Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO - Jakarta: Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) menyatakan telah berhasil mengumpulkan data keanekaragaman hayati yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. "Kita telah berhasil mengumpulkan data 11.137 keanekaragaman hayati," kata Ketua KOBI Prof Budi Setiadi Daryono dalam keterangannya di Yogyakarta, Senin 29 April 2024 seperti dilansir Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Budi, sejak tahun 2019 KOBI telah menginisiasi penyusunan Indeks Biodiversitas Indonesia (IBI) melalui kegiatan MBKM-Kurator Data Hayati. Kegiatan yang diikuti 514 orang mahasiswa yang berasal dari 104 kampus untuk menghimpun dan menyusun data keanekaragaman hayati di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Upaya tersebut dilakukan untuk mengatasi tekanan kerusakan dan ancaman kepunahan kekayaan spesies flora-fauna dan mikrobiotik yang hidup di ekosistem darat, perairan tawar, lahan basah, pesisir, dan laut. Di sisi lain, kondisi biodiversitas belum dapat diukur status, tren, serta dampak secara nasional dari kegiatan antroposentris.
Data 11.137 keanekaragaman hayati yang telah terkumpul, kata Budi, selanjutnya akan dianalisis lebih dalam oleh para ahli dan kurator yang kompeten di bidangnya. Analisis indeks keanekaragaman hayati ini akan dilakukan melalui pengembangan pemanfaatan teknologi big data biodiversitas untuk menjawab gap pengetahuan soal data biodiversitas saat ini. "Pemanfaatan big data ini khususnya untuk mengukur status, tren dan dampak kegiatan pembangunan terhadap biodiversitas di habitatnya," ujar Dekan Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada ini.
Budi berharap hasil asesmen IBI dapat menjadi acuan data dan pedoman visual bagi para praktisi di bidang keanekaragaman hayati serta menjadi usulan untuk perencanaan bagi pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan dan pengambilan keputusan. "Kita ingin keberadaan IBI bisa memberikan hasil penghitungan indeks yang teruji secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan bersama untuk pengelolaan lingkungan dan biodiversitas yang kredibel di Indonesia," ujarnya.
Manajer World Water Forum (WWF) Indonesia sekaligus anggota Tim Riset Indeks Biodiversitas Indonesia Barano Siswa Sulistyawan menyatakan kurasi data keanekaragaman hayati ini berdasarkan pengumpulan data rentang tahun 1975 hingga tahun 2023.
Berdasarkan data yang sudah didapatkan ini, selanjutnya dilakukan sensus populasi, pendugaan populasi, dan kepadatannya. "Semua data yang masuk dalam penyimpanan dan update melalui sistem Indonesia biodiversity, database server, lalu dilakukan koreksi geografi lokasi hasil pengamatan sesuai dengan laporan publikasi," kata dia.
Barano, yang juga alumnus Fakultas Biologi UGM ini menyatakan, saat ini tengah dilakukan indeks keanekaragaman hayati dalam kategori per kelas seperti analisis yang dilakukan untuk kelompok actinopterygii, aves, mammalia, reptilia, dan invertebrata.