Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Landasan pacu bandar udara yang terendam air dapat menyebabkan pesawat tergelincir dan berujung pada kecelakaan. Tim dari Departemen Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) yang bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan mengembangkan pengukur ketinggian genangan air (standing water level) untuk meningkatkan keselamatan penerbangan.
Purwarupa detektor itu telah diuji coba di Bandar Udara Trunojoyo, Sumenep, Jawa Timur. Trunojoyo dipilih karena bukan bandara yang sibuk. Dalam sehari, hanya ada dua pesawat yang datang dan pergi. “Alat ini bisa dipasang di semua bandara,” kata ketua tim peneliti, Melania Suweni Muntini, Rabu pekan lalu.
Pesawat bisa tergelincir di landasan basah karena roda tidak mampu menyibak lapisan air yang menggenang. Landasan pacu dikategorikan berbahaya bagi pesawat bila 25 persen luas areanya terendam air dengan ketinggian 4 milimeter.
Dalam pengembangan purwarupa ini, tim ITS mengambil batas ketinggian 3 milimeter. Pertimbangannya, jika terjadi kesalahan, angka itu masih di bawah regulasi ketinggian air maksimal yang diizinkan. Dalam pengujian, tim peneliti bahkan lebih ketat menentukan batas toleransi ketinggian air, yaitu 2 milimeter.
Perangkat tersebut mendapat pasokan listrik dari panel surya. “Daya elektrik ini harus selalu aktif untuk mengambil dan mengakuisisi data. Selanjutnya data dikirim ke server dan dilanjutkan ke pengolah aplikasi,” tutur Melania.
Detektor Genangan Air Landasan Pacu
Menurut Melania, alat itu merupakan kombinasi dari tiga sensor untuk mendeteksi ketinggian air. Sensor-sensor yang ditempatkan dalam kotak berukuran 20 sentimeter itu langsung bekerja ketika ada air yang masuk ke bagian pengukur. Sensor akan langsung mengirimkan sinyal kondisi landasan kepada pengawas lalu lintas penerbangan.
Jika kondisi genangan dinilai membahayakan, pengawas penerbangan akan memberi tahu pilot agar mengambil tindakan preventif. Misalnya menunda pendaratan hingga genangan diatasi atau mendaratkan pesawat di bandara terdekat.
Melania mengatakan pengukur ketinggian air bisa dipasang sejajar dengan landasan pacu. Dalam metode ini, purwarupa dilindungi logam pelindung. Pemasangan pelindung ini sempat menjadi perdebatan karena Kementerian Perhubungan khawatir logam akan melukai roda pesawat yang melindasnya.
Ada pula usul menggunakan logam yang tak keras sehingga langsung pecah jika terlindas. Tim peneliti akhirnya memutuskan memodifikasi purwarupa detektor itu agar langsung ambles bila dilindas roda pesawat. “Meskipun probabilitas terlindas itu sangat kecil,” tutur Melania.
Detektor ini juga bisa dipasang di tanah di tepi landasan pacu. Namun metode tersebut membutuhkan pengaturan perangkat lunak tertentu dan penambahan sensor. Menurut Melania, sepanjang landasan pacu idealnya dipasangi 20 unit detektor.
Untuk menambah akurasi data, tim peneliti bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dalam menghitung debit air serta memprediksi kapan hujan turun. Kementerian Perhubungan telah meminta Melania dan timnya mempresentasikan hasil riset itu di Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo