Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Coba-Coba Menanam Gandum

Pemerintah bermaksud membudidayakan gandum agar bisa swasembada. Benih gandum dari India & Pakistan dicoba, ternyata ada varietas yang bisa tumbuh di Indonesia. Tapi masih perlu banyak penelitian.(ilt)

5 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAHUN 1916, gandum ditanam di Pengalengan (Jawa Barat). Administratur Belanda mencoba menanamnya seluas 150 ha, sebagai persediaan bahan makanan bagi tentara Kerajaan Belanda menghadapi Perang Dunia I. Varietas yang ditanam di situ kemudian dikenal dengan sebutan "Gandum Pengalengan ". Sebenarnya jauh sebelum itu dari India pernah didatangkan bibit gandum (1870), dan ditanam di beberapa daerah pegunungan. Sedikitnya enam ribu jenis gandum pernah dicoba ditanam di sini. Tapi sekarang? "Cobalah saudara berburu gandum di Pengalengan, misalnya Semua itu kini hanya tinggal sejarah," ujar Dr. Tohar Danakusuma, Kepala Kelompok Pemuliaan pada Balai Penelitian Tanaman Pangan di Sukarnandi. Dia mengkoordinasi penelitian gandum seluruh Indonesia. Dari India Kini pemerintah bermaksud membudidayakan gandum agar bisa swasembada. Menjadi persoalan ialah apakah gandum bisa ditanam pada dataran yang lebih rendah. "Inilah tantangan bagi para peneliti," kata Menteri Pertanian Soedarsono Hadisapoetro di Semarang ketika membuka rapat kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian pekan silam. Demi penelitian itu Presiden Soeharto, sepulang melawat dari, India dan Pakistan tahun lalu, membawa enam kuintal benih gandum. Semua itu berupa 11 varietas dari Pakistan dan 15 vatietas dari India. Sebagian benih itu ditanam (27 Mei) di tiga lokasi penelitian di Jawa Barat dengan perbedaan ketinggian yang nyata untuk menguji toleransinya terhadap temperatur. Yaitu di dataran tinggi Lembang (1.200 m)! dataran medium Kuningan (500 m), dan di dataran rendah Sukamandi (Cikampek yang hanya 15 m dari permukaan laut. Para peneliti telah sekali memanen percobaannya. Hasilnya? Ternyata masa tanam di tiga lokasi itu tidak banyak bervariasi, yaitu sekitar 100 hari. "Benih dari India dan Pakistan itu tidak sensitif pada panjangnya hari," kata Tohar Danakusuma. Bijinya juga ternyata tak perlu didinginkan lebih dulu sebelum ditanam. "Tak perlu mengalami salju yang menutupi biji, seperti terjadi di sana," kata Ismu Sukanto Suwelo, peneliti gandum dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Bogor. Selain itu, gandum biasanya mendapatkan perlakuan sinar matahari yang "istimewa". "Di musim dingin (wnter) dengan malam yang panjang, di musim panas (Summer) dengan siang yang panjang," kata Ismu. Tapi di negeri ini, matahari umumnya bersinar 12 jam, dan ternyata ada varietas yang bisa tumbuh. Dari sekali panen itu, seperti diceritakan Tohar Danakusuma, memang terdapat varietas yang agak toleran terhadap temperatur. "Seberapa jauh toleransinya, perlu diteliti lagi," katanya. Penanaman di Sukamandi, misalnya, hasilnya sangat rendah. Paling tinggi hanya 0,5 ton/ha. Dari sudut produksi, jelas tidak berhasil. "Tapi berhasil dari sudut penelitian," katanya lagi. Mengapa? Banyak tanaman pendatang, jangankan berbiji, berbunga pun ia enggan jika memang tak cocok di daerah yang baru. Sukamandi betul-betul memenuhi syarat tropis. Jika biji menghasilkan biji kembali, menurut peneliti, saru siklus lengkap telah terjadi. Itu artinya, potensial bisa ditanam kembali. Penanaman di Kuningan bisa mencapai 1,5 ton/ha. Tapi penelitian di situbanyak diganggu oleh hama burung. Di Lembang, dari 26 varietas yang dicoba, tiga varietas menghasilkan di atas 3 ton/ ha. Satu varietas dari Pakistan tinggi tanaman 78,6 cm, berat 1000 butir 36,8 gram -- menghasilkan terbanyak yaitu 3.428 ton/ha. Dua varietas lainnya dari India. Yaitu tinggi tanaman 91,5 cm, berat 1000 butir 41 gram, dengan hasil 3,370 ton/ha. Sedang satu lagi lebih pende. 74,2 cm, berat 1000 butir 34,6 gram, dengan hasil 3,020 ton/ha. Ketiga varietas itulah yang memberi harapan, kendati produksinya masih sangat rendah. Sebagai perbandingan, pernah Prancis (1972) menghasilkan 44,1 ton/ha, tertinggi di dunia. Pada tahun yang sama, produksi gandum Amerika Serikat 22 ton/ha, sedang India mencapai 24,7 ton --atau delapan kali lebih banyak dari hasil varietas yang dicoba di Lembang. Rempeyek, Roti, Bakmi Ada masalah penyakit. "Di Jawa Barat dan Sumatera, musim kemarau tak bisa lepas dari hujan, sehingga gandum mudah diserang penyakit," kata Ismu. "Gandum lebih baik ditanam ke sebelah timur." Ada juga penyakit yang sulit diberantas dan berbahaya bagi manusia. Scab, penyakit itu, berasal dari cendawan Fusanum Spp, yang menyerang malai dan biji gandum seraya meninggalkan kandungan racun. Bahkan babi tidak tahan terhadap racun itu. Dalam perdagangan dunia, ada pembatasan berapa kandungan biji mengandung kudis scab ini yang boleh diperdagangkan. Yaitu hanya 5%. Alhasil para peneliti masih mencari hasil persiiangan antarjenis, untuk memperoleh varietas yang lebih tahan untuk daerah tropis. "Masih memerlukan banyak penelitian," kata Ismu. Padahal gandum, yang sefamili dengan padi dan jagung, merupakan tanaman pangan yang tertua. Penanamannya telah diusahakan manusia sejak zaman Neolitik dan mendorong orang bertempat tinggal menetap. Kini, secara global gandum menjadi komoditi yang strategis. Hampir 43 negara di dunia menjadikan gandum sebagai makarnan pokok, meliputi hampir 35% penduduk dunia. Orang Indonesia sendiri, makin kencang juga melahap penganan dari gandum ini. Ia muncul dalam berbagai bentuk penganan seperti rempeyek, roti,bakmi, mihun, martabak bahkan hamburger di kota besar. Konsumsi tepung terigu di Indonesia-dengan subsidi pemerintah--cenderung menggelembung. Impor biji gandum yang hanya 120 ribu ton dalam tahun 1972 menjadi 1,1 juta ton pada 1977. Bahkan Bulog memperkirakan impor ini akan mencapai 4,2 juta ton pada tahun 2000.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus