Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Epigrafis Riboet Darmosoetopo meninggal dunia pada Selasa, 29 Oktober 2024, pukul 11.25 WIB. Kabar yang diterima Tempo, mantan dosen arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) tersebut meninggal di RS Bethesda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari laman FIB UGM, Riboet Darmosoetopo atau yang biasa disapa Pak Riboet, adalah seorang arkeolog senior yang menekuni bidang epigrafi dan juga merupakan alumnus Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. Pak Riboet sendiri mendapatkan gelar sarjananya pada tahun 1971 dan gelar doktornya pada tahun 1997.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada awal kuliahnya Pak Riboet memilih Jurusan Sejarah, tetapi kemudian mengganti minatnya menjadi Jurusan Arkeologi. Hal tersebut dianggap wajar karena pada waktu itu perpindahan jurusan belum memiliki mekanisme yang jelas.
Pada masa kuliahnya, Pak Riboet mengonsentrasikan minatnya pada sejarah kuno dan kemudian mengambil epigrafi. Dalam bidang epigrafi inilah yang kemudian membawanya menjadi seorang peneliti dan pengajar di Universitas Gadjah Mada.
Pada November 2020 lalu, Riboet mendapat penghargaan dari Borobudur Writers and Cultural Festival. Rangkaian acara BWCF digelar secara daring karena pandemi Covid-19.
Panitia memberikan apresiasi yang diberi nama Sang Hyang Kamahayanikan Award kepada Riboet karena memberikan kontribusi besar dalam kajian sejarah kuno. Dia telah membaca ratusan prasasti dan menjadi anggota Asosiasi Ahli Epigrafi Indonesia yang menghasilkan berbagai karya tulis.
Satu di antara karya pentingnya adalah disertasi yang dia tulis pada 1997 berjudul Hubungan Tanah Sima dengan Bangunan Keagamaan di Jawa pada Abad IX-X. "Buku Pak Riboet sangat membantu untuk memahami tema yang diusung BWCF," kata Kurator Borobudur Writers and Cultural Festival, Romo Mudji Sutrisno, Senin, 23 November 2020.
Tahun itu BWCF mengambil tema Bhumisodana yang punya arti tanah yang disucikan. Riboet menulis buku-buku tentang Sima, yakni tanah yang dibebaskan kewajiban untuk membayar pajak ke kerajaan. Dalam penelitian Riboet Darmosoetopo, banyak tanah Sima digunakan untuk mendirikan bangunan bangunan suci.
Penghargaan itu diberikan kepada Riboet saat penutupan Borobudur Writers and Cultural Festival ke-9 pada Senin, 23 November 2020.