederet temuan baru ini membuktikan adanya kehidupan di luar Bumi, tetapi kemungkinannya meningkat. Baik di tata surya Bumi maupun di luarnya, mikroorganisme diperkirakan dapat hidup dan berkembang. Di mana kita akan menemukan bukti definitif pertama? Kemungkinannya tentu akan tidak terbatas.
Terdapat setidaknya lima penelitian teranyar yang mendukung kemungkinan adanya kehidupan di luar Bumi. Lantas, apakah kita semakin dekat untuk bersentuhan langsung dengan “alien”?
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM