Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Dokter Jelaskan Beda Pakai Vaksin DBD Dengvaxia dan Qdenga

Ada dua vaksin DBD yang sudah disetujui BPOM beredar di Indonesia. Syarat dan ketentuan berbeda berlaku untuk pemakaian setiap vaksin itu.

6 Februari 2023 | 23.19 WIB

Tes darah sebelum menguji coba vaksin Demam Berdarah Dengue. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Tes darah sebelum menguji coba vaksin Demam Berdarah Dengue. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Vaksin yang diharapkan bisa menangkal penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia saat ini masih terbatas. Sejauh ini menurut dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin atau RSHS Bandung, Djatnika Setiabudi, baru ada dua vaksin DBD yang disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Semua harus ke dokter dulu yang mau vaksin dengue,” katanya, Senin, 6 Februari 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut Djatnika, vaksin Dengvaxia yang sudah lama disetujui pemakaiannya oleh Kementerian Kesehatan, diutamakan bagi anak usia 9 hingga 16 tahun. Vaksinasinya dilakukan sebanyak tiga kali dengan interval atau jeda per enam bulan sekali. “Vaksin itu sangat dianjurkan atau diwajibkan kepada yang sudah terkena infeksi dengue sebelumnya,” ujar dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karena itu, penerima vaksin harus disaring dulu. Caranya dari riwayat medis yang menyatakan seseorang pernah terinfeksi dengue, atau pemeriksaan Immunoglobulin G atau IgG. “Kalau belum pernah kena DBD terus divaksin, dikhawatirkan vaksin yang pertama itu dianggap sebagai infeksi yang pertama kali,” katanya.

Sedangkan pada vaksin kedua atau yang terbaru yaitu Qdenga, syarat dan ketentuan seperti pada vaksin lama tidak berlaku. “Vaksin ini bisa diberikan kepada yang sudah pernah kena dengue atau yang belum kena,” ujar Djatnika. Peruntukannya bagi usia 6-45 tahun dengan waktu pemberian vaksin sebanyak dua kali dengan interval tiga bulan.

Sampai sekarang, menurutnya, penggunaan vaksin dengue terbaru itu masih berproses di Kementerian Kesehatan dan dievaluasi oleh Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). “Itu sedang dibahas. Biasanya juga kami dokter-dokter anak masih menunggu rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),” kata Djtanika.

Soal efikasi atau keampuhan kedua vaksin dengue tersebut, menurutnya, berkisar 60 sampai 80-an persen. Vaksin dengue itu, kata Djatnika, harus mengandung virus yang dilemahkan dari empat serotipe yang ada di Indonesia, mulai dari DEN 1 hingga DEN 4. “Efikasi vaksin tidak sama pada setiap serotipe.” ujarnya.

Dia mencontohkan ada vaksin yang efikasinya sangat rendah untuk serotipe kedua, namun sebaliknya pada vaksin lain. Adapun kontra indikasi vaksin dengue yaitu pada anak atau orang yang kekebalan tubuhnya rendah karena penyakit atau konsumsi obat. “Kemudian ibu hamil dan menyusui tidak boleh,” kata Djatnika. Pun bagi yang punya riwayat alergi terhadap vaksin yang sama sebelumnya serta orang dengan HIV.

 


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Zacharias Wuragil

Zacharias Wuragil

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus