Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Berapa Lama Mayat Manusia Sebelum Terurai di Dalam Tanah?

Berapa lama waktu yang dibutuhkan sebelum mayat manusia membusuk dalam tanah--sehingga masih berguna untuk penyidikan seperti dalam kasus Wowon?

24 Januari 2023 | 19.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
ilustrasi kuburan 2 (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam kasus kekejian yang diduga dilakukan seorang pria bernama Wowon Erawan, atau dijuluki Wowon Serial Killer, publik disajikan aktivitas petugas kepolisian yang membongkar banyak lokasi untuk mengangkat kembali sejumlah jasad manusia. Penggalian kembali mayat yang sudah dikuburkan kerap dilakukan untuk kepentingan penyidikan atau proses hukum. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertanyaannya, berapa lama waktu yang dibutuhkan sebelum sebatang tubuh manusia membusuk dan terurai dalam tanah--sehingga masih berguna untuk penyidikan? Begini penjelasannya mengutip beberapa sumber.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jasad seseorang langsung terurai seiring sel-sel dalam tubuhnya mengering dan bakteri datang menginvasi. Tapi, meski proses dekomposisi itu bisa dimulai dalam hitungan menit setelah kematian, ada sejumlah variabel yang dapat mempengaruhi berapa lama mayat menjadi rangka. 

Daniel Wescott, Direktur Pusat Antropologi Forensik di Texas State University, Amerika Serikat, mengatakan kalau rata-rata mayat yang dikubur dalam peti mati sudah langsung membusuk di dalam tanah sejak di tahun pertamanya. "Tapi perlu sampai satu dekade untuk benar-benar terurai yang menyisakan hanya kerangka tulang," kata dia.

Sedangkan jasad yang dikubur tanpa peti tak memiliki proteksi dari serangga dan unsur lain yang mendukung proses pembusukan. "Biasanya sudah menjadi rangka dalam lima tahun," kata Nicholas Passalacqua dari Stasiun Riset Osteologi Forensik di Western Carolina University.  

Proses Tubuh Menjadi Tanah

Proses dekomposisi itu sendiri bersifat langsung. Begitu kematian terjadi dan darah berisi oksigen berhenti mengalir, sel-sel akan mati. 

Dalam sebuah proses yang disebut autolisis, sel-sel kemudian melepaskan enzim-enzim (terutama yang berasal dari Lisosom, yang mengandung enzim pencernaan). Menurut "The Cell: A Molecular Approach," dari Sinauer Associates, 2000, enzim-enzim itu yang akan memecah sel-sel itu sendiri, juga karbohidrat dan protein. 

Putrefaction, atau dekomposisi zat organik tanpa oksigen oleh bakteri, jamur, atau organisme lain, bisa mengubah beberapa bagian kulit menjadi hijau sekitar 18 jam setelah kematian. Menurut "Evaluation of Postmortem Changes" (StatPearls Publishing, 2022), proses ini muncul secara simultan seiring bakteri-bakteri dalam perut yang cepat membelah diri, menciptakan gas yang menyebabkan jasad kembung atau bengkak dan bau.

Putrefaction menjadi lebih cepat ketika tubuh berada dalam lingkungan yang panas. Inilah kenapa jasad manusia kerap disimpan dalam lemari pendingin sampai waktunya dimakamkan. 

Di fase membengkak ini, pembuluh darah hitam-kehijauan menjadi dapat terlihat dalam 24 sampai 48 jam setelah kematian. Begitu fase ini berlalu, yakni gas dilepaskan, fase yang terjadi kemudian adalah putrefaction hitam. Yang terjadi kemudian adalah organ dan jaringa tubuh melunak, dan serangga dan mikroba memakan sisa jaringan yang ada, menyisakan hanya tulang. 

Seperti dituturkan dalam 'Evaluation of Postmortem Changes', "Dekomposisi melambat secara signifikan di tahapan ini, dan ini butuh tahunan atau puluhan tahun untuk tulang rangka akhirnya terurai." 

Pengawetan atau Pembalseman

Untuk menunda seluruh proses itu, para pengawet jenazah biasanya mengeluarkan darah dan cairan lain dari dalam jasad dan menggantinya dengan cairan pengawet yang mereka suntikkan ke pembuluh darah vena. Bahan kimia ini, yang berperan sebagai pengawet atau pembalseman, menghentikan aktivitas bakteri yang mengurai tubuh. 

Tapi, sekalipun pembalseman adalan praktik yang umum, beberapa keyakinan melarangnya karena memandangnya sebagai sebuah penodaan terhadap tubuh. "Karena ketika pembalseman dilakukan, itu memang dapat benar-benar mengubah banyak hal," kata Wescott. 

Sebagai contoh, dia menunjuk kasus kematian tokoh pembela HAM Medgar Evers yang dikubur pada 1963 setelah dilakukan pembalseman. Ketika jasadnya digali lagi untuk dijadikan bukti dalam sebuah sidang di pengadilan pada 1991, Wescott mengatakan, "Tubuhnya masih utuh sehingga mereka membiarkan anaknya masuk melihat."

Untuk mereka yang dibalsem dan kemudian dikubur dalam peti jenazah, menurut Wescott, waktu dekomposisi umumnya lima sampai 10 tahun. Pada titik itu, jaringan sudah benar-benar hilang dan hanya tersisa tulang. "Kualitas pembalseman juga berpengaruh," katanya menambahkan. 

Wescott mencontohkan ketika dia menggali sebuah jasad yang telah dibalsem dan dikubur 15 tahun sebelum penggalian. Dia menemukan sebagian jasad sudah menjadi rangka karena peti sudah hancur. 

Tapi, jasad lain yang dibalsem dan kemudian digali lagi hanya setahun setelah dikuburkan, Wescott menemukan, "Dia terlihat baru saja meninggal, tapi beberapa bagian tubuhnya sudah berjamur." 

Kenapa Jasad Orang Obesitas Terurai Lebih Lambat?

Lokasi juga dapat memberi pengaruh. Jika tanahnya asam, peti atau kain bisa terurai lebih cepat, menjadikan jasad terpapar ke unsur-unsur, termasuk serangga, yang mendukung proses dekomposisi. 

Ada juga beberapa faktor yang menurut Wescott tak banyak orang menduganya, yakni orang dengan obesitas. Jasad orang itu disebutnya terdekomposisi lebih cepat pada awalnya, tapi kemudian melambat. Sebabnya, belatung lebih memilih jaringan otot dibandingkan lemak.

Kemoterapi dan antibiotik yang dikonsumsi sebelum kematian juga dapat memiliki dampak besar bagi proses pembusukan. Keduanya membunuh sebagian bakteri yang terlibat dalam proses dekomposisi itu.

Jenis peti mati juga begitu. Beberapa material menyerap cairan dari dalam tubuh dan dapat menyebabkanya mengering dan bahkan menjadi mumi lebih cepat. Jika jenis peti bersifat menjaga kelembapan, tubuh bisa terurai lebih cepat. 

LIVE SCIENCE

 


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus