Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Drone Bawah Laut Terbaru Cina Serupa dan Melesat bak Ikan Pari

Tapi benarkah drone itu akan digunakan untuk kepentingan mata-mata militer Cina di Kepulauan Paracel, lokasi pengujiannya?

30 September 2021 | 20.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Di awal September ini, tim peneliti Cina menguji sebuah drone bawah laut baru dalam apa yang kelihatanya uji pertama di laut terbuka di Laut Cina Selatan. Menggunakan tipe desain yang terinspirasi makhluk hidup, biomimetic, drone itu menggunakan bentuk ikan pari untuk memberinya kemampuan melayang secara efisien di bawah laut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

XINHUA pertama melaporkan uji drone itu pada 6 September 2021. Sebuah video yang menyertainya menunjukkan wahana bawah laut nirawak (UUV) kuning terang sedang diturunkan ke laut di antara cuaca cerah di Kepulauan Xisha. Lokasi itu juga dikenal sebagai Kepulauan Paracel dan selama ini diklaim bareng Cina, Taiwan dan Vietnam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut kantor berita Cina itu, UUV bisa mengepakkan sayap-sayapnya dan meluncur di bawah air seperti ikan pari sungguhan. Diterangkan pula bahwa ikan pari adalah perenang paling efisien di laut dan terkenal untuk tingkat efisiensi propulsi yang tinggi, mobilitas dan stabilitas tinggi, noise rendah dan kapasitas muatan besar. Adapun drone disebutkan berbobot 470 kilogram dan mampu menyelam hingga kedalaman 1.025 meter.

Drone itu menambah daftar contoh biomimetics, di mana mesin didesain menyerupai makhluk hidup untuk mendapatkan kelebihan fisik dari bentuk yang ditirunya itu. Analis persenjataan bawah laut H.I. Sutton memiliki daftar beragam UUV biomimetic. Menurut dia, kebanyakan menyaru hewan yang bergerak cepat di bawah laut seperti tuna dan hiu.

Sutton menilai desain ikan pari mungkin efisien untuk daya jelajah, tapi bukan yang paling efektif dalam hal bergerak dengan senyap. Sutton memperingatkan kalau desain ikan pari memiliki pergerakan yang mungkin membuatnya mampu dideteksi lebih mudah.

“UUV baru ini akan membutuhkan penggunaan material dan propulsi yang tidak malah membuatnya tertangkap sonar modern,” katanya sambal menambahkan, “Setiap biomimicking drone yang menggunakan banyak servo untuk menggerakkan ‘siripnya’ mungkin tidak se-siluman baling-baling tradisional.”

Tapi benarkah drone itu akan digunakan untuk kepentingan mata-mata militer Cina? Sejauh ini belum ada pernyataan dari Cina yang mengaitkan drone bawah laut ikan pari kuning itu dengan aplikasi pertahanan. Meski begitu tak bisa disangkal drone jelas memiliki nilai sebagai wahana yang secara diam-diam mampu mengumpulkan informasi pergerakan militer negara lain di Kepulauan Paracel.

Terlebih, lingkungan perairan kepulauan itu memang dikenal sebagai habitat ikan pari yang berpotensi membuat penyamarannnya sempurna.

Petunjuk lain kalau drone ditujukan untuk kepentingan militer adalah pengembangnya, Northwestern Polytechnical University (NWPU). Universitas ini dilukiskan pemerintah AS sebagai, “Universitas militer Cina yang sangat terlibat dalam riset militer dan bekerja erat dengan Angkatan Bersenjata Pembebasan Rakyat Cina untuk pengembangan kemampuan militernya.”

Drone berbentuk ikan pari dari Cina. Xinhua

Strategic Policy Institute di Australia juga mengklasifikasi NWPU dalam ‘Tujuh Putra Pertahanan Nasional’—universitas yang terlibat dalam riset dan perkembangan militer dalam Kementerian Informasi dan Teknologi Informasi Cina. Kampus pembuat drone itu disebutnya rumah untuk sejumlah besar laboratorium riset militer yang tidak biasa, termasuk di antaranya adalah laboratorium perang bawah laut.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus