Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Cara baru menjemput tsunami

Ahli gempa dan tsunami dari jepang dan berbagai negara berseminar di jakarta. meneliti korban gempa di flores. terumbu karang, bakau, kebun kelapa bisa jadi benteng. beberapa penyebeb tsunami.

16 Januari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUSUN Reangkokro musnah tanpa bekas. Gelombang tsunami yang datang tiba-tiba, mengikuti gempa dahsyat 12 Desember lalu, menyapu bersih kampung di pantai utara Flores Timur ini. ''Tinggi gelombang tsunami di sana mencapai 26,2 meter,'' ujar Dr. Yoshinobu Tsuji, ahli tsunami Jepang yang baru melakukan survei di Flores. Gelombang di dusun Reangkokro itu, menurut Tsuji, luar biasa. ''Ini salah satu tsunami terbesar yang terjadi abad ini,'' tuturnya. Negeri Jepang, yang kerap diterpa guncangan gempa dan tsunami, menurut ahli geofisik dari Universitas Tokyo itu, tak pernah berurusan dengan tsunami setinggi itu. Gelombang tsunami terbesar abad ini terjadi di Showa-Sanriku, cuma 20 meter. Yoshinobu Tsuji datang ke Flores disertai delapan kolega Jepang- nya. Selama melakukan survei di Flores mereka bekerja sama dengan partner Indonesianya, para analis geofisika dari Badan Meteorologi dan Geofisika. Tsuji menjadi ketua tim gabungan itu. Seorang ahli dari Korea, Inggris, dan tiga peneliti AS ikut bergabung dalam tim ini. Setelah bekerja selama delapan hari, tim ini kembali ke Jakarta. Laporan tim ini digelar Jumat pekan lalu, di kantor BMG Jakarta, di depan sejumlah geolog, pengamat geofisika, dan ahli konstruksi. Tsunami menjadi salah satu topik yang paling seru disorot. Maklum, hampir semua anggota tim itu sepakat bahwa amukan tsunami inilah yang menjadi penyebab utama melayangnya 2.050 jiwa dan kehancuran di pantai utara Flores Timur. ''Tsunami itu datang tiba-tiba, tanpa isyarat,'' kata Dr. Tsuji. Gelombang tsunami pertama muncul hanya 5 sampai 7 menit setelah gempa. Menurut hasil survei Tsuji, tsunami hanya terjadi tiga kali, masing- masing berselang enam menit. ''Jadi, bencana besar itu cuma berlangsung 20 sampai 30 menit,'' katanya. Tim Tsuji melakukan pengukuran tsunami itu di 30 tempat. Ketinggian air bah itu bervariasi. Di Maumere, misalnya, tinggi tsunaminya 2-5,1 meter, di Pulau Babi 4-7,3 meter. Yang terbesar memang di Reangkokro, Tanjung Watupayung. Gelombang tsunami sendiri merupakan gerakan massa air yang timbul akibat adanya getaran dahsyat gempa. Getaran itu merambat dan menggerakkan air laut di permukaan ke segala arah. Kecepatan gerak gelombang tsunami Flores ini diperkirakan sekitar 500 km per jam. Semakin dekat pantai, massa air itu kian mengumpul hingga membentuk gunungan gelombang tinggi. ''Daya rusaknya luar biasa,'' kata Tsuji. Tinggi gelombang tsunami yang menghantam daratan, menurut Dr. Prih Harjadi, ahli geofisika BMG, tak lepas dari kondisi pantai setempat. Tingginya tsunami yang menghantam Pulau Babi (7,3 meter), misalnya, adalah karena gelombang itu harus melewati selat sempit antara Pulau Babi dan Pulau Besar. Lantas, tsunami di Kampung Reangkokro terjadi gara-gara massa air berdesakan di muara sungai. Namun, masih ada penyebab lain: tanah runtuh. Di Reangkokro, gempa berkekuatan 6,8 skala Richter itu sempat pula membuat tanah pantai runtuh, masuk ke dalam laut. Pantai yang rontok itu lebarnya tak kurang dari 50 meter dan panjangnya sekitar 1 km. Longsoran tanah itu mengakibatkan olakan air laut yang besar. ''Itu yang memperkuat gelombang tsunami,'' tutur Prih Harjadi. Kejadian serupa, kata Prih, terjadi di pelabuhan Maumere. Gempa besar itu telah membuat lantai pelabuhan Maumere amblas, dermaga pun lenyap, terkubur 15 meter di bawah muka air laut. Runtuhnya lantai pelabuhan itu diduga yang menjadi penyebab tsunami di Maumere Barat cukup tinggi, 5,1 meter. Porak-porandanya Kota Maumere, yang berpenduduk sekitar 40 ribu jiwa itu, tentu tak cuma oleh terjangan tsunami. Guncangan gempanya sendiri tak kurang pula memangsa korban. Maklum, pusat gempanya hanya 30 km di sebelah utara Maumere, pada kedalaman 30 km pula dari dasar laut Flores. Sebelum tsunami datang, sudah banyak bangunan yang ambruk oleh gempa. ''Sebagian bangunan itu hancur karena mengabaikan soal konstruksi,'' ujar Costas Synolakis, ahli tsunami engineering dari Universitas Southern California yang bergabung dalam tim Tsuji. Rumah tembok di Maumere, kata Synolakis, banyak yang diba- ngun dengan fondasi asal-asalan dan beton tulang yang kurang beres. ''Dengan rangka beton yang baik, bangunan lebih tahan gempa,'' ujarnya. Dalam pengamatannya rumah-rumah bambu dan kayu justru lebih tahan banting. Tapi sebagian besar bangunan kayu yang ada pun, menurut tim Tsuji ini, masih kurang bisa diandalkan. Prof. Motohiko Hakuno, anggota tim dari Universitas Toyo, Jepang, menemukan bahwa bangunan kayu yang diberi penguat gelagar diagonal, penghubung ujung atas dan bawah dua tiang, lebih tahan gempa. Kendati begitu, konstruksi semacam ini toh tak cukup andal untuk menghadapi gempa dan tsunami sekaligus. Cara orang Jepang menghadapi ancaman ini secara teknis mudah: membuat rumah kayu yang kukuh, dan membangun tembok tebal di pinggir pantai untuk melindungi. ''Tapi itu terlalu mahal untuk di Indonesia,'' ujar Tsuji. Cara Jepang itu memang bukan satu-satunya jalan keluar. Di sebelah timur Maumere, Tsuji sempat melihat perkampungan yang relatif bebas. Rumah-rumah kayu di situ, kata Tsuji, cukup bagus konstruksinya. Lantas, dari helikopter dia melihat, desa itu dilindungi oleh benteng alam tiga lapis: ada terumbu karang, hutan bakau di belakangnya, dan kebun kelapa yang rapat membatasi desa dari pantai. Maka dia berpesan, terumbu karang, bakau, dan pohon kelapa, mohon jangan diusik. Putut Trihusodo dan Bina Bektiati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus