Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Ciri dan Risiko Mengonsumsi Minyak Goreng Palsu Menurut Dosen IPB

Semakin banyak mengonsumsi pangan yang dibuat dengan minyak goreng bermutu buruk, semakin tinggi risiko asupan komponen kimia berbahaya.

18 Maret 2025 | 11.34 WIB

Ilustrasi Minyak Goreng. bimcbali.com
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi Minyak Goreng. bimcbali.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University Nur Wulandari menyoroti temuan minyak goreng sawit palsu. Menurut dia, pemalsuan minyak goreng merupakan bagian dari kecurangan pangan atau food fraud.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan Global Food Safety Initiative (GFSI 2014), food fraud merupakan istilah umum yang mencakup penggantian bahan pangan yang disengaja, penambahan, perusakan produk pangan, dan informasi produk yang keliru pada kemasan atau label produk pangan. Tujuannya untuk keuntungan ekonomi dan dapat berdampak bagi kesehatan konsumen

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dalam kasus yang disorot Wulan, pemalsuan yang terjadi berupa penggantian atau penambahan dengan minyak goreng yang mutunya lebih rendah. "Diduga dicampur dengan minyak goreng bekas pakai," kata Wulan melalui keterangan tertulis, Selasa, 18 Maret 2025.

Doktor teknologi pangan itu membandingkan dengan minyak goreng asli yang memiliki kriteria memenuhi standar mutu dan persyaratan pada SNI. Misalnya untuk minyak goreng sawit harus memenuhi SNI 7709:2019. Perbedaan mutu kedua jenis minyak goreng, menurut dia, secara praktis bisa dilakukan dengan pengujian pada aspek bau, rasa, dan warna, dan kekentalannya.

“Minyak goreng bermutu baik memiliki bau dan rasa yang normal, khas minyak goreng cenderung bland (netral) serta tidak ada aroma dan rasa yang menyimpang seperti aroma tengik dan aroma menyengat,” katanya menerangkan.

Secara visual, Wulan menambahkan, minyak goreng asli terlihat jernih dengan warna kuning keemasan. "Tidak ada endapan gelap atau partikel-partikel di bagian bawah minyak."

Pengamatan terhadap kinerja minyak goreng dapat dilakukan saat digunakan. Wulan menjelaskan, minyak goreng yang mutunya kurang baik memiliki kinerja lebih rendah, dengan indikasi minyak goreng cepat berasap saat dipanaskan.

Indikasi lain adalah minyak goreng cepat berubah warna keruh dan menjadi gelap kecoklatan; minyak goreng terasa lebih kental; minyak goreng lebih cepat berbuih/berbusa; dan produk gorengan yang dihasilkan cenderung lebih berminyak
     
Selain itu, ada bahaya keamanan pangan dari konsumsi minyak goreng bermutu rendah. Selama penggunaan, minyak goreng akan mengalami perubahan komponen kimia penyusunnya.

Wulan menunjuk, antara lain, kenaikan asam lemak bebas, bilangan peroksida, dan komponen hasil degradasi minyak selanjutnya akibat reaksi kimiawi yang dapat bersifat sebagai radikal bebas.

Jika terlalu banyak mengonsumsi produk pangan yang digoreng dengan minyak yang bermutu buruk, Wulan mengingatkan, risiko asupan komponen kimia berbahaya pun semakin tinggi. "Dampak yang dapat terjadi berupa peningkatan risiko terjadinya penyakit degeneratif dan kronis,” ucapnya.

Selanjutnya, Wulan menyarankan menghentikan penggunaan minyak goreng yang bermutu rendah, dan beralih mengonsumsi minyak yang bermutu baik.

Selain itu, banyak mengonsumsi jenis pangan lainnya yang tinggi serat, vitamin, dan antioksidan seperti buah dan sayur segar untuk mengurangi dampak asupan bahan kimia yang berbahaya atau bersifat radikal bebas. 

 

 

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus