Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hujan berpotensi terjadi saat Natal 2023 atau pada 25 Desember 2023 di Jawa Tengah (Jateng), terutama di wilayah utara dan pegunungan tengah di provinsi itu, setelah tidak ada hujan selama sepuluh hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dari pantauan data hujan memang sudah lebih dari 10 hari tidak terjadi hujan di Cilacap dan daerah lainnya di Jateng, terutama pada dasarian kedua bulan Desember," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Jumat, 22 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan pada dasarian pertama atau 1-10 Desember, hujan sudah sering terjadi dan hampir merata di wilayah Jateng, khususnya di bagian selatan dan pegunungan tengah.
Bahkan, kata dia, hujan yang terjadi pada dasarian pertama Desember sempat mengakibatkan terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti tanah longsor dan banjir di sejumlah wilayah, salah satunya di Kabupaten Banyumas.
Namun, lanjutnya, hujan kembali berhenti sejak memasuki dasarian kedua, 11-20 Desember, hingga saat sekarang yang sudah masuk dasarian ketiga Desember 2023. "Kondisi ini terjadi karena masih ada pengaruh El Nino moderat serta Indeks Dipole Mode (IDM) yang positif, sehingga menyebabkan berkurangnya curah hujan yang terjadi," katanya.
Selain itu, kata dia, beberapa hari lalu juga terjadi badai tropis di perairan Filipina yang mengakibatkan awan hujan tertarik ke belahan bumi utara menuju daerah sekitar badai tropis tersebut. Lebih lanjut, Teguh memprakirakan hujan kembali berpotensi terjadi pada Senin, 25 Desember 2023 atau saat momentum Natal 2023 hingga akhir bulan Desember, terutama di Pulau Jawa.
Ia mengatakan berdasarkan data yang dirilis BMKG, hal itu disebabkan adanya sirkulasi siklonik yang terpantau di Samudra Hindia barat Aceh dan membentuk daerah konvergensi dari Selat Malaka hingga Aceh.
Menurut dia, daerah konvergensi lain terpantau memanjang dari Riau hingga Sumatra Selatan, Laut Jawa hingga Kalimantan Timur, dari Selat Makassar hingga Kalimantan Utara, dari Selat Makassar hingga Sulawesi Tengah dan Tenggara, dari Laut Maluku hingga Laut Seram, dari Teluk Cenderawasih dan Laut Arafura hingga Papua Nugini, serta daerah konfluensi memanjang dari Sulawesi Tengah hingga Papua.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi atau konfluensi. Kami akan terus memantau perkembangan cuaca yang terjadi saat ini dan akan dievaluasi pada akhir bulan, apakah akan terus terjadi hujan atau kah kembali terhenti," katanya.
Kendati demikian, dia mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai potensi terjadinya bencana hidrometeorologi saat terjadi hujan.