Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Dulu Benz Phaeton, Kini Esemka

Siswa sejumlah SMK membuat mobil sendiri. Embrio mobil nasional ini tinggal lulus uji emisi.

9 Januari 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejarah seperti sedang diputar ulang di Surakarta. Pada sebuah hari, tahun 1894, pedagang mobil pertama di Indonesia, John C. Potter, mengantarkan sebuah Benz Phaeton buatan Jerman yang dipesan Pakubuwono X. Menurut sejarah, inilah mobil pertama di Indonesia.

Pekan lalu, kota itu kembali mendapat mobil istimewa, dua sport utility vehicle (SUV) Kiat Esemka 1.5i. Mobil pesanan Wali Kota Surakarta Joko Widodo dan wakilnya ini bukan made in Jerman, melainkan buatan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2 dan seorang pemilik bengkel yang tak tamat STM, Sukiyat—dari sinilah nama Kiat dan Esemka diambil.

Inilah satu dari sedikit mobil yang boleh diklaim sebagai mobil nasional. Delapan puluh persen komponennya dibuat di dalam negeri, termasuk blok mesin. Jokowi—panggilan populer Joko Widodo—berharap mobil ini menjadi embrio untuk mobil kebanggaan nasional.

Sudah seperempat abad proyek mobil nasional digagas, tapi tak ada satu pun yang membanggakan (lihat "Di Sana Bersemi, di Sini Tetap Mimpi"). Padahal hampir semua mobil di dunia ada di Indonesia, termasuk jenis Bentley milik Ratu Inggris. Per tahun hampir setengah juta mobil terjual di sini.

Sejatinya, Esemka bukan proyek mobil nasional. Ini cuma proyek pelatihan perakitan mobil untuk sejumlah SMK yang digelar Kementerian Pendidikan sejak 2008. "Sekolah dipilih berdasarkan keberadaan industri pendukung dan adanya empu yang bisa membantu perakitan," ujar Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Joko Sutrisno, Kamis pekan lalu.

Sekitar 1.000 mesin dibuat dalam proyek ini. Jatah pembuatannya disebar. SMK Negeri 1 Jakarta, misalnya, kebagian mengerjakan 15 mesin. Di Jawa Timur, tugas khusus itu diberikan kepada SMKN 1 Singosari, Malang, yang juga tengah menyiapkan Pickup Esemka.

Menurut Sopandi, guru SMKN 1 Jakarta, mesin DOHC berkapasitas 1.500 cc itu awalnya dimaksudkan untuk sedan, bukan SUV. Inspirasinya dari Timor dan sedan Cina, Sephia. "Dengan pertimbangan ada komponen mesin yang cocok," katanya Kamis pekan lalu.

Tiba-tiba Direktorat menyarankan agar yang dirancang jenis SUV. "Direktorat ingin mobil berukuran luas, mirip minibus, tapi senyaman sedan," kata Sopandi.

Wartawan Tempo sempat menjajal mobil itu bersama pembuatnya, Sukiyat. Mobil itu terasa stabil dan nyaman, bahkan di jalan tak rata. Tapi, kata Dwi Budhi Martono, guru SMK 2 Surakarta, masih ada yang kurang ideal. "Mobil sebesar itu semestinya diberi mesin minimal 2.000 cc," ujarnya.

Toh, mesin imut itu tak mengganggu Jokowi. Ia juga tak keberatan berselisih paham dengan gubernurnya, Bibit Waluyo, yang menilai keputusannya membeli Esemka sebagai mobil dinas terlalu sembrono. Alasannya, mobil itu belum disertifikasi.

Joko Sutrisno membantah tudingan Bibit. "Esemka hanya belum lulus pada uji emisi."

Jokowi punya alasan lain. Untuk karya seperti ini, katanya, ia memilih melunakkan aturan ketimbang menaruh Esemka di kandang. "Kalau mau melakukan terobosan, jangan normatif. Nanti ditinggal waktu," ujarnya.

Semoga sejarah otomotif berulang di Solo.

Ukky P. (Solo) , Anton W., Mahardika, Abdi Purmono


Mobil Kiat Esemka
Rasa SUV, Harga Asemka

Wali Kota Surakarta Joko Widodo mengatakan Esemka senyaman mobil sport utility vehicle sejati. Jika begitu, inilah SUV dengan harga pasar Asemka, pasar di Jakarta yang dikenal karena harganya yang murah. Soalnya harganya cuma Rp 95 juta, berkat kandungan komponen lokalnya yang mencapai 80 persen. Berikut ini anatomi mobil yang dibuat selama enam bulan oleh enam siswa SMK 2 Surakarta itu.

Ukky Primartantyo

Di Sana Bersemi, di Sini Tetap Mimpi

Indonesia dan Malaysia mulai membangun mimpi untuk membuat mobil nasional pada waktu yang hampir bersamaan, sekitar pertengahan 1980-an. Kini, mobil Malaysia sudah melanglang buana dan mobil Indonesia masih di angan-angan.

SPESIFIKASI UMUM
Harga: Rp 95 juta
Kapasitas: 7 orang
Dimensi:
- Panjang 5.035 milimeter
- Tinggi 1.608 milimeter
- Lebar 1.602 milimeter

MESIN
Tipe: Esemka 1.5i 4 silinder, DOHC 16 valve multi point injection
Kapasitas: 1.500 cc
Tenaga: 105 tenaga kuda 5.500 rpm (maksimum)
Kecepatan: 180 kilometer per jam (maksimum) Ring piston, katup, sistem injeksi, dan transmisi diimpor dari Cina

BODI
- Dibuat seluruhnya oleh siswa SMK
- Dibuat secara manual dengan mengetoknya menggunakan palu

TANGKI BENSIN

  • 75 liter

    GARDAN

  • Buatan Cina

    SUSPENSI

  • Depan: Double wishbone
  • Belakang: Rigid axle dengan pegas daun

    INDONESIA

    1985
    Astra menggagas proyek mobil nasional bernama Project X120. Proyek terhenti pada prototipe pertama karena krisis ekonomi.

    1994
    Bakrie Brothers membuat BETA 97. Pengembangannya terhenti di prototipe pertama akibat krisis pada 1997.

    1990
    PT Indomobil Utama memasarkan Mazda MR90 yang diklaim sebagai mobil nasional. Produksi terhenti karena tidak diminati konsumen.

    1995
    Timor Putera Nasional milik Tommy Soeharto ditunjuk menjadi pengembang mobil nasional bekerja sama dengan produsen Korea Selatan, Kia. Bambang Trihatmodjo menyusul dengan mengeluarkan Bimantara Cakra dan Bimantara Nenggala hasil kerja sama dengan Hyundai. Produksi terhenti akibat krisis.

    1996
    Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie menggagas Maleo yang teknik dan desainnya ditangani IPTN dan Pindad. Ditargetkan dipasarkan 1998 dengan harga Rp 20 juta, proyek terhenti karena krisis.

    1999
    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan Marlip, mobil listrik yang bisa berlari 50 kilometer per jam. Saat ini, Marlip memiliki delapan varian. Harga Rp 60 jutaan.

    2000
    Texmaco memproduksi truk Perkasa dan Macan. Sempat dipakai TNI, mobil ini terpaksa dihentikan produksinya seiring keruntuhan Texmaco.

    2003
    PT Dirgantara Indonesia bersama PT Kreasi Mobil Surya membuat Gang Car, mobil 125-200 cc untuk dua orang yang luwes masuk gang. Produksi terhenti karena PT Dirgantara dibelit kemelut.

    2007
    PT Super Gasindo Jaya mengembangkan Tawon dengan kapasitas mesin 650 cc, empat gigi, dan kecepatan maksimal 100 kilometer per jam. Mobil ini dijual Rp 50-60 juta per unit. Produk lainnya adalah Nuri yang bermesin 800 cc dan sudah memiliki pendingin udara.

    2008
    PT Inka dan BPPT mengembangkan Gulirkan Energi Alternatif (GEA). Mobil berkapasitas 650 cc ini sanggup menempuh jarak 30 kilometer dengan seliter bensin. Berkapasitas empat orang, GEA dijual dengan harga Rp 50 juta.

    2010
    Mobil Esemka buatan siswa beberapa SMK diuji coba.

    MALAYSIA

    1983
    Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad memerintahkan pembuatan mobil nasional.

    1985
    Produksi pertama, Proton Saga, diluncurkan. Mobil ini menggunakan teknologi dari Mitsubishi Motors.

    1993
    Proton Wira diluncurkan.

    1995
    Proton Satria dilepaskan ke pasar. Proton juga mengakuisisi Lotus demi alih teknologi.

    1995
    Proton Putra dan Perdana diluncurkan.

    1996
    Proton masuk Indonesia.

    1996-2000
    Proton Tiara yang mengantongi lisensi PSA Peugeot Citroën diluncurkan.

    1998
    Proton menembus pasar Timur Tengah dan Afrika Selatan.

    1999
    Proton meluncurkan Perdana V6, versi Perdana bermesin V6.

    2001
    Proton Juara diluncurkan.

    2000
    Proton Waja diluncurkan.

    2002
    Di Australia, Proton Arena terjual 1.200 unit pada tahun pertama.

    2004
    Proton meluncurkan Proton Gen-2. Inilah mobil pertama yang seluruhnya made in Malaysia, dari sasis hingga mesin. Pada saat yang sama, Proton membangun pabrik seluas 13,4 hektare di Cikarang, dengan kapasitas 40 ribu per tahun.

    2005
    Proton Savvy diluncurkan.

    2006
    Versi baru Satria, Satria Neo, dilepas ke pasar.

    2007
    Proton Persona diluncurkan. Di Indonesia, Proton membuka jaringan retail di delapan kota dengan nilai investasi US$ 26 juta.

    2008
    Proton Saga diluncurkan.

    2009
    Proton Exora diperkenalkan.

    2010
    Proton Inspira dijual.

    Sumber: Wikipedia, PDAT (diolah dari berbagai sumber)

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus