Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ilmu filsafat diakui telah menjadi The Mother of Sciences. Ini lantaran selama perkembangannya, filsafat telah melahirkan berbagai cabang ilmu lain seperti matematika, fisika, hingga bidang keilmuan praktis lain termasuk di dunia pendidikan alias filsafat pendidikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
John Dewey, salah satu filsuf terkemuka dari Amerika Serikat, menyatakan antara filsafat dan pendidikan terdapat relasi hakiki dan timbal balik, yaitu filsafat pendidikan yang berusaha memecahkan polemik-polemik pendidikan yang bersifat filosofis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dihimpun dari buku berjudul Filsafat Pendidikan (2015), berikut aliran-aliran fundamental filsafat pendidikan:
1. Progresivisme
Aliran filsafat pendidikan progresivisme berkaitan dengan prinsip liberal. Yakni pandangan hidup yang fleksibel, open-minded, dan curious. Fokus perhatian daripada aliran filsafat progresivisme yakni implementasi pendidikan mengutamakan ke peserta didik.
2. Perenialisme
Secara ringkas, filsafat pendidikan perenialisme terkait pada gagasan filsafat yang berpegang nilai dan norma kekal. Aliran ini berasal dari pemikiran orang-orang Eropa yang berusaha mencari jawaban situasi ketimpangan, kekacauan, kebingungan, serta berbagai problematika lainnya. Dengan begitu, mereka menilai ide filosof zaman Yunani Kuno ideal dan masih relevan untuk menjawab persoalan masa kini.
3. Konstruktivisme
Aliran filsafat pendidikan konstruktivisme dipelopori oleh Jean Piaget. Dia menganggap keberhasilan proses belajar bakal terjadi apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak. Dalam konteks ini, aliran konstruktivisme menekankan pengetahuan sebagai konstruksi (bentukan).
Dapat dipahami bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Tetapi, merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif lewat kegiatan seseorang. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dan setiap kali akan mengadakan reorganisasi akibat adanya suatu pemahaman yang baru.
4. Esensialisme
Esensialisme merupakan filsafat pendidikan tradisional yang memandang nilai-nilai yang jelas dan tahan lama. Para filsuf pengusung aliran esensialisme menganggap nilai-nilai humanisme turut dijadikan sebagai tumpuan hidup untuk menentang kehidupan yang materialistik, sekuler, dan saintifik yang kerap melenceng dari nilai-nilai kemanusiaan.
Tujuan pendidikan menurut esensialisme yaitu menyampaikan warisan budaya melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun. Pengetahuan ini dibersamai oleh keterampilan. Keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai yang tepat, pada akhirnya akan membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan.
HARIS SETYAWAN