SUATU kali Kasad, Jenderal Poniman mengunjungi Desa Tiram,
Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Seperti biasanya,
begitu turun dari mobil ia disambut para pejabat setempat dan
jepretan para wartawan. Namun kali ini petugas kaget. Seorang
anak kecil menyelonong dan ikut membidikkan lensanya. Walaupun
dilarang, anak itu membandel. Hampir saja anak itu dipukul
petugas, kalau seseorang tidak berteriak: "Hai, dia wartawan,
pak.
Anak kecil itu, Abrar Chairul Ikhirma, pelajar SMP kelas II di
Pariaman, memang mewakili Harian Singgalang, Padang. Ia salah
seorang pelajar yang tertarik memenuhi panggilan rnenjadi
wartawan setelah media cetak Padang melaksanakan program Koran
Masuk Desa. Semula hasratnya itu disalurkannya melalui rubrik
cerita anak-anak, cerpen remaja dan artikel ringan di koran itu.
Kesempatan bagi Abrar Chairul Ikhirma -- memakai nama
Arkhidisinggalang--semakin besar setelah koran itu membuka edisi
desa untuk peredaran di Kabupaten Padang Pariaman sekali
seminggu, sejak awal 1980. Ia rajin menulis berbagai berita
singkat.
Singgalang membuka kantor perwakilan di kabupaten itu enam bulan
lalu. Marzie Thamrin, wartawan harian itu di Pariaman, semula
mengajak Arkhi belajar menulis dan mencari berita.
Nama Arkhi sudah sering terpampang di harian itu. Dan dia
mondar-mandir dengan menyandang kamera tua merek Seagull dan tas
sekolah memasuki berbagai desa. Belakangan ini setiap bulan
tata-rata ia membuat 20 berita. Ia menerima honor rata-rata Rp
20.000 sebulan. "Kadang-kadang bisa kurang, sebab sekolah saya
utamakan," katanya.
Pelajaran sekolah Arkhi memang beum terganggu oleh kegiatan
barunya itu. Ia mencari berita pagi hari bila sekolah sore,
begitu pula sebaliknya. Siang hari, anak itu menyempatkan diri
pulang ke rumahnya di Sungai Rotan, 3 km dari Pariaman untuk
memberi makan ayam atau sapi ternaknya. Tampaknya ia pandai
membagi waktu kegiatan sehari-hari.
Selain Arkhi, dua pelajar SMA Pariaman, M. Rusmin dan Irwansyah,
memperkuat perwakilan Singgalang. Rusmin mengkhususkan diri pada
berita olahraga dan Irwansyah pada berita kriminal. Keduanya
mengaku belajar banyak dari Arkhi walau lebih tua. "Mental saya
masih lemah bila berhadapan dengan pejabat," kata Irwansyah.
Haluan, koran Padang lainnya, juga membuka kantor perwakilan di
Pariaman. Bahkan koran ini mengkoordinasi beberapa remaja yang
dibinanya di pospos berita yang ditentukan seperti pengadilan,
kantor bupati dan kantor polisi. Di antaranya Gus Khairul alias
Guska kakak Arkhi. Guska sudah memantapkan hatinya menjadi
wartawan kelak. Pelajar SMA Pariaman ini belajar membuat berita
dari membaca surat kabar saja. Sekarang setiap hari ia bersama
beberapa temannya menghasilkan berita untuk Halzan.
Berita yang dihasilkan para remaja itu, menurut Redaktur M.
Yoesfik Helmy dari Singgalang, sudah lumayan. Tetapi "kira harus
berlapang dada mengolah kembali berita itu," ujarnya. Yoesfik
merencanakan pendidikan khusus untuk mereka.
Makin Pintar
Para pejabat daerah Pariaman, yang sering menjadi sumber berita
anak-anak itu, tidak keberatan. "Saya senang karena mereka
menulis apa adanya," kata Camat Datuk Indomo. Wartawan senior
kata camat ini, malah sering menulis keliru atau minta duit.
"Sebaliknya mereka (yang remaja itu) masih murni. Malah ketika
saya beri uang untuk beli film, mereka tolak."
Mungkin yang harap-harap cemas adalah orang tua para wartawan
cilik itu. Chairul Munir, ayah Arkhi dan Guska, mencemaskan
pelajaran sekolah keduanya terganggu. "Apa pun yang hendak
kalian lakukan, sekolah mesti diutamakan," kata Chairul Munir,
anggota DPRD Padang/Pariaman dan bekas wartawan, pada
anak-anaknya.
Justru karena menjadi reporter sambilan Arkhi makin pintar di
kelas. Keterangan guru bisa cepat ditangkapnya. Dari
pengalamannya mencari berita ia sudah terbiasa menyimpulkan
pembicaraan orang.
Reporter cilik itu berani tampil ke depan. Ketika Gubernur Awar
Anas tiba di Pariaman dengan helikopter, misalnya, Arkhi
mengejarnya. "Pak, tunggu sebentar. Saya ingin memotret bapak,"
katanya. Sang gubernur tertawa. Jepret.
Tak semua pejabat ketawa karenanya. Pernah pejabat kantor
penerangan setempat merasa tersinggung akibat pemberitaan Arkhi
tentang pesawat tv umum di desa yang tak berfungsi. Pejabat itu
menulis surat pada Arkhi. "Tugas wartawan memberitakan,"
demikian reaksi sang reporter, "dan berita itu betul."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini